21. How to Talk ?

122 5 0
                                    

                Aku harus bertemu Bara, apapun yang terjadi hari ini aku harus bertemu Bara. Memperbaiki sesuatu yang harus diperbaiki. Aku berjalan mengendap endap ke ruang kelas Bara. Mengintip dari pintu. Sepertinya ruang kelas Bara sudah kosong. Kemana Bara, apa ke kantin. Apa aku tanya ke teman Bara, tapi Bara tidak punya teman jadi mungkin percuma mereka tidak akan tahu.

Kakiku melangkah ke lapangan basket, mataku meneliti setiap manusia tapi sayangnya batang hidung Bara juga tak kutemukan. Aku pergi ke kantin, membelah keramaian untuk mencari Bara. Kucari di setiap stan makanan, dia tidak ada. Justru yang kutemukan adalah Rea yang sedang duduk dengan Jafin.

Aku mendekati mereka, memperhatikan kedekatan keduanya yang semakin intim. Sepertinya hubungan mereka berjalan lancar, tidak seperti aku.

"kau tidak memesan makanan ?" tanya Rea. Aku menggelengkan kepala.

Jafin mulai memandangiku dengan tatapan aneh. Aku sedikit risih tapi kubiarkan saja "kau baik-baik saja ? wajahmu tampak gelisah" tanya Jafin padaku.

Tanpa berpikir panjang lagi, satu-satunya orang yang mungkin tahu keberadaan Bara hanya Jafin "kau tahu dimana Bara" tanyaku dengan penuh harapan.

Jafin tersenyum kecil "jadi yang membuatmu gelisah itu Bara" sekarang giliran Rea yang tertawa cekikikan. Aku mulai kesal, bukannya menjawab mereka malah menertawkanku.

Seharusnya memang aku tidak perlu bertanya ke mereka. Aku memutuskan untuk meninggalkan mereka sebelum mereka mengeluarkan kata-kata pembullyan.

Melihat aku pergi, Jafin berteriak "Bara di perpustakaan" aku mendengar dengan jelas suara Jafin meskipun suasana kantin saat ini sedang ramai.

Sesuai ucapan Jafin aku berjalan ke perpustakaan untuk mencari Bara. Sebelum bel masuk berbunyi aku harus segera bertemu Bara.

Sampai di dalam perpustakaan, pelan-pelan kakiku melangkah disamping rak sambil mengamati seluruh penjuru ruangan. Mana Bara, jangan-jangan Jafin berbohong padaku. Kuperhatikan di meja baca juga tidak ada sosok Bara. Jika benar Jafin berbohong akan ku sumpal cabai mulutnya itu.

Tapi aku masih berusaha mencari Bara, di sisi ruangan lain, mungkin mataku yang kurang jeli. Akhirnya, aku menemukan Bara. Dia hanya duduk di meja baca tanpa melakukan apapun. Aku segera mendekati Bara.

Langkahku terhenti ketika aku ingat apa yang harus aku katakan kepada Bara. Bagaimana aku memulainya. Aku akan menjelaskan apa. Tidak mungkin aku akan berkata, 'Bara aku tidak selingkuh' memangnya hubunganku dengan Bara apa sampai harus bicara begitu. 'Bara aku tidak ada hubungan apapun dengan Elo', sama saja anehnya. Bagaimana caraku menjelaskan tanpa terlihat aneh. Benar-benar rumit situasiku.

Aku mengambil salah satu buku lalu berjalan mantap mendekati Bara.

"hey, kau disini" sapaku yang berpura-pura seperti pertemuan kita ini tidak sengaja, kemudian aku duduk di samping Bara.

Bara tersenyum padaku "apa yang kau baca ? cerita romantis atau fantasi ?" Bara memandang buku yang ku bawa.

"ini bukuu--" jawabku terbata, karena masih sibuk membaca judul buku dan membuka isinya, aku juga tidak tahu buku apa yang kubawa, aku asal ambil saja "buku sejarah, iya ini sejarah kerajaan majapahit"

"kau tertarik dengan sejarah ?"

"hanya penasaran saja"

"kalau begitu silahkan membaca, aku harus kembali ke kelas" Bara meninggalkanku tanpa bisa kucegah. Seandainya Dia tahu betapa sulitnya aku mencarinya dari tadi. Setelah ketemu dia malah meninggalkanku begitu saja. Aku hanya bisa menghela napas melihat kepergian Bara.

Kurasa ada sesuatu yang berbeda dari sikap Bara. Dia memang masih ramah, menerimaku dengan hangat. Bahkan kurasa dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, seolah hal kemarin tidak pernah ada. Tapi diluar semua itu Bara menghindariku. Dia menjauhiku secara perlahan. Lihat saja caranya pergi. Padahal sebelumnya Dia tidak pernah membiarkan waktu kebersamaan kita segera berakhir.

Aku kembali merutuki kebodohanku. Jika sudah begini bagaimana cara memperbaikinya. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Bara memilih menghindariku ketimbang mengejarku dan memperjelas hubungan kita. Seharusnya Dia cemburu lalu mengatakan sesuatu agar aku bisa tetap bersamanya. Dia memilih menghindariku yang artinya dia tidak sungguh-sungguh menginginkanku.

Apa sih yang kupikirkan, kenapa aku malah menyalahkan Bara. Kesalahan ada pada diriku. Jika saja aku juga menunjukkan rasa suka ku dengan Bara pasti Bara akan semakin yakin mendekatiku. Jika begini, aku jalan dengan laki-laki lain, ini pasti membuat Bara tidak percaya diri. Bara lebih merelakanku, iya dia pasti membiarkan aku dengan pilihanku.

Jika saja Bara tahu yang kupilih itu dia. Ah iya, sebaiknya aku berusaha bersikap baik dengan Bara agar dia tahu yang kupilih dia bukan Elo. Ya benar, itu yang harus kulakukan. Berhenti membuat Bara cemburu. Ini semua salah atas kebodohanku.

Aku mengembalikan buku ke rak seperti semula. Aku harus kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

Ketika berjalan santai melewati koridor ruang kelas, seseorang menghampiriku. Dia ikut berjalan beriringan denganku.

"apa bunga anggrek mamamu baik-baik saja ?" aku melirik siapa yang bicara di sampingku.

Aku hanya menjawabnya dengan senyum canggung. Konyol sekali jawabanku ketika kabur dari Elo adalah bunga anggrek mamaku mati. Itu terlihat jelas hanya sebuah kebohongan.

"aku turut berduka cita, sampaikan pada mamamu" Elo tersenyum, dia sedang menggodaku. Aku tidak beminat menjawab percakapan Elo. Yang kupikirkan sekarang bagaimana caranya aku harus menjauh darinya. Dia pasti akan terus berjalan di sampingku sampai aku tiba di kelasku. Karena jalur kelas Elo harus melewati kelasku dulu.

Aku mencari akal agar bisa jauh dari Elo sebelum Bara melihat kami. Jangan sampai hal buruk itu terjadi lagi.

Aku memutuskan untuk mempercepat langkah kakiku, tapi yang terjadi Elo juga berjalan cepat. lalu aku mencoba jalan dengan pelan, lagi-lagi Elo juga ikut berjalan pelan. Aduh aku sudah mulai frustasi.

"aku harus ke toilet" aku memutar langkahku untuk kembali ke toilet. Ini harapan terakhirku agar aku bisa menghindarinya

Ketika aku berbalik badan aku melihat Bara. Dia tepat di belakangku. Astaga matilah aku. Aku melotot menatap Bara dengan mulut terbuka.

Bara juga menatapku, aku masih diam berdiri di tempat dan Bara semakin mendekat. Ketika jarak kami sangat dekat Bara hanya menatapku lalu melewatiku. Entah kenapa saat dia melakukan itu ada sesuatu dalam dadaku yang terasa begitu sakit. Bara melewatiku begitu saja.

Aku segera berlari ke kamar mandi. Aku tahu Bara pantas bersikap demikian, dia pasti kecewa melihatku dengan Elo. Bahkan kali ini pasti kekecewaannya meningkat. Bagaimana aku menjelaskan padanya. Dengan kalimat seperti apa, apa aku harus mengatakan perasaanku lebih dulu. Apa dengan begitu akan baik-baik saja.

Aku hanya mencuci tangan dan merapikan rambutku sedikit. Lalu aku segera kembali ke kelas. aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Kurasa aku harus menceritakan ini semua ke Rea agar dia bisa memberiku saran.

......................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now