BAB 2 : Balloon

53.9K 3.8K 951
                                    

Update ulang gaes, tadi error 😭 ramein, yaaa 🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Update ulang gaes, tadi error 😭 ramein, yaaa 🌹

***

Author Pov

"Kalau sampe adek gue lecet! Gue pakein lo berdua daster motif kembang satu-satu!"

Stevan tersentak. Zayyan baru saja datang menyusul mereka, lalu memberikan ancaman sadis sebelum melangkah masuk menyusul Kanara yang berada di dalam kantor polisi. Gadis itu tidak bohong dengan ucapannya. Bermodalkan satu botol tupperware sebagai senjata, Kanara sungguhan melawan maju tadi. Badan boleh kurus, tetapi tenaga always full tangki. Seperti bensin milik mobil Bapaknya.

Meskipun agak brutal begitu, Kanara tetap menjadi perempuan berakhlakul kharimah. Buktinya setelah membekuk dua begal hingga kulitnya lecet-lecet, gadis itu tetap mengantarkannya ke pihak berwajib. Sekalian minta hansaplast, Kanara tidak mau rugi.

"Gue udah nahan Nara buat turun, sumpah! Tapi dia kekeuh. Katanya, kita nggak bisa maju ke depan karena Nara yakin jalanannya udah dikasih paku." Stevan membela diri kala mata Damian menyorotnya dari awal datang menemani Zayyan. Stevan berdecak. "Ck! Percaya sama gue wahai kakak sepupuuhh!"

"Kenapa nggak mundur aja kalau gitu?" tanya Damian dengan pemikiran logisnya.

"Lho, iya juga, ya?" Stevan baru tersadar, kemudian kembali membela diri. "Tapi gue sama Aska nggak modal diem aja, Mian. Mamang ikutan ngebantu Nara, kok. Ikutan pak cepak jeder tadi! Nih, nih. Luka juga!" Stevan menunjuk siku dan sisi dagunya yang lebam. Lelaki itu menoleh ke samping. "Ya, kan, Aska?"

Aska mengangguk. "Hooh! Bener! Meskipun tupperware mama gue—TUPPERWARE?!" Lelaki itu memekik dalam persekian detik dengan kedua mata membola. "Tupperware Mama gue udah ancur lebur anjir, Stev!!" Aska panik sungguhan, kelangsungan hidupnya mulai terancam. "Watashi kudu ottoke???"

Membayangkan amukan Mamanya, sudah membuat Aska merinding sebadan-badan. Lagipula, kenapa Kanara harus menggunakan barang jimat itu sebagai senjata? Padahal masih ada kepala Stevan yang nganggur. Aska mulai resah, dia tidak berani memunculkan batang hidung kalau seperti ini caranya.

"Ka, tenang." Stevan mencoba memberi pengertian pada sahabatnya. "Gini, lo buruan search jenis batu apa yang cepet dimasak dan mudah dikonsumsi. Atau, lo cari tau cara ngebuat pondasi rumah dari daun pisang yang anti badai, anti tsunami, anti teror kematian dari Emak lo! Cepet, waktu lo nggak banyak!"

Aska menukas tangan Stevan. "Are you edan?!"

"Ck. Gue ini ngasih solusi sama lo! Masalah kerjaan, gue bakal cariin info loker. Lari lo cepet, kan? Kerja ngejar bagong kayaknya masih bisa buat mencukupi hidup, Ka."

"SIALAN LO, YA!" maki Aska keras. Tidak terima balik dinistakan. "Gue sebenernya udah nggak sudi temenan sama lo, tapi disudi-sudiin aja. Semoga Shoope lo nggak ada gratis ongkir! Kalender lo nggak ada tanggal merah! Terus earphone lo mati sebelah kabelnya! Mampus!"

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now