32. Take it Slowly

106 7 0
                                    

"kau bersedia pulang denganku ?" seseorang mengucapkan kalimat itu padaku. Aku baru saja keluar kelas dan berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang. Seiring suara itu berbunyi, seseorang mensejajarkan langkah kakinya disampingku. Aku memandang siapa yang bicara itu. Oh Dia Bara, aku memberikan senyum padanya.

                Tanpa berpikir dua kali lagi aku mengangguk mengiyakan. Dia membalas senyumanku tak kalah senangnya. Aku mengikuti langkah Bara pergi ke tempat parkir. Bara memberikan helm padaku. Sebelum aku memakainya aku menelfon supirku agar Dia pulang saja.

                Akhirnya setelah sekian lama aku bisa duduk di motor Bara lagi. Betapa senangnya hati ini. Tanpa kusadari aku terus mengembangkan senyum, aku bahkan tidak peduli kemana Bara akan membawaku. Aku menikmati perjalanan tidak mau moment seperti ini segera berakhir.

                Pikiranku tersadar ketika Bara sudah menghentikan motornya. Aku memperhatikan sekitar, sepertinya aku tahu tempat ini. Bara membantuku melepas pengait helm. Sementara aku masih sibuk memastikan apa yang aku lihat. Ini taman yang sudah pernah kudatangi dengan Bara. Ini juga taman yang sama ketika aku melihat Bara bermain dengan ranting pohon beringin.

"kenapa kesini ?" tanyaku penuh selidik. Apa Bara akan memberitahu rahasianya sekarang ?, disini ?, secepat ini ?. Kukira Dia akan memberitahuku seminggu lagi atau satu bulan lagi. Apa aku sudah siap sekarang, aku mulai ragu dengan diriku sendiri.

Bara tidak memberiku jawaban, ia menarik tanganku dan membawaku masuk ke taman. Seperti biasa, taman ini selalu memiliki pengunjung meski tidak ramai. Dari kejauhan aku bisa melihat pohon beringin itu, sepertinya Bara akan membawaku kesana. Apa dugaanku benar. Rasanya setiap langkah kakiku sekarang terasa berat. Tapi aku tidak menemukan cara untuk menghentikan Bara.

"kau melihatku bermain dengan pohon beringin ini ?" Bara berhenti tepat di depan pohon beringin besar. Tempat ini sepi dan sejuk banyak udara menghantam kulitku sampai membuat buluku merinding.

Aku mengangguk kaku menjawab pertanyaan Bara. Kemudian Bara menarik tanganku untuk semakin mendekati pohon beringin. Namun aku menahannya, aku menggelengkan kepala untuk menolak ajakan Bara.

"kau akan baik-baik saja, percaya padaku"

Aku masih belum mau melangkah, aku tidak mau.

"semua akan baik-baik saja, pohon ini tidak berbahaya" akhirnya aku setuju, meski dengan ragu akhirnya aku mau melangkah mengikuti Bara.

Bara memegangi ranting itu, tidak lama kemudian ranting itu mengangkat tubuh Bara. Aku terkejut dan dengan reflek kakiku mundur. Namun langkah kakiku terhenti ketika ranting pohon ini mengangkat tubuhku. Aku memekik terkejut, rasanya sesuatu dalam dadaku berdesir. Pohon ini membawaku berayun diatasnya seperti yang dilakukan kepada Bara. Kami seperti tengah duduk diatas ayunan. Kedua tanganku memegang erat ranting, takut tiba-tiba jatuh.

"tenang saja, ini tidak akan melukaimu" Bara tersenyum, "bukankah ini menyenangkan"

"kenapa bisa begini ?" aku masih gugup, detak jantungku belum bisa tenang. Ketika melihat ke bawah, astaga ini tinggi sekali. Bagaimana jika aku jatuh, aku tidak memakai pelindung apapun.

"aku akan menjelaskannya ketika kau sudah tenang, kendalikan dirimu dulu dan nikmati. Kau percaya saja jika kau tidak akan jatuh"

Pohon beringin dan Bara seolah menunjukkan aksinya di depanku. Bara digantung dengan salah satu kaki ditarik keatas sedangkan kepalanya dibawah, lalu berubah jadi kedua tangannya dililit ranting dan kakinya berayun, tidak hanya itu ranting-ranting ini bisa membentuk hammock. Semua hal itu membuatku terhibur. Seperti aksi sirkus.

Dengan tiduran diatas hammock ranting pohon, Bara mulai menjelaskan padaku. Aku tidak berani banyak bergerak, dan sepertinya ranting ini mengerti, dia tidak menarik atau mengankat tubuhku ke bentuk lain, dia tetap di posisi semula membuatku seperti duduk diatas ayunan.

"aku bisa bicara dengan semua tanaman" Bara memulai ucapannya. Aku hanya diam menyimak.

"semua tanaman bisa begerak. Yang kita tahu tanaman bergerak sesuai arah cahaya atau arah datangnya unsur hara, mereka bergerak lambat tapi sebenarnya mereka bisa bergerak seperti ini"

"bagaimana caramu bicara, aku tidak lihat kau berkomunikasi dengannya ?"

Bara menjatuhkan tasnya, aku tidak tahu itu sengaja atau tidak tapi tas Bara jatuh ke tanah.

"melalui pikiran. Kita bertukar pesan dari pikiran. Aku bisa menerima pesan dari tanaman sampai ke pikiranku, begitupun sebaliknya. Terkadang aku mengatakannya dengan keras, tanaman ini tetap mengerti meski dia menjawabku melalui pikiran juga"

"kau bingung ?" aku mengangguk. Aku memang tidak mengerti apa yang Bara katakan.

Perlahan ranting yang kupegang bergerak, ia merubah bentuk seperti hammock juga, ranting ini bergerak pelan seolah menjagaku agar tidak terkejut. Sekarang aku tiduran diatasnya seperti Bara.

"aku baru saja berbicara melalui pikiranku untuk membuatmu di posisi itu, aku dan tanaman bertukar informasi dari pikiraan"

"tolong ambilkan tasku" Bara berucap ke pohon beringin. Beberapa ranting lain turun dan mengambil tas Bara tapi tidak diberikan Bara, ranting itu melempar tas Bara ke tempat jauh

"kenapa kau buang tasku" Bara menggerutu.

"nah kalau seperti ini artinya tanaman bisa mengerti ucapanku meski dia memberiku jawaban tetap melalui pikiranku. Mereka tidak mengucapkan apapun"

Sekarang aku mengerti. Aku mengangguk-anguk memberikan isyarat aku paham.

"dari mana kau belajar hal seperti ini, maksudku bagaimana awalnya kau bisa melakukan hal ini, apa kau belajar ilmu sulap ? magic ? dukun ? ilmu hitam ?"

Bara terkekeh menertawakanku "untuk hari ini cukup sekian informasi yang bisa saya sampaikan. Untuk informasi alasan Bara bisa bicara dengan tanaman itu akan dijelaskan di pertemuan berikutnya"

Aku mendengus kecewa. Bara sengaja membuatku penasaran. "kenapa tidak sekarang saja ?"

"otakmu tidak akan sanggup jika ku ceritakan semuanya sekaligus. Ini akan menjadi informasi yang sangat panjang" Bara perlahan turun kembali ke tanah. Tidak lama kemudian aku juga diturunkan secara perlahan dan hati-hati.

"lebih baik kau nikmati saja setiap penjelasannya" ucap Bara ketika aku sampai di tanah.

"tenang saja, semua tanaman itu baik"

Aku melirik ke pohon beringin "terimakasih" entah kenapa aku memberinya ucapan terimakasih, aku juga tidak tahu

Bara tertawa "dia mengerti apa yang kau ucapkan, tapi kau tidak mengerti apa yang dia ucapkan"

"begitukah, kukira hanya perkataan darimu saja yang dia mengerti" Bara membawaku menjauhi pohon beringin.

"semua tanaman merahasiakan jika mereka bisa bergerak ?" Bara mengangguk "lalu kenapa pohon beringin itu mau bergerak didepanku ?"

Bara mengambil tas yang tadi dibuang si pohon beringin "aku sudah bilang kau manusia yang baik jadi dia tidak perlu khawatir" tas itu sedikit kotor, Bara menepuk-nepuknya agar debu itu terlepas.

"apa kau merasa bingung ?" tanya Bara yang kujawab gelengan kepala.

"panik ?" aku menggeleng.

"mual ?" aku kembali menggeleng.

"aku tidak mau kau terjadi gangguan karena otakmu terkejut" Bara mengusap kepalaku

"itu alasan kau menceritakan padaku secara perlahan"

"iya. Jika kuceritakan langsung, otakmu mungkin akan menolak karena berpikir itu hal yang tidak masuk akal. Kau akan mengalami gangguan kepanikan lagi, lalu kemungkinan yang terburuk adalah kau menjauhiku, kau takut padaku. Aku tidak mau hal seperti itu"

Perkataan Bara membuatku tenang, ternyata Bara juga takut aku menjauh darinya. Bara memikirkan semuanya sejauh itu. Bara memikirkanku lebih baik dari aku memikirkan diriku sendiri.

........................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now