BAB 20 : Miserable

28.1K 2.9K 691
                                    

❝Ditinggal karena kematian adalah luka batin yang belum pernah ditemukan penawarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditinggal karena kematian adalah luka batin yang belum pernah ditemukan penawarnya.❞ —Enigma: Last Flower

***

Author Pov

Mereka kompak terpekur, menyorot lurus pada dua balon kuning bergambar smile yang terpasang di pintu gerbang rumah milik Shea.

Zayyan melirik Shea di kursi belakang. Gadis itu hanya menatap lurus-lurus tanpa berkedip. Sebelah tangan Shea membuka pintu mobil kemudian turun secara tergesa. Diikuti yang lain. Moana berdiri paling belakang, dengan pembawaan lebih santai sebab memang tidak mengerti apapun. Jika Kanara yang di sini, mungkin respons-nya akan berbeda lagi.

"Enggak-enggak! Gue nggak bisa berpikir keruh! Jernih, otak gue jernih!" Aska langsung berteriak heboh. Lelaki itu mempet di belakang punggung Stevan. "Maksudnya apeee?!"

"Langsung panggil polisi aja nggak, sih?" tanya Stevan tidak kalah karuan. Lelaki itu menggigiti kuku jarinya, seolah ia tengah berpikir keras. "Enggak, deh, kayaknya kita semua langsung ngungsi aja ke rumah Valerian bareng-bareng! Tidurnya dempetan sama bodyguard. Gimana, Zayn? Setuju nggak? Kalau boleh nih, kamar gue pengennya sebelahan sama Pak Rayyan."

"Anying! Udah ngungsi, request lagi!" Aska menyentak. "Jangan diturutin, Zayn. Jangan. Omong-omong... bawah kasur bokap lo masih muat kan, buat tidur satu orang yaitu gue?"

"Jangan dulu ngelawak anj," maki Zayyan. Pantas saja Damian tadi pulang lebih dulu dan memilih berkutat dengan tugas organisasinya, berdekatan dengan Stevan dan Aska ternyata lebih berpotensi mengalami tekanan batin.

"Kalian kenapa rame gitu? Ini cuman balon biasa, kok," kata Shea. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kecemasan.

"Sebenernya kita juga nggak mau nethink, tapi lo tau sendiri balon kuning lagi rame-ramenya sama kasus serius yang kemarin," kata Zayyan mengedarkan tatapannya sekilas. "Di sekitaran sini emang ada yang jualan balon begini, Shey?"

"Enggak ada, sih," ujar Shea. "Tapi gue tau siapa yang naro ini di gerbang rumah."

"Siapa? Anaknya Madava?" tebak Stevan resah.

"ITU PUNYA GUE!" sahut seseorang yang baru saja keluar rumah. Shea menoleh pada Haira, kedua alisnya terangkat seolah menunjukkan siapa yang dimaksud barusan. Haira mendekat dengan satu tangan memegang balon kuning yang baru selesai ditiup. "Punya gue, Kak!"

"KAMPRET LO HAIRA!!!" teriak Stevan dan Aska bersamaan. Jengkel sekali, padahal mereka sudah kelewat parno. Jantung keduanya terasa nyaris merosot hingga dengkul. "Maju lo sini, Ra! Gue guyur air siraman kalbu! Nyaho lo, ye!"

"Hehehe," Haira cengegesan. "Maap." Gadis itu langsung manyun. "Emang kenapa, sih? Perkara balon doang bikin muka kalian pias."

"Tapi itu balon keramat punya Madava sama anaknya, anjir!" balas Shea. Gadis itu melipat tangan di bawah dada dengan kening menekuk. "Lagian dari kemarin udah gue kasih tau, kalau mau bagiin balon buat anak-anak panti, diganti aja warnanya jadi merah, biru dan kelabu!"

ENIGMA: Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang