36. Tragedi Perpustakaan

126 7 0
                                    

Hari ini aku berangkat sekolah lebih awal, lebih pagi dari biasanya. Aku sengaja melakukannya karena aku ingin bertemu Bara. Aku ingin bicara dengan Bara lebih lama. Aku sampai harus mengganggu supirku yang sedang menikmati sarapannya. Dia tidak marah atau menolak, tapi dia hanya terkejut.

"Pak ayo kita berangkat sekolah" kataku ketika supirku mengarahkan sendoknya ke mulut. Ia membatalkan sendoknya seketika berdiri dengan sikap sempurna. Kami bergegas ke mobil dan berangkat.

"maaf mbak Faleesha saya tidak bisa lebih mempercepat laju mobil lagi karena itu akan berbahaya, saya harus bertanggung jawab menjaga keselamatan mbak Faleesha"

Ucapan supirku membuatku tidak bisa berkata-kata. Ini sudah bujukanku yang kelima kali dan dia tetap menolak sampai kalimat itu keluar dari mulutnya. Memang dia terlalu kaku seperti batu. Sangat tidak fleksibel.

Pukul 6 tepat aku sampai di sekolah. Sekolahku masih sepi bahkan Pak satpam baru saja membuka gerbang sekolah. Pak satpam menatapku bingung.

"pagi Pak saya ada piket kelas hari ini hehe"

Aku pergi ke kelas Bara, dan kosong. Ya kosonglah, memangnya apa yang kuharapkan ada di kelas Bara sepagi ini.

Aku terus mondar mandir di depan kelas Bara menunggu kedatangannya. Setelah tiga puluh menit berjalan satu dua orang siswa mulai berdatangan. Termasuk teman sekelas Bara. Aku mulai malu ketika teman sekelas Bara memandangiku dengan aneh. Akhirnya kuputuskan sedikit menjauh dari sana.

Tidak lama kemudian akhirnya Bara datang. Aku segera berlari menghampirinya. Kutarik lengannya untuk mencegahnya masuk kelas.

"Bara, bisa kita bicara sebentar" tanyaku yang dijawab anggukan dari Bara. Aku melepas tangan Bara dan dia mengikutiku.

"maafkan aku" hal yang paling penting dari segala masalah ini adalah Bara mau memaafkanku dulu, selebihnya itu bisa diatur belakangan.

"aku yang salah aku minta maaf" aku memberikan tatapan sedih, kubuat sesedih mungkin agar dia mau memaafkanku.

"aku tidak marah" Bara bicara begitu dengan ketus. Apa dia tidak menyadari jika ucapan dan perilakunya sangat tidak sehubungan.

"lalu kenapa kau mengabaikan pesanku ?"

"aku hanya sibuk"

"kau membuatku tidak bisa bernapas"

"kau berlebihan"

"aku serius Bara ada yang sakit disini, di dadaku" aku menepuk nepuk dadaku dan Bara menatap bagian yang kutunjukkan sakit itu.

Terjadi kecanggungan disana, dia menatap area sensitifku dan bodohnya akulah yang mengundang pandangan itu.

Bara menyadari itu dan dia segera memalingkan kepalanya ke kiri.

"Bara kau harus memaafkanku. Nanti istirahat aku akan menemuimu" tidak mau terhanyut dalam suasana canggung aku segera pergi dari hadapan Bara. Karena aku tahu sebentar lagi bel akan segera berbunyi.

.......................................................................

Aku menemui Bara lagi ketika istirahat. "hai handsome" sapaku ketika sampai di samping mejanya.

"aku harus ke perpus, kau mau ikut ?" aku senang sekali mendengar kalimat itu. Bara berdiri dari duduknya.

"kau sudah tidak marah lagi ?"

"mana bisa aku marah padamu terlalu lama. Apalagi sikapmu seperti itu" Bara mendahuluiku berjalan keluar kelasnya dan aku dengan senangnya mengikuti Bara di belakang.

Bara mencari buku untuk menyelesaikan tugasnya. Aku mengikuti kemanapun Bara pergi. Aku sudah mirip asistennya Bara kalau begini. Bara tipe orang yang suka membaca buku pengetahuan tapi tidak suka membaca buku novel apalagi novelnya romantis.

Who Are U ?Where stories live. Discover now