BAB 4 : Sanggup?

41K 3.2K 1K
                                    

❝Prinsip saya masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Prinsip saya masih sama. Haram hukumnya takut pada sesama manusia.❞ —Rayyan Arka Valerian

***

Author Pov

"Makanya, Shey. Kalau ngeliatin jalan, ya, pakek mata normal-normal aja gitu. Bukannya pakek mata ikan, mata batin apalagi mata Najwa!" celoteh Kanara membuat Shea yang duduk di atas brankar UKS hanya mendengkus pendek.

Jika memang benar mesin pemutar waktu itu sungguhan ada, maka Shea bersedia menyewanya sekarang juga. Kejadian di kantin tadi benar-benar memalukan. Dia sudah menyiram Zayyan menggunakan kuah bakso panas, menghancurkan gelas es teh dan lebih parah lagi malah jatuh terduduk di pangkuan Xabiru. Shea sudah seperti sapi ompong—melompong—yang tiba-tiba muncul di tengah acara perseteruan serius kedua lelaki itu.

"Malu banget diri ini, Ra," Shea menghela napas pasrah. Kedua tangannya bertengger di sisi pelipis. "Ada jual jasa ganti kulit manusia jadi kulit lumpia basah nggak? Mau daftar nih gue."

Kanara tidak menyahut, tangannya bergerak mengambil Bioplacenton Jelly—salep luka bakar di tempat obat-obatan. Shea yang meminta mencarikannya, mengingat jika kuah yang mengenai seragam dan lengan Zayyan tadi masih sangat panas dan mengepul. Sudah pasti kulitnya sedikit melepuh. Kanara memutar badan, mengulurkan benda tersebut pada Shea. "Nih, ketemu. Kasihin ke orangnya."

Shea menatap salep itu gamang. Dia mendongak pada Kanara. "Lo aja yang ngasih ke Zayyan, ya, Ra? Bilangin gue minta maaf."

"Kok gitu?!"

"Diwakilin gitu lho, sama lo."

"Kenapa jadi gue? Nggak mau, Shey. Lo aja," kata Kanara menolak. Harusnya Shea tau jika hubungan Kanara dengan lelaki itu tidak terlalu baik. Lagi pula, di sini Shea yang tidak sengaja membuat kegaduhan, gadis itu juga yang harus bertanggung jawab. Memberikan salep pada Zayyan kemudian pergi, itu tidak terlalu repot.

Namun, Shea hanya melengos. Gadis itu berdiri, sembari menarik-narik ujung seragam putih milik Kanara. "Gue juga nggak mau, Ra. Lo aja yang kasih, ya? Lo kan adeknya Zayyan. Nggak bakal menimbulkan perfitnahan. Beda lagi kalau gue yang nyamperin Zayyan—"

"Oh ... lo masih deg-degan sama salting kalau ketemu Zayn, Shey?" tebak Kanara sekenanya. Mereka berdua berteman dari masa MPLS, sudah pasti tau rahasia hati masing-masing.

"Bukan itu anjir!"

Kanara memicingkan mata. "Masa, sih? Tapi kan lo suka sama Zayyan dari kelas sebelas—"

"Ra, gue selepet juga mulut lo pakek cangkul Mang Jaja! Nggak gitu!" Shea menyangkal kilat, meskipun tebakan Kanara sedikitnya memang benar. Gadis itu bergerak gusar, ke sana kemari tidak mau tenang. "Gini, nih, Zayyan 'kan udah punya pacar, kalau gue ngasih salep ke dia, apa nggak dijulidin gue nanti sama si Alea? Nanti dikira gue pelakor lagi. Ogah, ah! Gue terlalu keceh markuceh buat disebut cewek ganjen."

ENIGMA: Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang