23. Sekotak Nasi Goreng

113 6 0
                                    

                Aku tidak bisa berhenti berpikir mengenai Bara. Ini seperti penyakit, menyakitkan dan harus segera diobati. Aku butuh obat. Obat seperti tahap penyelesaian masalah bagiku. Aku terus mencari ide untuk menyelesaikan semua masalah ini. Kurasa tidak satu orang pun bisa memberiku saran, karena tidak satupun merasakan diposisiku. Yang merasakan kebaikan Bara aku sendiri, yang berpikir Bara orang yang baik juga hanya aku. Buktinya Rea saja belum tahu jika Bara melakukan itu semua dengan alasan. Rea masih belum yakin Bara orang yang baik.

Aku tidak percaya jika Bara tidak menyukaiku. Aku tidak percaya jika Bara mempermainkanku. Aku tidak percaya apapun jika itu keluar dari mulut orang lain, bukan Bara sendiri. Yang mengatakan Bara tidak menyukaiku Jafin bukan Bara. Mungkin Bara saat ini sedang salah paham. Jadi aku harus menjelaskan semua kesalahan ini.

Sepanjang malam aku terus memikirkan Bara sampai tidak bisa tidur. Aku mengingat saat-saat aku bersama Bara. Semua kenangan indah itu masih tersimpan dengan baik dalam memori ingatanku. Mulai dari kita pertama bertemu sampai kemudian dekat dan perasaan kagum itu timbul. Bara baik dan sopan, dia juga menyenangkan. Di suatu keadaan Bara juga lucu, dia menggemaskan, dia baik dengan cara pikirnya sendiri. Kurasa Bara bersikap anti sosial bukan karena egois, tapi karena Bara adalah korban.

Bara bersikap anti sosial karena dia tidak ingin dimanfaatkan orang lain. Menjadi populer mungkin keinginan banyak orang, tapi bagi Bara itu menyulitkan sehingga dia harus melakukan hal seperti itu untuk mencegahnya menjadi populer. Disaat semua orang berusaha meraih, Bara malah mencegah. Dunia Bara memang berbeda dari kebanyakan orang itu sebabnya semua orang tidak bisa memahami Bara.

Aku baru bisa tidur pukul tiga dini hari. Itu terjadi karena mataku lelah menangis. Aku menangis sepanjang malam. Aku menangis karena situasi ini tidak kusukai. Pukul 5 pagi aku terbangun. Aku tidak bisa tidur lagi, akupun bergegas bangun karena tiba-tiba ide muncul di kepalaku. Aku ingin membuatkan makanan untuk Bara. Aku ingin membuatkan nasi goreng untuk Bara. Ini langkah awal untuk menunjukkan rasa suka ku ke Bara. Semoga ini awal yang baik.

.......................................................

Dengan perasaan penuh harap aku membawa sekotak nasi goreng hasil jerih payahku ke kelas Bara. Ini bukan sembarang nasi goreng, ini nasi goreng penuh cinta, penuh kasih sayang serta penuh pengharapan. Kuharap Bara akan menyukai.

Aku membawa nasi goreng ini ke kelas Bara saat jam istirahat pertama. Tepat ketika aku hampir sampai di kelas Bara, aku melihatnya keluar kelas. Tidak menunggu waktu lama aku mengejarnya "Bara..." aku berteriak dan Bara berbalik badan. Dia berhenti untuk menungguku.

Aku mengatur napasku dulu di depan Bara. Dadaku naik turun dan suara nafasku memburu. Dengan tangan sedikit gemetar kuangkat kotak makan itu kehadapan Bara. Aku memberikan senyum termanisku.

"apa ini ?" Bara menerima kotak tersebut. Dia membukanya dengan perlahan. Entah kenapa melihat Bara membuka kotak dadaku berdegup kencang. Aku cemas. Takut Bara tidak suka, atau Bara menolaknya atau entahlah hal buruk lain.

"topingnya banyak sekali" ucap Bara setelah berhasil membuka. Memang aku memberi tambahan banyak toping diatas nasi goreng. Timun, sosis, ayam, dan cabai rawit. Potongan sosis dan ayamnya sangat banyak, hampir menutupi nasi goreng. Aku sengaja melakukannya, sebagai simbol sebanyak itu harapanku saat ini. Semoga Bara menyadarinya.

"silahkan dimakan" aku memberinya sendok dan garpu yang juga sudah kusiapkan di dalam kotak dengan ukuran kecil. Aku menyerahkan kotak kecil ini.

Bara menutup kembali kotak nasi goreng. Perasaanku mulai berkecamuk, kenapa ditutup. Ayolah jangan terjadi hal buruk kali ini. "temani aku makan" Bara menarik tangan kananku yang masih memegang kotak sendok.

Bara membawaku ke kantin. Kantin yang sepi, karena jam istirahat pertama memang selalu jarang siswa ke kantin. Kebanyakan siswa melakukan aktivitas lain seperti mengerjakan tugas kelompok atau tugas tugas lainnya.

Bara membuka lagi kotak nasi goreng. Aku membantunya dengan membukakan kotak sendok dan garpu. Ketika Bara menyuapkan satu sendok ke dalam mulutnya, disitu aku merasa gugup lagi. Apa masakanku akan sesuai selera Bara, kalau tidak bagaimana, apa dia akan marah.

"kau tidak perlu gugup, ini sangat enak" seketika semua beban dalam benakku seperti terangkat. Aku merasa ringan dan seperti bisa melayang tertiup angin. Bara aku sampai ingin memelukmu karena saking senangnya.

"aw berhenti tersenyum. Itu menambah rasa manis di nasi goreng ini" Bara bergurau. Bara kembali dengan segala gombalannya. Aku tidak bisa menahan tawaku, diapun juga begitu. Aku tahu itu hanya gurauan tapi aku menyukainya.

Sepertinya ini akan berhasil, ini akan memperbaiki semuanya. Bara sudah kembali seperti sebelumnya. Kurasa yang dikatakan Jafin semua itu salah. Bagaimana jadinya jika aku menceritakan semua kejadian ini ke Rea dan sampai ke telinga Jafin. Pasti mereka berdua merasa bersalah. Tapi tidak apa-apa aku tidak akan marah, mereka mau yang terbaik untukku tapi mungkin salah langkah. Aku masih tersenyum mengamati Bara makan. Dan Bara juga tidak merasa canggung denganku, dia juga menikmatinya. Aku ingin saat seperti ini terjadi lebih lama serta lebih banyak dalam hidupku.

"hey, aku boleh bergabung ?" aku menoleh dan mendapati sosok yang menghancurkan hari cerahku. Elo datang. Seperti petir di siang terik. Seperti di siang hari yang cerah dan aku sudah merencanakan aktifitas yang menyenangkan tapi tiba-tiba petir datang memberi peringatan akan merusak hari cerahkuu lalu aku tidak bisa melakukan apa-apa selain berdiam di sudut ruangan. Untuk apa dia kesini. Aku melirik Bara dan mendapati ekspresi wajahnya berubah. Itu ekspresi tidak suka tapi Bara masih berusaha menutupi dan terus memakan nasi goreng.

"aku sedang membicarakan hal penting" jawabku berusaha mencegah petir ini tinggal disini. Aku mengatakannya dengan wajah serius. Dengan harapan Elo percaya dan mengerti kode ini untuk menolaknya bergabung disini.

"dia bercanda, kau boleh duduk silahkan saja" Bara menyambar perkataanku dan mempersilahkan Elo. Aku menatap Bara dengan tatapan marah. Apa Bara sedang meledekku. Tapi Bara sepertinya menghindari tatapanku. Bara tidak membalas tatapan marahku ini. Bara hanya memandang Elo lalu nasi lalu ke sekitar lalu nasi lagi lalu kembali ke Elo.

"apa kalian-" Bara membuka percakapan tapi suaranya tersendat, dia tersedak. Dengan cekatan Elo mengambilkan air mineral dari lemari pendingin tak jauh darinya. Elo memberikan itu dan Bara meminumnya. Bara terlihat menelan dengan susah payah.

"apa kalian dekat ?" Bara menunjuk kami berdua. Sepertinya aku lebih memilih tersesat di hutan saja dari pada menerima pertanyaan seperti ini dari Bara. Aku segera menggelengkan kepala tapi Elo malah tertawa. Apa maksud tawa itu.

.....................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now