37. Our First Day

107 7 0
                                    

Pagi ini Bara mengirim pesan padaku dan mengatakan dia akan menjemputku. Dengan senang hati aku menerima ajakan Bara. Aku bersiap lebih awal dan sudah duduk manis di teras rumah menunggu kedatangan Bara. Aku sudah berdandan rapi, aku bersih dan bauku harum. Aku gugup, ini pertama kalinya Bara menjemputku ke sekolah dengan status pacar. Ya dia pacarku sejak kemarin kita baru saja meresmikannya. Memikirkannya saja membuat dadaku bergemuruh. Aku senang sekaligus gugup, lidahku sampai gatal.

Pak supirku keluar dari persembunyiannya hendak menyiapkan mobil. Aku segera mencegahnya "Bapak bisa bersantai menikmati pagi yang cerah ini tanpa harus repot repot mengantarkan saya ke sekolah" ucapku dengan senyum lebar.

Pak Hartono menatapku bingung "Apakah saya berbuat suatu hal yang salah mbak ?" ucapnya dengan wajah khawatir.

"tidak tidak. Saya akan dijemput pangeran berkuda putih" jawabku yang diakhiri tawa riang. Aku mengabaikan Pak Hartono yang masih kebingungan. Aku berlari ke pintu gerbang karena aku mendengar ada pergerakan mobil tiba di depan.

Sebuah supercar mewah berwarna putih berhenti dengan elegan di depan pagar rumahku. Sepertinya bukan Bara. Siapa dia, apa mungkin salah jalan, atau dia mencari orang tuaku. Aku tidak pernah punya teman yang memiliki mobil sekeren ini. Sebaiknya aku kembali ke teras rumah, ternyata Bara belum datang.

"HEY, kenapa kau masuk lagi ?" aku berbalik badan dan betapa kagetnya aku melihat siapa yang berdiri disamping mobil mewah ini. Dia jadi terlihat seribu kali lebih tampan ketika berdiri dengan senyum lebar disamping mobil fantastis itu. Mulutku menganga saking terkejutnya.

"kau. Pinjam siapa mobil ini ?" celakalah mulutku yang kurang ajar ini. Maaf Bara aku hanya bercanda sedikit. Aku mendekati Bara.

Bara tertawa "mobil papaku, apa aku membuatmu terkejut ?"

"tentu saja" aku mengangguk serius. Aku memperhatikan mobil Bara dan tidak berhenti dibuat terkejut. Papa Bara sepertinya bukan orang biasa,beliau punya selera yang keren. "kita akan ke sekolah dengan ini ?" tanyaku lagi. Bara menjawabku dengan anggukan.

"kau yakin ?"

"memangnya kenapa ? aku sudah legal mengendarainya" Bara menarik tanganku ke pintu untuk kursi penumpang. Bara membukakan pintu untukku dan memegang kepalaku ketika aku masuk ke mobil. Aduh, kondisi jantungku benar-benar tidak karuan mendapat perlakuan seperti ini. Darahku serasa berdesir kemana-mana.

Aku mulai memperhatikan Bara. Penampilannya sedikit berubah, kancing bajunya terbuka semua, memperlihatkan kaos putih yang ia kenakan. Biasanya kancing baju Bara hanya terlepas ketika pulang saja. Rambutnya juga berubah, sepertinya ia mengubah modelnya, jadi lebih rapi dan lebih bagus dari biasanya. Ditambah lagi, kali ini Bara memakai jam tangan dan gelang. Ada apa dengan Bara. Dia berubah, jadi lebih keren. Sebelumnya Bara memang sudah keren tapi sekarang bertambah lagi.

Bara mengemudikan mobil dengan santai, dia menyalakan musik dan sesekali ikut bersenandung. Ini suasana baru bagiku dan aku tidak tahu harus bersikap apa. Maksudku bagaimana sebaiknya sepasang kekasih bersikap. Kenapa jadi terasa canggung dan gugup. Dari awal Bara yang ragu dengan hubungan ini tapi nyatanya aku yang kaku.

"kita sampai. Kau jangan keluar sampai aku yang membukakan pintu mobil" aku tidak menyadari bahwa kita sudah tiba di sekolah, aku terlalu larut dalam pesona Bara. Aku tersenyum mengangguk kemudian Bara keluar lebih dulu. Dia membukakan pintu untukku. Kami berjalan ke koridor kelas.

Beberapa pasang mata memperhatikan kami. Ada beberapa yang terbengong melihat Bara. Penampilan Bara sangat mencuri perhatian. Beberapa diantaranya bahkan dengan terang-terangan mengarahkan kamera ponselnya pada kami. Dua orang siswi yang berdiri di depan kelas bahkan sampai senyum-senyum melihat Bara lalu setelah Bara melempar senyum pada mereka, mereka berdua teriak histeris. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.

Sepanjang jalan menuju kelasku, Bara merangkul pundakku. Dia tidak malu atau canggung melakukan hal itu. "kenapa kau merubah gayamu ?" tanyaku ketika kita sudah tiba di depan kelasku.

"agar pacarku bangga"

Aku tidak bisa menahan senyum mendengar jawaban Bara "kenapa aku senang sekali mendengar kalimat pacarku"

Ketika kami berdua masih sama-sama tersenyum tiba-tiba Rea datang menabrak punggung Bara. Sepertinya dia tidak sengaja, Rea tidak mengatakan apapun dan langsung masuk ke kelas. Aku sempat memperhatikannya sekilas, kedua matanya sembab dan bola matanya memerah. Sepertinya ada hal buruk terjadi padanya.

"dia kenapa ?" tanya Bara.

"entah, sebaiknya aku menemui Rea dan kau ke kelas"

"okey"

Aku mendekati Rea yang terkulai lemah meletakkan kepalanya diatas meja. Aku mengusap punggungnya dengan perlahan.

"Re, kau baik-baik saja?"

Dia tidak memberikan jawaban, bahkan dia tidak bergerak sedikitpun. Aku tidak menuntutnya, aku hanya diam dan berusaha menenangkannya dengan mengusap-usap punggungnya.

Lima menit kemudian aku mendengar suara isakan. Aku mulai khawatir padanya "Re kau menangis. Apa kau baik-baik saja. Apa yang bisa kulakukan untukmu ?"

Rea mengangkat kepalanya. Kedua matanya sudah berlinang air mata. Rea memelukku lalu tangisnya semakin menjadi. Aku berniat membawanya ke ruang UKS karena kuperkirakan sebentar lagi kelas akan dimulai dan kondisi Rea kurang baik.

Tidak lama Rea melepas pelukannya, dia menghapus air mata di pipinya dengan tisu yang dia bawa. Dia mulai berhenti menangis. "Jafin"

"ada apa dengan Jafin ?"

"Jafin tidak membalas pesanku dua hari"

Kurasa itu bukan masalah besar, tapi kenapa Rea begitu sedih.

"mungkin Jafin sibuk"

"Jafin juga menolak ajakanku makan bersama di kantin. Sejak seminggu terakhir aku selalu makan sendiri di kantin seperti orang tolol. Kau sibuk dengan Bara"

"maafkan aku"

"masalahnya sekarang adalah Jafin bukan kau dan Bara"

"mungkin Jafin ada alasan lain"

"Jafin berubah, dia mulai aneh"

"jangan asal menyimpulkan. Tanya saja dulu"

"tanda-tandanya sudah ada Fal aku bisa merasakan. Sepertinya Jafin selingkuh"

Aku terkejut mendengar kalimat itu keluar dari mulut Rea. Mengingat hubungan mereka selalu manis dan terlihat baik-baik saja. Jika hal itu terjadi sungguh Jafin tidak termaafkan.

"kau yakin ?"

"Jafin tidak membalas satupun pesanku. Dia juga tidak menerima telfon dariku sudah dua hari tidak ada kabar sama sekali. Dia anggap aku siapa" Rea mulai berkaca-kaca lagi.

"baru dua hari, jangan langsung menyimpulkan. Kurasa Jafin orang yang baik Re"

Aku bukannya membela Jafin aku hanya ingin menyelamatkan hubungan mereka.

"orang selalu berubah, sepertinya Jafin juga berubah" jawab Rea masih bersikukuh

"kalau begitu aku akan menemuinya nanti"

"tidak bisa, dia selalu menghindariku dengan alasan yang aneh. Kau juga pasti tidak akan bisa menemuinya. Dia menghindariku padahal aku sudah menghampirinya ke kelas"

Percakapan kita harus terpisahkan karena guruku sudah datang. Aku tidak menyangka hubungan Rea akan berada di situasi seburuk itu. Aku ragu jika Jafin melakukan semua hal itu. Aku yakin mereka saling jatuh cinta lalu apa mungkin perasaan jatuh cinta bisa berubah secepat itu. Aku jadi mengingat hubunganku dengan Bara yang baru saja mulai. Aku khawatir hal seperti ini akan terjadi padaku.

..........................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now