34. First Love

128 8 0
                                    

Setelah mendengar rahasia dari Bara aku jadi semakin penasaran dengan kehidupan Bara. Aku juga merasa menjadi orang yang spesial, karena Bara mempercayakan rahasianya padaku. Aku merasa tersanjung ketika menyadari fakta itu. Sebagai orang yang sudah dipercayai Bara aku tidak akan menyalahgunakan hal itu, aku akan menjaga hubunganku dengan Bara untuk tetap baik.

                Rea datang ke kelas, itu mengingatkanku bahwa aku adalah teman yang buruk untuk Rea. Aku bisa menjaga rahasia Bara tapi itu membuatku terlihat buruk untuk Rea. Aku harus bilang apa nanti ke Rea. Aku harus menjelaskan apa ke Rea. Aku senang bisa bersama Bara tapi aku tidak mau kehilangan Rea

                Bel istirahat kedua berdering. Aku ingin bertemu Bara lagi, sekarang ketika sekolah yang kupikirkan hanyalah jam istirahat dan bertemu Bara. Aku memang sudah kecanduan Bara.

"kau bertemu Bara lagi ?" tanya Rea, aku ragu untuk menjawabnya.

"tidak perlu kau jawab aku sudah tahu. Hah aku mulai kehilangan sahabatku" ucap Rea dengan nada sedih

Aku memeluk Rea untuk membujuknya "jangan bicara seperti itu, kau tetap sahabat terbaikku"

"ya. Itu karena hanya aku temanmu, kau tidak punya teman selain aku kan" aku tertawa karena perkataan Rea seribu persen benar.

                Aku bergegas ke kelas Bara, tapi baru saja aku keluar kelas aku menemukan Bara berdiri di depan kelasku. Sepertinya dia ingin menemuiku. Bara segera mendekatiku.

"kau ingin makan siang ?" tanya Bara yang kujawab anggukkan kepala disertai senyum.

Sampai di kantin, Bara memintaku duduk sedangkan dia yang mengambilkan makanan untukku. Senang sekali rasanya mendapat perhatian penuh seperti ini. Sambil menunggu Bara aku mengambil dua botol air mineral untuk kami berdua.

Bara kembali dengan membawa dua piring makanan dan satu buah pisang diatas nampan. Dia meletakkan satu piring hidangan di hadapanku lalu dia mengupas buah pisang.

"kau tahu tujuan seseorang membuat rekayasa genetika untuk buah-buahan ?"

"agar bisa dinikmati, agar mudah dimakan, agar bisa mengambil manfaat dari buahnya ?" aku menebak semua kemungkinan yang muncul di otakku. Sepertinya Bara akan melanjutkan ceritanya tentang rekayasa genetika itu.

"kau benar. Begitupun aku, kedua orang tuaku berharap dengan adanya manusia setengah tumbuhan akan bisa menghasilkan makhluk yang bisa menjaga tumbuhan dengan baik, menjaga agar bumi kita tetap hidup, manusia yang bisa berkomunikasi dengan tumbuhan lalu bisa memberikan apa yang tumbuhan butuhkan. Mamaku bilang aku harus menjaga tumbuhan agar manusia bisa tetap hidup. Aku senang bisa menjadi makhluk yang bermanfaat bagi manusia dan tumbuhan, keduanya" aku segerea menutup mulut Bara dengan telapak tanganku. Bara memberiku tatapan bingung.

"kita di tempat umum nanti orang dengar" aku mengingatkannya.

"tenang saja, tidak ada yang mempedulikan kita"

Kami makan dengan tenang, tidak membicarakan hal mengenai rekayasa genetika itu lagi. Kami membicarakan tugas sekolah. Bara punya tugas membuat alat peraga untuk sel. Dia menceritakan padaku tentang idenya, dia ingin membuat sel dari bahan-bahan makanan. Dia ingin membawa makanan yang dia susun seperti bagian-bagian dari sel. Itu hal yang mudah dan tidak rumit. Dia kreatif sekali atau cerdik lebih tepatnya.

Selesai makan kami kembali ke kelas, lebih tepatnya ke kelasku. Bara bilang dia akan di kelasku sambil menunggu bel masuk. Kami duduk di kursi yang ada tak jauh dari ruang kelasku. Kebetulan kursi itu kosong dan kami memutuskan untuk kesana saja. Aku memberanikan diri untuk menanyakan hal mengenai orang tua Bara. Aku bertanya bagaimana orang tua Bara, maksudku bagaimana mereka merawat Bara yang tercipta sebagai manusia spesial ini. Apakah sama atau berbeda.

"Orang tuaku sibuk di lab mereka selalu bertanya bagaimana sekolahku dan aku hanya bilang baik baik saja. Mereka selalu mengecek semua organku secara berkala menulis semua perkembangan biologis dalam tubuhku di buku jurnal."

"menarik sekali, apa saja yang kau bisa. Maksudku selain kau bisa bicara dengan tumbuhan, apa kelebihanmu yang lain. mmm kau makan nasi, lalu apa kau juga butuh nutrisi seperti pupuk ?"

"iya, aku butuh nutrisi itu untuk membantuku melakukan fotosintesis"

Aku melotot, ini fakta yang lebih menarik "kau berfotosintesis ?" ucapku dengan lirih, aku menjaga nada bicaraku dengan hati-hati

"iya. Tapi aku tidak berbuah hanya saja di kepalaku akan tumbuh daun setelah fotosintesis" aku segera memeriksa kepala Bara, tapi tidak kutemukan daun disana.

"tidak ada"

"aku tidak sedang fotosintesis, lain kali jika aku lakukan akan kuberitahu"

"lalu jika kepalamu tumbuh daun apa tidak ada yang curiga atau ? "

"tidak banyak yang memperhatikanku membuatku merasa beruntung dan jika tiba-tiba tumbuh aku segera memotong daunnya"

"dipatahkan ?"

"ya. Itu tidak apa-apa hanya sebuah siklus jadi aku tetap baik-baik saja"

Aku rasa itu keren sekali. Aku tidak sabar ingin melihat secara langsung bagaimana daun itu tiba-tiba muncul di kepala Bara.

"apa hanya itu ?"

"tidak, tapi pelan-pelan saja informasinya kuberikan padamu" Bara tertawa, aku terlalu bersemangat sampai ingin tahu semua hal sekarang juga "hal ini juga yang membuatku menjauhimu"

Aku menatapnya bingung "kenapa ?"

"sebenarnya aku tidak tahu apa yang kurasakan padamu tapi Aku tidak pernah berpikir manusia sepertiku bisa jatuh cinta"

Aku bisa merasakan kebingungan yang dia rasakan. Mungkin Bara pikir jatuh cinta hanya bisa dilakukan oleh manusia seutuhnya. Tapi Bara kan masih bagian dari manusia jadi kemungkinan dia bisa jatuh cinta itu masih ada.

Bisa kusimpulkan, ini pasti perasaan jatuh cinta Bara yang pertama. Aku tersenyum setelah memikirkan itu. Lagi-lagi Bara membuatku merasa tersanjung. Bara selalu membuatku merasa satu-satunya dihidupnya.

"kenapa kau tersenyum ?" tanya Bara bingung, aku kembali memasang wajah datar dan menggeleng. Aku tidak akan mengakui bahwa aku baru saja memikirkan hal yang indah tentangnya, itu membuatku malu.

"apa kau tidak pernah jatuh cinta sebelumnya ?" tanyaku, meski aku sudah bisa menebak jawabannya.

"mungkin sepertinya yang kurasakan sebelum ini adalah perasaan sayang bukan jatuh cinta" seketika mendengar jawabannya membuatku kesal.

"siapa orang yang kau sayangi sebelum ini ?" tanyaku dengan ketus. Aku tidak bisa menyembunyikan kekesalanku.

"haha kau jangan marah. Maksudku begini, aku bisa merasakan kasih sayang kepada orang tuaku. Perasaanku kepada orang tuaku dan padamu itu berbeda. Kau tahu, aku menyayangimu dan kau membuat jantungku berdebar lalu aku menyayangi orang tuaku tapi mereka tidak membuat jantungku berdebar"

Oh aku terburu berburuk sangka padanya, ternyata itu yang dia maksudkan. Maafkan aku yang posesif Bara.

"kau lucu sekali"

"kau lebih lucu, tadi kau marah sekarang kau tersenyum" Bara mengusap kepalaku

..............................................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now