18. Tidak Peka

147 9 0
                                    

Aku kembali ke kelasku sebelum bel tanda masuk berbunyi. Ketika sedang berjalan, seseorang menghentikanku tepat di depan kelasku. Dia tersenyum ramah padaku. Dia orang yang memberiku coklat ketika aku akan pergi ke pantai beberapa waktu lalu. Untuk apa Dia ada disini. Oiya aku sudah menghabiskan coklat darinya. Itu hadiah coklat pertama yang kudapat dari seorang laki-laki.

"hai" sapanya dengan pandangan yang ramah.

"hai" jawabku juga dengan senyum.

"kau dari kantin ?" Dia bertanya dengan nada bicara yang canggung. Sebenarnya apa yang ingin anak ini sampaikan.

Aku menggeleng kepala "aku dari kelas lain"

"kelas Bara ?" sepertinya dia tahu Bara. Aku mengangguk mengiyakan.

"mmm kalian berpacaran ?" tanyanya berhati-hati. seketika aku diam dan berpikir. Aku harus jawab apa ya. Aku takut salah paham lagi seperti Rea. Jika kujawab iya tapi Bara belum mengatakan apapun padaku. Tapi jika kujawab bukan nanti Bara kecewa karena kita sudah dekat sejauh ini. Lalu apa namanya hubunganku dengan Bara ini.

"tidak. Aku mengembalikan jaket Bara" dalam hati aku berkata belum. Pertanyaannya adalah pacaran jadi 'tidak' adalah jawaban yang tepat. Lain kali jika ada yang bertanya apakah aku dan Bara dekat maka akan kujawab 'iya'.

Mendengar jawabanku anak itu tersenyum dan seperti merasa lega. Kenapa Dia bersikap seperti itu.

"apa kau suka coklatnya ? coklat yang kubawakan, jika kau suka akan kubawakan lagi"

"aku suka, aku menghabiskannya tapi tidak perlu membawakanku lagi"

"baiklah, kalau begitu aku kembali ke kelas. Sebentar lagi bel" Dia tersenyum padaku, lalu tangan kanannya melambai dan dia mengatakan "bye"

Aku merasa aneh, Dia kesini hanya untuk menanyakan itu saja untuk apa.

"tunggu. Namamu ?" aku bahkan belum tahu nama Dia siapa.

"oiya kita belum berkenalan. Waktu itu aku memberimu coklat ingin berkenalan tapi sepertinya kau sibuk"

"jadi ?" aku menunggu dia menyebutkan nama.

Dia mengulurkan tangannya "Elo" aku menerima tangannya dan mengatakan namaku.

"ya aku tahu nama lengkapmu Faleesha Arshavina" aku hanya bisa menjawabnya dengan senyum canggung lalu segera pergi ke dalam kelas.

Aku tidak mengerti apa yang sedang Elo lakukan. Dia memberiku coklat, dia tahu nama lengkapku. Apa selama ini diam-diam Dia mengikutiku. Menyeramkan sekali. Semoga Dia tidak berniat melakukan kejahatan apapun. Aku menggaruk-garuk kepalaku berharap ketakutan tentang Elo bisa segera pergi dari kepalaku.

"aku lihat kau tadi dengan Bara lalu barusan kau dengan Elo" Rea duduk di kursi miliknya yang ada di sampingku.

"kau tahu. Elo sangat aneh, untuk apa Dia memberiku coklat lalu dia juga akan memberikan coklat lagi dan Dia tahu nama lengkapku. Sepertinya Dia akan melakukan kejahatan padaku kan"

Rea tersenyum masam "kau benar Dia akan mencurimu"

"mencuri. Apa yang bisa dicuri dari siswa biasa seperti aku ?" aduh aku semakin pusing memikirkannya

"mencuri hatimu"

Apa Rea sedang bercanda. Bel tanda masuk berbunyi. Rencanaku untuk memukuli Rea akan kutunda sebentar.

.....................................................

                Sepulang sekolah Rea mengajakku ke café yang berada di depan sekolah. Dia memintaku mengajarinya mengerjakan tugas tambahan. Tugas matematika lagi. Kami memesan dua gelas coklat susu dan dua piring yang berisi masing-masing sepotong kue tart.

"jadi jujurlah padaku, kau pacaran dengan Bara atau kau pilih Elo ?" Baru juga duduk dan pelayan mengantarkan makanan, Rea langsung memberikan pertanyaan mematikan. Ini kursi café atau kursi interogasi.

"apa maksud pertanyaanmu ?"

"sudah kubilang kan, aku melihatmu dengan Bara tapi lalu kau dengan Elo di depan kelas kita"

Aku menenggak minumanku "aku tidak tahu apa yang sedang Elo lakukan tapi aku dan Bara ya begitu baik-baik saja"

"kau jangan bodoh, Elo sedang berusaha mendekatimu. Begitu saja kau tidak peka" Rea mengambil satu potongan kue, dia tidak kunjung mengeluarkan bukunya, padahal aku sedang menunggu itu.

"apa begitu ciri-ciri seorang laki-laki yang sedang mendekati perempuan"

Rea menggaruk pelipisnya sepertinya dia kesal pada pertanyaanku "aku memaklumi karena kau belum pernah pacaran sebelumnya. Untung saja kau berteman denganku yang mengerti situasi seperti ini. Meskipun tidak dikatakan tapi sudah jelas Elo sedang mendekatimu"

"oh okey"

"lalu kau ?"

"aku harus bagaimana ? ya biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau kan ?"

"apa kau menyukai Elo ? jika tidak maka kau juga harus memberi isyarat jika tidak tertarik. Kau jangan mempermainkan dua laki-laki sekaligus. Kau memilih Bara atau Elo ?"

Aku menggelengkan kepala menolak keras tuduhan Rea "atau malah kau yang menjadi korban mereka berdua. Kau terlalu bodoh dan tidak peka"

Mataku mendelik menuntut ucapannya. "sebaiknya keluarkan bukumu sekarang atau kutinggal pulang"

"okey okey, aku hanya berpesan jika kau bingung maka kau bicarakan saja padaku hal hal percintaan itu, aku akan memberimu saran" Rea bergerak mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Akhirnya !

                Setelah selesai membantu Rea, akupun meminta supirku untuk menjemput. Apa yang dikatakan Rea mengganggu pikiranku. Apa aku harus memberi isyarat kepada Elo jika aku tidak tertarik padanya. Tapi kita baru saja kenal apa tidak bisa berteman saja. Kelihatannya akan jahat sekali jika aku tiba-tiba langsung menolaknya.

                Tapi jika aku berteman dengan Elo apa Bara akan marah padaku. Apa Bara akan berpikir hal lain yang lebih buruk. Tapi aku dan Bara kan belum ada ikatan apapun. Bara tidak mengatakan apapun padaku. Sepertinya bukan masalah jika aku berteman dengan laki-laki. Bukan masalah kan, laki-laki dan perempuan sama saja.

                Lagipula sebenarnya Bara ini menunggu situasi seperti apa. Kenapa Dia tidak mengatakan untuk jadi pacarku seperti di film-film. Dia sudah menunjukkan semua rasa pedulinya padaku tapi Dia tidak mengatakan apapun. Apa Bara belum siap ?

                Apa aku juga harus memberikan isyarat bahwa aku juga menyukai Bara ? tapi kemarin aku sudah mengatakannya, aku sudah menjelaskan kesalahpahaman mengenai Rea. Apa aku harus mengatakan lebih dulu jika aku menyukainya. Bukan masalah sekarang sudah biasa perempuan mengatakan lebih dulu.

                Tidak aku belum siap. Jangan bodoh. Stop Faleesha jangan gegabah. Biarkan semuanya mengalir dan berjalan seperti seharusnya.

Ponselku berdenting tanda pesan masuk. Ada nomor baru yang tidak kukenal. Aku membukanya.

+62816728*****

Hai, ini  Elo

Aku mendapatkan nomormu dari Rea. Aku bertemu dengannya di depan sekolah.

Aku ingin mengajakmu ke café sabtu malam nanti jika kau mau.

                Aku menghela napas. Bara saja belum pernah mengirimiku pesan. Kenapa bukan Bara sih. Harus kujawab apa pesan ini. Apa tidak apa-apa jika aku pergi dengan Elo.

                Tidak apa-apa, hanya ke café kan, hanya main saja. Aku segera memberikan balasan setelah mengambil keputusan. Aku menerima ajakan Elo. Lagipula sabtu malam aku tidak ada kegiatan. Sepertinya main ke café akan menyenangkan. Lagipula café bukan tempat sepi dan romantis, café adalah tempat main dan mengobrol dan pasti ada yang mengerjakan tugas. Tenang saja itu bukan sebuah masalah besar.

.....................................................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now