13. Apa kau cemburu ?

180 8 0
                                    

Aku ingin bersantai di café lagi. Sekedar minum minuman manis dan sepotong hidangan manis. Bel pulang sekolah berdering, aku pergi ke café depan sekolah. Sepertinya café ini akan masuk ke dalam list café favoritku. Aku akan sering kesini, untuk memikirkan hal hal yang perlu dipikirkan selain mata pelajaran.

                Rea menolak ajakanku. Sebenarnya aku juga tidak sungguh-sungguh berharap Rea ikut ya sekedar menggugurkan kewajiban saja menawarkan ajakan. Rea akan menonton pertandingan basket 'lagi' seperti biasanya.

                Masuk ke café, pelayan café masih mengingatku. "atas nama Falee dengan dua ee kan ?" kata pelayan perempuan ketika menuliskan nama pesananku. Aku menjawabnya dengan senyum manis. Ramah juga, mungkin itu salah satu strategi marketing disini. Menarik.

                Setelah membayar pesanan akupun memilih tempat duduk. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ruangannya kecil jadi tidak butuh waktu lama untuk berpikir. Aku duduk di bagian dalam, maksudku di kursi paling belakang. Aku tidak akan duduk di depan samping kaca lagi. Karena aku tidak berharap Bara akan melihatku lalu menyusulku.

                Selama menunggu pesanan, satu persatu pengunjung memasuki café. Ramai juga. Tidak hanya ramai pengunjung yang tinggal di café tapi juga pengunjung lain yang membeli di bawa pulang.

                Pesananku datang, pelayan laki-laki dengan ikat di kepala tersenyum padaku. Kurasa semua pelayan disini ramah. Aku mengeluarkan ponsel. Memeriksa notifikasi dan kulanjutkan sedikit stalking akun Bara.

                Aku bisa menemukan akun Bara dengan mudah. Dia menggunakan nama aslinya. Tidak banyak foto yang diunggah Bara dan tidak banyak juga pengikutnya. Tidak sampai seratus orang. Aku ingin menekan tanda 'follow' tapi sebagian dari diriku masih malu.

                Akhirnya kuurungkan niatku. Aku melihat satu persatu foto Bara, foto sendiri mengenakan setelan jas lengkap, sepertinya dia tengah berada di acara pernikahan. Lalu foto dengan motor besar miliknya. Dan terakhir foto Bara dengan Jafin di lapangan basket. Hanya tiga foto itu. Tidak ada komentar yang istimewa selain komentar dari Jafin di foto terakhir yang mengatakan dirinya tampan. Dan Bara tidak memberikan balasan.

                Aku meletakkan ponselku. Aku mengambil puding milikku, menikmatinya sambil memperhatikan kesibukan di dalam café. Mataku menemukan Gita dan Sasa yang baru saja masuk. Kesempatan yang tepat, aku ingin bicara dengannya.

                Aku berharap Gita dan Sasa tidak memesan untuk di bawa pulang. Mataku masih awas memandangi mereka. Jika mereka ternyata keluar café aku siap berlari menahan mereka.

                Dengan mulut yang terus tertawa Gita dan Sasa duduk tak jauh dari mejaku. Aku merasa lega seketika mulutku tersenyum senang.

                Aku mengambil ponsel dan tas lalu berjalan mendekati mereka. Aku duduk di kursi yang berada didepan mereka.

"hai"

"hai Falee, tumben gabung kita, mau traktir kita ?" jawab Sasa dengan tawa khasnya.

"aku hanya perlu waktu sebentar untuk menanyakan sesuatu" ucapku dengan sedikit canggung. Aku harus bertanya atau aku akan penasaran.

"tanya apa ?" jawab Gita yang sekarang menatapku serius.

"kalian kenal Bara ?"

Gita memalingkan pandangannya dariku seperti enggan menjawab. Sasa terkejut dengan ekspresi yang ditunjukkan Gita "aku tidak tapi Gita sedikit kenal, hanya sedikit" Gita tidak menjawabnya.

Pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Aku membiarkan mereka minum dulu.

"kenapa bisa kenal ?" tanyaku berhati-hati.

Who Are U ?Where stories live. Discover now