BAB 15 : About X (2)

29.5K 2.8K 447
                                    

❝Mari bertahan sekali lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Mari bertahan sekali lagi. Semoga kita berhasil hingga akhir untuk kedua kalinya.❞ —Rayyan Arka Valerian & Kaivan Valerian

***

Author Pov

"Anak haram dari wanita pelacur emang nggak pernah guna."

Xabiru membaca ulang kalimat terakhir pesan yang dikirimkan Mahesa—kakeknya—ketika masih di sekolah tadi. Lelaki itu tidak bisa sok pura-pura tidak peduli, karena nyatanya fakta akan jati dirinya di keluarga ini selalu menjadi perdebatan alot di dalam isi kepala. Lelaki itu kembali menyesap rokoknya yang tinggal sedikit. Xabiru duduk di teras luar rumah, tanpa mengganti seragam sekolahnya terlebih dulu.

Anak haram ... dari wanita ... pelacur.

Bohong jika Xabiru tidak marah. Panggilan yang disebutkan Mahesa seolah mutlak dan tidak bisa Xabiru sanggah. Namun, lelaki itu kehilangan cara untuk mengekspresikan sisi emosinya sendiri soal hal ini. Entah saking terbiasa menelan kecaman, atau justru pasrah menerima jika kehadirannya didatangkan dengan cara yang salah oleh orang tuanya.

Mata Xabiru kembali memperhatikan sebuah foto kecil yang selalu tersimpan di dompetnya. Foto seorang wanita cantik menggedong bayi yang masih berusia 2 bulan. Itu Ayudia ... dan Xabiru kecil. Bayi polos yang tidak tahu apa-apa, yang tidak akan menyangka jika tanpa Ayudia jalannya akan semenyedihkan ini.

"Mama ...." Lelaki itu bergumam. Xabiru merindukan Ayudia, tetapi juga punya rasa kecewa. Xabiru menyayangi Ayudia, namun sebagian hatinya lagi menolak. Jiwanya kelabu.

Rokok kedua hendak dinyalakan. Namun, pergerakan Xabiru menyalakan pematik kalah cepat dengan tangan seseorang. Wanita paruh baya itu merampas kilat rokok tersebut, hingga membuat Xabiru menoleh. "Bibi?"

"Jangan keseringan ngerokok, Aa." Bi Maiza menegur. Ini kepala asisten rumah tangga Cakrawangsa—sekaligus Ibu asuhnya dari kecil. Wanita keturunan Sunda asal Sumedang, yang pertama kali mencetuskan panggilan 'Aa' untuk semua putra majikannya sampai sekarang.

"Lho, Bi Mai udah masuk? Asam lambungnya udah baikan?" tanya lelaki itu, matanya menilik wajah Bi Maiza yang masih sedikit pucat. "Kalau masih sakit, libur lagi nggak apa-apa."

"Udah enakan." Wanita itu tersenyum. "Masakan Alea enak kan pas gantiin Bibi?"

"Selalu enak," jawab Xabiru.

"Aa makan teratur?" tanya Bi Maiza lagi dan Xabiru hanya mengangguk. Sebelah tangan wanita itu mengusap halus puncak kepala kesayangannya. "Obatnya diminum juga, A?"

Xabiru langsung terdiam.

"Nggak apa-apa, pelan pelan aja. Asal rutin. Buat Aa juga, kan? Sekarang makan siang dulu. Bareng-bareng. Ada A Dikta juga lain main ke sini," kata Bi Maiza penuh pengertian. Tidak pernah ada sekalipun kata yang membuat lelaki itu tidak nyaman, wanita itu sudah memegang tangan Xabiru dari mungil hingga sebesar ini.

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now