BAB 42 : Ilusi

31.2K 3.5K 1.5K
                                    

Update lagi yeee, maap lama 😭🙌🏻 Ramein yaaa, biar Biru seneng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Update lagi yeee, maap lama 😭🙌🏻 Ramein yaaa, biar Biru seneng. Ini ngelanjutin part 39 yaa 💐

***

Author Pov

Shea tidak pernah semalas ini ketika di satu kelompokan dengan murid mana pun. Mau temannya hanya numpang menyimpan nama atau membantu tugas separuhnya, Shea tidak pernah pilih-pilih. Kecuali hari ini. Saat guru Fisika membuatnya satu kelompok dengan Zayyan Arlen. Makian, dorongan kasar dan drama sial mereka bersama Alea kemarin membuat Shea kesal mengingat itu semua.

Agaknya Kanara masih belum mau berbaikan dengan Zayyan Arlen, itu sebabnya pembawaan Zayyan masih begitu sinis pada Shea. Seperti hardikan Zayyan kemarin yang beranggapan Shea sudah mengadu domba keluarga mereka, permasalahan ini semakin tidak ada buntutnya.

Shea sendiri enggan untuk minta maaf lagi. Dia yang habis disudutkan, dibuat paling bersalah berulang kali, kenapa juga harus repot meminta pengampunan untuk memenuhi ego Zayyan? Dipikir Shea mau? Jelas tidak akan pernah sudi.

"Kenapa disatuin coba? Lembar jawaban sama lembar soal itu harusnya dipisah. Lo nggak nyimak apa gimana pas guru ngasih tau tadi?" protes Zayyan membuat Shea berhenti menulis.

"Sori, gue lupa. Gue ganti kertasnya," sahut Shea buru-buru. Ingin cepat selesai saja.

"Nggak usah, robek aja yang bagian jawaban. Kalau ditulis ulang semua makin lama," kata Zayyan, roman suaranya masih terdengar pahit. "Punya telinga cuman dipake pajangan aja."

"Habis mukbang silet kali, ya? Tajem banget itu mulut. Biasa aja kali. Jadi ngeri," sahut Xabiru tanpa mengalihkan konsentrasi pada kertasnya.

Shea lupa jika tempat duduk mereka diacak, dan Xabiru kebagian duduk di belakangnya. Dari dulu pun, Shea tau indera pendengaran lelaki itu memang tajam. Namun, Shea tidak mengira jika Xabiru diam-diam memasang telinga dan mendengarkan juga. "Biru,"

Zayyan mengalihkan pandangannya pada lelaki itu. "Enggak ada yang ngajak lo ngobrol, Ru."

Xabiru menoleh terjaga pada Zayyan, sudut bibirnya mengukir kurva miring. "Emang nggak ada. Gue lagi monolog barusan. Kesinggung?"

Sial. Ada benarnya juga. Xabiru bahkan tidak menyebutkan nama, tidak mengarah padanya saat berbicara kalimat pertama. Zayyan saja yang murni terpancing barusan, dan Xabiru yang selalu pintar membalikkan perkataan.

Selesai tugas kelompok Fisika mereka, semua kembali ke bangkunya masing-masing.

Xabiru memperhatikan Shea yang lebih banyak diam dari awal dirinya masuk sekolah. Gadis itu punya pembawaan yang ramai dan senang setiap hari, jika tiba-tiba meredup seperti ini pasti akan terasa bedanya. Apalagi oleh Xabiru, yang mengenal Shea bukan baru kemarin sore.

Shea yang tadinya tidak mau banyak bicara, tiba-tiba terusik oleh sesuatu yang bergerak di punggungnya. Gadis itu menoleh sebal ke belakang, ketika mendapati Xabiru tengah anteng memainkan ujung rambut Shea yang menjuntai panjang. Digulung-gulung oleh jari telunjuk Xabiru, lalu ditarik-tarik pelan seperti sengaja memancing acara perbakuan hantam.

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now