BAB 36 : Who?

27.1K 2.8K 1.2K
                                    

Hallo

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Hallo. Aku update. Ramein lagi, yaa! 💐

***

Author Pov

Lamunan Kanara berhenti kala sebelah tangan seseorang menyentuh rambut kusutnya. Gadis yang terduduk di sisi ranjang dengan kedua lutut tertekuk itu perlahan menoleh, menatap nanar Rayyan yang berdiri di belakangnya. Seharian penuh Kanara tidak keluar kamar, tidak mandi, susah makan dan berbicara.

"Ayah sisirin rambut Nara, ya. Biar nggak terlalu kusut. Habis itu kita ganti perbannya," kata pria itu yang dibalas anggukan Kanara.

"Papa Kai jadi ke sini?" tanya Kanara.

"Jadi, tapi lagi beresin dulu keperluan Lala di rumah sakit. Lala udah boleh pulang. Nanti Nara dijemput juga buat pulang ke rumah."

"Bilangin ke Papa Kai, nggak usah jadi jemput Nara." Gadis itu bergumam lirih. "Mama sama Papa fokus aja rawat Lala. Nara nggak mau Lala ngejerit lagi kalau ketemu kakaknya, Nara mau di rumah Ayah Bod aja," tutur Kanara letih.

Rayyan menatap putrinya dari belakang, lalu mengangguk pelan. "Iya, nanti Ayah bilangin."

Kanara diam saja ketika Rayyan menyisir rambutnya yang berantakan. Sudah dirapikan, kemudian diikat di dua sisi. Memori Kanara berputar, ini ikatan rambut ala masa kecilnya dulu. Saat Kanara mungil merengek meminta dikucir, dan Zayyan Tahta mengucirnya seperti ini. Gadis itu meredam isakan pahitnya sendiri.

"Ayah Bod," panggil Kanara.

Rayyan menyahut halus. "Iya, Ra?"

"Ayah nggak benci Moana?" tanya Kanara lagi.

Alis Rayyan tertaut samar, sok bingung dengan pertanyaan Kanara. "Lho, kenapa harus benci? Dua-duanya putri Ayah, Ra. Sama-sama pernah digendong. Pernah disuapin. Bedanya yang satu lengket sama Ayah, yang satunya lagi selalu kabur-kaburan kalau dideketin dari dulu."

Kanara memasang wajah muram. "Gimana kalau Nara yang benci sama Moana?"

"Karena Moana ngelukain Lala?"

Kanara tidak menjawab, punggung lesunya dibiarkan membungkuk kuyu. Rayyan menarik napas panjang. "Ra, boleh kita ngobrol?"

"Boleh, Ayah." Kanara tidak menolak. Gadis itu menggeser posisi ketika Rayyan ikut duduk di sampingnya. Mereka duduk berdampingan.

"Ayah ngehargain rasa kecewa kamu sama tindakan Moana yang pernah nyakitin Niskala. Tapi kamu harus tau, Ra. Apapun yang terjadi hari kemarin dan sekarang itu bukan pilihan kalian," ucap Rayyan. "Kamu nggak pernah milih buat didatangin sama Moana, Moana juga nggak pernah milih buat ngedatengin kamu."

Kanara mendengarkan dalam diam. Semua terasa masuk logika jika Rayyan yang berbicara.

"Rasa sakit yang Moana punya itu pemberian dari kamu, Nara. Trauma yang Moana alami juga sebenarnya punya kamu. Moana dan Kanara itu satu raga, satu nyawa. Meskipun kalian beda jiwa, tapi luka batin kalian itu sama. Nggak ada yang perlu disalahkan dan menyalahkan. Kalian berdua cuman butuh saling penerimaan," lanjut Rayyan kembali.

ENIGMA: Last Flower حيث تعيش القصص. اكتشف الآن