16. Over Protective

141 9 0
                                    

Ucapan Bara tentu saja membuatku merasa bersalah. Dia pasti kecewa dan lebih lagi aku juga kecewa dengan diriku sendiri. Aku hanya belum jujur pada Rea. Kesalahan bukan di Bara, ini salahku. Aku belum siap mengatakan kepada Rea. Kupikir aku akan mengatakan ketika semuanya jelas. Maksutku ketika aku sudah memiliki hubungan resmi dengan Bara. Jika masih meragukan seperti ini aku takut kalau hanya aku saja yang merasa hubungan kita dekat. Lalu yang terjadi jika aku bilang kita dekat dan Bara bilang tidak maka perang akan terjadi. Rea akan membelaku mati-matian. Aku harus mencegah sebelum negara api menyerang.

"bukan begitu" aku ingin meraih tangan Bara tapi aku ragu "hanya- aku belum jujur ke Rea"

Bara menatapku dengan sendu "kenapa ? kau malu ?"

Aku menggelengkan kepala "ada suatu hal yang tidak bisa dijelaskan" aku menggigit bibir bawahku.

Bara menghela napas "baiklah, sepertinya aku harus berusaha lebih lagi untuk menunjukkan aku tertarik padamu" Bara meraih pundakku dan membawaku berjalan mendekati Rea, Jafin dan Jona.

Jona tengah sibuk menggunakan kamera digital miliknya. Berulang kali dia mengambil moment menarik disana. Kurasa Jona memiliki hobby fotografi. Sekarang Jona mengarahkan lensa kameranya ke matahari yang berada diujung laut yang terlihat perlahan tenggelam. Indah sekali, matahari membuat langit berwarna jingga.

Jafin dan Rea mereka berada tak jauh dari posisi Jona. Mereka sibuk bermain pasir. Sepertinya mereka sedang perlahan merajut tali hubungan yang tak kasat mata. Aku tidak akan mengganggu.

Aku mendekati Jona. Bara mengikutiku. Dari awal tadi aku belum sempat berkenalan dengannya. Aku ingin mencoba mengakrabkan diri dengannya.

"kau suka memotret ?"

"seperti yang kau lihat" Jona masih fokus dengan kamera tanpa mengalihkan pandangan padaku.

"kau berteman dekat dengan Jafin ? kau dari kelas mana ?"

Jona menurunkan kameranya. Kini Dia memandangku "aku di tim basket putri, jadi aku kenal Jafin" lalu Jona beralih memandang Bara "tapi aku dan Dia tidak begitu kenal" ucap Jona dengan menunjuk Bara.

Ckrek

Jona memotretku, maksudku kami, aku dan Bara karena Bara ada di sampingku. Mukaku pasti seperti orang tolol karena tidak persiapan dan terkejut.

"aku di kelas 11-5. Kau sendiri ?"

"oh aku dan Rea ada di kelas 11-1"

"oh dia Rea. Lalu kau ?" aku sampai lupa kalau aku belum memperkenalkan diri.

"Faleesha !" jawabku diakhiri senyum. Ternyata Jona orang yang ramah, dia tidak se arogan tampilannya. Aku merasa bersalah karena tadi sempat takut melihat penampilan dan motor yang dia kendarai. Sangat garang.

"aku harus kesana, sebelum matahari benar-benar tenggelam" ucap Jona pamit meinggalkan kita.

Sekarang tinggal aku dan Bara. Memandangi pantai dan menikmati hembusan angin laut yang sejuk. "kau mau berjalan kesana ?" tanya Bara padaku.

Aku mengangguk mengiyakan. Bara lagi lagi meraih pundakku. Dia seperti meraihku kedalam jangkauannya dan membuatku merasa terlindungi. Entah kenapa aku bisa merasakan darahku berdesir dan bulu kuduk ku berdiri. Untung saja Bara tidak dengar bagaimana riuhnya kondisi jantungku saat ini.

Aku mengendalikan semuanya dan berjalan normal di samping Bara. Kami berjalan sangat pelan, kami benar-benar ingin menikmati setiap langkah dengan suasana menyenangkan ini. Hari semakin gelap, baru sepuluh langkah aku merasa angin yang mengenai lenganku berubah jadi dingin. Aku mengusap lenganku perlahan.

Bara menghentikan langkahnya. Ia melepaskan jaket miliknya lalu meletakkannya di badanku. Aku sempat menelan ludah ketika Bara merapikan jaket agar menutupi lenganku. Memang aku tidak memasukkan tanganku tapi jaket ini berhasil membungkus tubuhku dan membuatku hangat. Kurasa suhu tubuhku meningkat bukan karena jaket tapi karena perlakuan Bara padaku.

Rea memanggilku dari kejauhan. Dia melambaikan tangan padaku. Samar-samar kudengar Dia meminta kami kembali untuk bergegas pulang. Akupun memutar langkah untuk kembali.

Karena hari sudah gelap kami memutuskan untuk pulang. Tidak terasa sudah satu jam lebih kami berada disini menikmati pantai. Padahal kurasa aku baru saja sampai.

Aku mengembalikan jaket milik Bara ketika kami sudah berada di dekat motor. Bara sudah menaiki motornya.

"kau pakai saja" jawab Bara.

"lalu kau ?" dia hanya mengenakan seragam sekolah yang semua kancingnya sudah terbuka dan menunjukkan kaos putihnya.

"aku akan baik-baik saja" jawabnya santai sembari memasang helm.

Bagaimana Bara akan baik-baik saja. Dia duduk didepan dan akan lebih banyak menerjang angin malam di hutan. Sedangkan aku dibelakangnya mungkin sudah terlindungi dengan badannya yang besar.

"kau saja, karena kau yang duduk di depan. Aku bisa bersembunyi dibalik badanmu" aku memaksanya. Tapi Bara tetap bersikeras untuk menolak.

Mungkin karena tidak tahan melihat perdebatan kami akhirnya Jona menengahi "lebih baik aku saja yang pakai jadi kalian tidak perlu bertengkar" Jona mengambil jaket itu. Tapi Bara segera merebutnya kembali "jangan bercanda" ucap Bara yang kemudian memakaikan jaket itu padaku. kali ini kupakai dengan benar, tanganku masuk ke tempat yang seharusnya.

"over protective" ucap Jona.

"ya, tapi sayang sekali mereka tidak dekat" giliran Rea menambahkan. Aku melirik Bara, kuharap dia tidak kecewa lagi mendengar ucapan Rea.

"Rata memang kurang pengetahuan dalam mendekati perempuan" itu bisikan Jafin yang masih bisa kudengar. Kenapa mereka semua bergosip secara terang-terangan. Mereka kemudian cekikian bersama. Aku harus bersabar.

Bara mengantarkanku dengan selamat sampai di depan rumah. Untung saja Bara memberikan jaketnya padaku, karena aku merasa sangat dingin sepanjang perjalanan. Tapi anehnya ketika aku memeluk tubuh Bara tubuhnya masih tetap terjaga hangat. Entah kondisi tubuhku yang aneh atau bagaimana.

"terimakasih" aku memberikan helm padanya. "jaketnya akan kukembalikan setelah dicuci" karena merasa bertanggung jawab maka aku harus melakukannya kan.

Bara mengangguk, Bara sempat mengusap kepalaku sebelum pergi "segera istirahat" ucapnya lalu pergi meninggalkan area rumahku.

Sepeninggal Bara aku masih senyum-senyum sendiri melihat punggungnya yang perlahan menjauh. Bara sangat perhatian hari ini. Aku seperti dijatuhi ribuan bunga yang indah dan harum. Dihujani perhatian dari orang yang disuka ternyata seindah ini rasanya.

Aku menciumi jaket Bara, rasanya aku tidak ingin melepasnya. Sepanjang jalanku masuk ke kamar aku memeluk tubuhku sendiri yang terbalut jaket milik Bara. Aku membayangkan aku sedang memeluk Bara. "hemm bau badan Bara" gumamku.

Sebaiknya tidak kucuci dan kusimpan saja. Perpaduan bau parfum dan bau badan Bara menjadi aroma yang kusukai. Aku tidak mau ini hilang lebih cepat.

Aku bergegas untuk mandi sebelum badanku jadi sakit. Selesai mandi dan membersihkan diri aku kembali memeluk jaket milik Bara. Tanpa sadar sepanjang malam aku tidur dengan memeluk jaket itu.

Sepertinya aku sudah terkena virus pesona Bara.

...........................................................................

Who Are U ?Where stories live. Discover now