BAB 29 : Invisible

26.4K 2.8K 1K
                                    

Ramein lagi, ya, komentarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramein lagi, ya, komentarnya. Udah panjang banget ini tau 💙✌🏻

***

Author Pov

Xabiru kembali masuk sekolah hari ini setelah meliburkan diri. Lelaki itu memasuki area kantin sendiri. Seperti biasa, kehadirannya selalu mendapatkan pandangan yang beragam dari murid sekolahan. Xabiru berjalan menuju meja kantin paling ujung—yang sudah diduduki oleh sekumpulan anak-anak kelas yang lain.

"Minggir lo semua. Meja gue," kata Xabiru.

Empat murid kelas sebelas di sana memilih angkat kaki tanpa banyak bicara, karena tahu ini adalah Xabiru. Tidak mau diganggu gugat. Mereka ingat saat Zayyan menempati meja Xabiru, dan keduanya tidak ada yang mau mengalah, berakhir adu mulut sebelum Shea datang menumpahkan bakso di antara mereka.

"Kenapa, ya, si pembuat onar itu demen banget duduk di meja paling pojok? Gue tau ini sekolah punya keluarga dia, tapi meja paling ujung itu kayak udah diklaim mutlak," bisik Stevan pada Zayyan. Lelaki itu mengamati sedari tadi.

"Suka yang mojok-mojok kali," sahut Aska. "Mana kalau disuruh dia tuh, suka pada nurut. Sekali doang gue ngeliat murid yang ngelawan Biru, cuman Zayyan. Itupun skor-nya imbang."

"Lah, lo berani ngelawan?" tanya Stevan.

"Beranilah!" sahut Aska percaya diri. Dia kemudian pada Damian di sampingnya. "Tapi backingannya harus sama Mian. Hehe."

Damian menghela napas, masih tampak paling kalem mendengarkan acara ghibah mereka. "Susah, Ska. Gue negur dia nggak keitung. Nggak ngaruh. Keras anaknya," kata Damian. Menjabat sebagai ketua OSIS tidak membuat Xabiru menurut padanya. Paling sehari-dua hari, besoknya petantang-petenteng lagi.

"Tapi jangan dibiasain, Mian! Apalagi pas dia sering ngebabuin murid cupu. Siapa, sih yang di kacamata itu? Angga, kan, ya? Nah! Biru tuh sering nistain Angga—" Stevan menutup mulut ketika melihat Xabiru berjalan menuju mereka.

Panjang umur. Orangnya datang. Xabiru berdiri di depan mereka. "Zayn, liat Angga nggak?"

"Enggak liat," balas Zayyan lempeng. Alea yang ada di sana juga, tidak mau nimbrung.

"Enggak liat atau pura-pura nggak liat?" tanya Xabiru kembali. "Serius nanya. Angga di mana?"

"Lo mau apa emang?" Zayyan mendongak, merubah posisi duduknya sedikit menyamping. "Mau nyuruh-nyuruh dia bersihin meja sama pesenin makanan lo kayak biasanya?" tebak lelaki itu. "Lo gerak sendiri. Jangan berlagak kayak badan lo nggak ada fungsinya."

Xabiru mendesis. "Sok tau."

"Emang bener, kan? Kebiasaan lo nistain dia. Karena dia nggak punya nyali buat protes, lo ngebabuin Angga semaunya," kata Zayyan kembali fokus pada makanannya. "Sembunyi dia palingan, biar nggak digangguin sama lo."

ENIGMA: Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang