20. Ketahuan

129 8 0
                                    

Aku mempersiapkan diri untuk menghabiskan malam minggu dengan Elo. Memakai baju yang nyaman dan riasan sederhana. Aku merias diri seperti biasanya, maksudku tidak melakukan sesuatu berlebihan untuk membuat orang lain terkesan.

                Setelah memasukkan ponsel dan dompet ke dalam tas slempang akupun berpamitan ke mamaku dan meminta supirku mengantarkan. Aku sengaja melarang Elo menjemput ke rumahku. Bukankah itu terasa terlalu intim jika dia datang menjemput. Padahal kita baru saja kenal.

                Ketika memasuki café aku berjalan santai ke meja pemesanan. Memesan satu gelas minuman saja cukup. Pengunjung disini ramai, hampir memenuhi semua ruangan, membuatku kesulitan ketika memilih tempat duduk. Untung saja ada satu yang tersisa. Satu meja diujung ruangan disamping sebuah tanaman berdaun lebar dengan dua kursi disampingnya. Aku segera duduk disana sebelum orang lain mendahului.

                Elo belum datang, aku sengaja datang lebih awal dari perjanjian memang. Tidak ada tujuan khusus hanya ingin datang lebih dulu saja. Pelayan mengantarkan pesananku. Setelah dia meletakkan minumanku aku memberikan ucapan terimakasih atas pelayanan yang dia berikan.

                Aku mengambil ponsel untuk memberitahukan Elo bahwa aku sudah sampai di café. Sambil menunggu Elo, aku menikmati minumanku sekaligus menikmati suasan café yang nyaman. Suasana yang hangat dan ceria, semua orang bercengkrama dengan senyum terukir di bibir. Diiringi musik yang mengalun pelan dari pengeras suara menambah kesan nyaman di café ini.

                Tidak lama kemudian Elo datang. Meski aku duduk di sudut ruangan tapi dengan mudahnya Elo bisa menemukanku, kukira tadi dia akan kesulitan. Dia memesan minumannya lalu menghampiriku. Elo memberikan senyuman ramah sambil duduk di depanku.

"kau sudah lama ? maaf aku membuatmu menunggu" ucap Elo dengan wajah merasa bersalah.

"aku sendiri yang sengaja datang awal" aku mencoba menghiburnya. Elo melihat pesananku. Melihat aku hanya memesan minum, ia akhirnya menawarkan makanan lain

"apa kau tidak lapar ? apa kau ingin memesan sesuatu ?" sebenarnya aku tidak berminat makan apapun, tapi untuk menghargai usaha Elo yang sudah menawarkan sekaligus membuatnya merasa lebih baik setelah merasa bersalah akhirnya aku mau memesan sesuatu. Burger dan kentang goreng. Elo yang memesankan untukku.

                Tidak lama setelah makanan tersaji, Elo mengajakku untuk menyantapnya terlebih dulu. Dia memakan ayam krispi dengan saus. "aku suka tempat ini, aku sering kesini" satu potong ayam dari garpu masuk ke mulut Elo. Dia memulai percakapan. Aku masih berusaha menelan burger yang kugigit jadi aku mengangguk saja memberikan respon padanya.

                "selain semua sajian menu-nya enak tempatnya juga nyaman" Elo mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan seolah dia menunjukkan bahwa café ini nyaman. aku sependapat dengannya. Burger yang kumakan memang enak, sesuai seleraku. Komposisi rasa daging, sayur, saus dan mayonise sangat serasi tidak ada yang mendominasi dan semuanya seimbang. Aku menyukainya, aku seperti sedang jatuh cinta dengan burger ini. Sepertinya aku harus membawa pulang.

Aku mengangguk dengan semangat menyetujui perkataan Elo, padahal mulutku masih penuh dengan burger. Hal ini membuat Elo tertawa.

"kau harus memakannya pelan-pelan" tangan kanan Elo mendekati wajahku, maksudku pipiku. Seperti membeku tiba-tiba aku tidak bisa bergerak malah menunggu apa yang akan Elo lakukan. Aku ingin mencegahnya tapi tidak bisa. Tangan kanan Elo mengusap sesuatu dari ujung bibirku. Astaga malu sekali sudah besar makan berantakan.

                Sesaat setelahnya Elo mengusap kotoran dari tangannya dengan tisu. Entah kenapa debaran jantungku ketika Elo melakukan itu rasanya tidak nyaman. Aku tidak suka Elo melakukan itu padaku. Kenapa Dia lancang sekali. Seketika nafsu makanku berkurang.

                Setelah makanan miliknya habis, Elo kembali bercerita. Dia menceritakan kejadian dikelasnya. Aku hanya menyimak sambil makan secara perlahan. Terlihat jelas Elo berusaha mencairkan suasana dan membuatku merasa nyaman. Aku tidak tahu apa yang membuatku tidak bersemangat. Seharusnya aku bisa memaklumi perbuatan Elo dan menikmati percakapan ini. Tapi mendengar celotehan Elo sama sekali tidak menarik.

                Elo masih menceritakan banyak hal, sekolahnya, teman temannya, keluarganya bahkan hingga peliharaannya. Aku menyembunyikan ketidaknyamananku dengan senyuman. Sesekali Elo bertanya tentangku tapi aku hanya menjawab sedikit. Dia memancingku untuk bercerita juga tapi aku tidak tertarik.

                Akhirnya aku bisa menghabiskan burgerku meskipun dengan waktu yang lama. Elo masih asyik bercerita dan aku sudah sangat kenyang. Kenyang perut, kenyang telinga. Kapan ini akan berakhir.

                Aku melirik ke pintu masuk, ketika kulihat manusia dengan postur tubuh yang sangat kukenali. Tinggi badannya, besar punggungnya hingga model rambutnya. Mataku mengikuti pria yang sedang memesan itu. Semoga Elo tidak tahu jika aku sedang mengabaikannya.

                Pria itu kemudian berbalik badan untuk mencari tempat duduk. Pada saat itulah aku bisa melihat siapa orang itu dan astaga tebakanku benar. Bara, itu Bara. Aku segera mengalihkan wajahku namun juga masih ingin melihat Bara. Aku ingin tahu Bara duduk di mana. Kuharap Bara tidak melihatku, dan kuharap lagi dia tidak duduk di dekatku.

                Ketika Bara sedang kebingungan mencari tempat duduk, Jafin datang dari arah pintu masuk. Bagus sekali momen yang sangat menarik untuk mengancurkan masa depanku. Aku menutupi wajahku dengan telapak tangan yang kuletakkan di samping pipi seolah sedang menopang kepala. Aku harus pandai bersembunyi.

                Sialnya kulirik mereka berdua berjalan kearahku. Astaga ya Tuhan apa ini. aku segera merapalkan segala doa agar persembunyianku berhasil. Sesekali aku masih melirik Bara, sekali lagi untuk memastikan dia tidak duduk di dekatku.

                Ketika mataku melirik Bara, kebetulan sekali mata Bara juga menatapku. Seolah Bara menangkapku dengan sorotan matanya yang tajam. Dia bahkan tidak mengalihkan pandangannya dariku. Aku tidak bisa menggambarkan arti dari sorot mata Bara. Entah itu kesal atau kekecewaa, sepertinya keduanya.

                Lebih buruk lagi Bara duduk tak jauh dariku dengan posisi yang sangat jelas memperhatikanku. Aku tidak bisa berpikir apapun lagi. Bara melihatku dimana aku sedang duduk berdua dengan Elo. Meskipun aku tidak punya hubungan apapun dengan Elo tapi ini sangat tidak baik. Aku bodoh sekali kenapa aku harus menyetujui ajakan Elo.

                Tidak menunggu waktu lama aku segera memotong ucapan Elo dan berpamitan pulang.

"aku harus pulang" aku mengambil ponsel lalu memasukkan ke dalam tas.

"kenapa terburu-buru" pertanyaan wajar dari Elo. Tentu saja dia akan bertanya seperti itu. tidak mungkin akan kujelaskan jika aku ketangkap basah.

"ada yang mati" ucapku asal. Aku segera berdiri tapi Elo malah menangkap tangan kananku. Elo menahanku.

"siapa yang mati ? biar kuantar" Elo juga ikut berdiri. Dia tampak khawatir. Tepat sudah, adegan ini akan terlihat sangat menarik dari sisi manapun. Membayangkan apa yang dipikirkan Bara tentangku membuat hatiku sendiri hancur. Dadaku terasa mengganjal dan sesak, sangat tidak nyaman.

"supirku masih menungguku" aku melepas tangan Elo, dengan sedikit paksaan karena Elo menggenggamku kuat. Perasaan tidak nyaman ini semakin kuat. Rasanya seperti ada yang sakit tapi tidak benar-benar sakit. Sulit sekali menjelaskannya.

"siapa yang mati ?" tanya Elo lagi.

"bunga anggrek mamaku" kali ini aku berhasil melepaskan tanganku darinya.

Dengan tatapan bingung Elo membiarkan aku menjauh "hah bunga" aku mendengar suara kebingungan Elo.

                Sepanjang perjalanan pulang aku merutuki kebodohanku. Seharusnya aku lebih tegas lagi menyelaraskan hatiku dengan tindakanku. Jika hatiku suka dengan Bara maka tidak seharusnya tindakanku bermalam minggu dengan Elo. Sial. Kenapa aku merasa sudah putus bahkan sebelum jadian.

.................................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now