9. Ring Basket

179 9 0
                                    

"ah, lupakan" ucap Bara dengan tampang malu. Dia menggaruk belakang kepalanya dengan menunjukkan senyum canggung.

Lagi-lagi aku tertawa geli melihat tingkahnya.

Jemputanku belum juga datang, aku jadi ingin menghubungi Pak supirku. Aku hanya ingin tahu dia dimana dan apa yang sedang terjadi.

Aku merogoh saku di rok untuk mengambil ponsel.

"apa kau keberatan jika aku mengantarmu pulang" tanya Bara. Mungkin Bara merasa kasihan karena jemputanku sudah terlalu lama.

Tanganku dengan perlahan berhasil mengeluarkan ponsel. Tanpa berpikir dua kali, tentu saja aku lebih pilih diantar Bara pulang. Aku tidak akan menolak Bara untuk kedua kalinya. Sebenarnya dari awal aku ingin langsung menerima tawaran Bara tapi kau tahu aku butuh basa-basi dulu.

Kau tahu saat itu juga hatiku bersorak gembira. Tapi tentu saja ekspresiku tidak menunjukkan hal itu. Mungkin tanpa sadar secara perlahan aku sudah jatuh ke dalam pesona Bara. Dan sepertinya Bara juga memberiku kesempatan masuk ke hatinya.

"sepertinya itu bukan ide buruk" jawabku dengan tenang. "tapi tunggu sebentar" aku berdiri lalu berjalan menjauh dari Bara. Rencana untuk menghubungi supirku harus tetap terjadi.

"bapak dimana, saya tidak perlu dijemput"

-----

"bapak puter balik aja jangan kesini, pokoknya jangan sampe kesini"

---

"aduuuh, nanti bapak kalau lihat saya pura-pura tidak saling kenal aja ya, jangan panggil saya atau klakson atau apapun"

-----

"oke ? aman ? sip-sip"

                Huff aku bisa bernapas lega sekarang. Ternyata ada untungnya juga menunggu pak supir lama, buntutnya aku jadi dianter Bara pulang.

                Aku berjalan mendekati Bara "mm yuk" Bara mengangguk lalu berdiri. Dia mengambilkan helm untukku. Kali ini aku bisa memasang helm sendiri dengan baik dan benar.

                Sepanjang perjalanan aku meremas baju seragam Bara. Aku tidak berani menyentuh badan Bara sedikitpun. Untungnya Bara mengemudikan motor dengan perlahan jadi aku bisa mengendalikan tanganku. Lagipula aku melakukan ini demi diriku bukan demi Bara, aku tidak bisa bayangkan bagaimana kesehatan jantungku kalau tiba-tiba tanganku menyentuh badan Bara, walaupun masih tertutup dengan kaos. Hah itu tidak baik untuk kesehatan.

"apa kau sibuk, kau mau berhenti di suatu tempat dulu ?" tanya Bara di tengah perjalanan.

"kemana ?" jawabku sedikit berteriak, berbicara diatas motor aku belum terbiasa. Aku belum bisa memperkirakan apakah dia akan mendengar suaraku atau tidak.

"jawab saja, kau mau tidak"

"oke, aku mau" tanpa berpikir dua kali tentu saja aku mau. Menghabiskan waktu dengan Bara menjadi hal baru yang kusukai sejak saat ini. Aku tidak begitu yakin kapan tepatnya pertama kali aku suka dengan Bara.

                Tapi entah kenapa ketika larut dalam kebahagiaan tiba-tiba otakku menampilkan memori ingatan di perpustakaan, seketika tubuhku menegang. Kejadian yang aneh dan membuatku canggung. Kejadian yang membuatku mendadak berpikir buruk. Kejadian dimana waktu itu Bara hampir menciumku, lalu sekarang dia akan membawaku kemana. Aku menyukai Bara tapi aku tidak sebodoh itu menyerahkan semuanya dengan mudahnya. Ya Tuhan kenapa aku bodoh sekali tidak berpikir dulu sebelum menjawab.

"jangan ke tempat yang sepi, atau tempat bahaya, jangan ke tempat yang jauh juga, pokoknya harus ke---

                Belum selesai aku memberikan syarat kepada Bara, dia sudah membawa motor berbelok ke taman. Dia masuk ke area parkir. Kami berdua turun dan melepas helm. Aku masih sibuk meneliti sekitar. Banyak anak kecil bermain layang-layang. Di sudut sana ada segerombolan anak laki-laki berlatih skateboard lengkap dengan area bermain yang cukup luas. Lalu di sebelah sana lagi ada yang berlatih sepatu roda. Tidak ketinggalan beberapa lansia bermain alat olahraga yang disediakan di taman.

Who Are U ?Where stories live. Discover now