BAB 10 : Kecubung

27.9K 2.8K 706
                                    

Absen dulu buat part ini? 💗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Absen dulu buat part ini? 💗

***

Author Pov

"Kalau misalnya ... ternyata dia nggak pergi dan masih ada. Apa Bunda bakal sayangin kami berdua samarata?" tanya Zayyan nanar.

"Siapa?" tanya Keyla bingung. "Nara?"

Zayyan menggeleng. "Anak kandung Bunda."

"Anak kandung?" Wanita itu memiringkan kepalanya sedikit dengan alis menukik tidak terlalu dalam. "Ya, kan, anak kandung Nda cuman satu, Zayn. Kamu aja. Nggak ada lagi," ungkap Keyla jujur. Tidak ada janin siapapun lagi yang bersemayam di rahimnya selain Zayyan. Hanya anak lelaki itu satu-satunya.

Keyla masih ingat betul bagaimana proses persalinannya ketika di rumah sakit lalu. Wanita itu hanya melahirkan satu bayi lelaki, tidak ada yang lain. Bahkan Rayyan sendiri yang menggedongnya, mengazaninya tepat di telinga kanan Keyla, kemudian diberikan nama 'Zayyan' untuk putra tunggal mereka. Sudah. Lantas, siapa yang tengah dibicarakan Zayyan saat ini? Dirinya sendiri? Keyla jadi linglung.

"Kita lagi ngomongin apa, sih, sebenernya?" tanya Keyla lagi. Masih tidak paham kemana arah pembicaraan lelaki itu.

Agaknya wanita itu masih denial. Zayyan mengulas senyuman tipis, seolah yang barusan bukan hal serius. "Nggak jadi, deh, Nda."

"Ish, kamu ini! Bikin bingung aja, deh." Keyla meletakkan kepalanya di bahu Zayyan, lanjut menonton TV sembari memainkan kuku-kuku di jarinya. "Anak Nda itu kamu doang tau."

"Iya, Nda, iya." Zayyan memilih menutup pembicaraan, sebelah tangannya balik merangkul Keyla. Entah bagaimana lagi cara untuk menyadarkan wanita itu, jika sejatinya putranya tidak hanya memiliki satu kehidupan. Mereka jelas beda raga dan segalanya.

"Kami beda, Nda. Nda nggak bisa menjadikan salah satu sebagai tokoh utama, sementara yang lain dijadikan bayangan. Lekas sembuh, Bunda."

—oOo—

Shea tau jika Kanara suka makanan pedas, tetapi malam ini agaknya gadis itu sedang sinting. Tidak ada hujan dan tidak ada angin, tiba-tiba Kanara bertandang ke rumahnya sembari membawa Mie Gacoan yang sudah gadis itu beli. Untuk Shea level 1, dan Kanara sendiri memesan level 8. Itu sudah jadi takaran paling tinggi dan luar biasa pedas. Nekatnya gadis itu masih menambahkan bon cabe juga.

Pasti ada yang sedang tidak beres dengan Kanara. Shea hapal tentunya. Tidak jauh-jauh dari masalah keluarga. "Nara, heh!"

Kanara menggedikan kepala tanda menyahut.

"Lo kalau lagi marah, ya, marah aja gitu, lho. Nggak usah ngebunuh lambung." Shea menarik piring gadis itu kian dekat. "Udahlah, nggak usah diabisin sama cabe-cabenya, bahaya."

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now