BAB 43 : Anonim

35.3K 3.3K 2.6K
                                    

Dari seminggu kemarin rasanya seret banget buka wattpad

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Dari seminggu kemarin rasanya seret banget buka wattpad. Ada aja nemul hal-hal yang nyakitin, bahkan di komentar konten. Padahal sebelumnya biasa aja, tapi kayaknya sekarang akunya yang gampang sensitif.

Cerita ini ada untuk dibaca, bukan untuk ditulis ulang. Cerita ada untuk dinikmati, bukan untuk dibandingan dengan cerita kesukaan kamu. Baik-baik, ya. Semoga sehat selalu 💙

***

Author Pov

"Mbak, saya mau pesen donat satu box, ya," kata Keyla setiba memasuki toko donat langganannya. Tiga hari libur memakan donat, hari ini wanita itu memutuskan untuk mengisi asupan tenaganya lagi.

"Mau varian apa aja, Bu?"

"Di mix aja."

Belum ada satu detik dari sana, ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Wanita itu mengangkat panggilan dari Kanara, tanpa sadar bahwa ada sepasang mata teduh yang tengah memperhatikan Keyla dari pantulan cermin.

Xabiru memandang Keyla dari tempatnya berdiri. Meskipun hanya terpantau dari samping, Xabiru jelas mengenali siapa wanita bertubuh tinggi semampai tersebut. Itu Ibu Zayyan Arlen, Xabiru tahu kendati mereka tidak pernah berkenalan. Hanya hapal sekadar nama, itu pun selewat saja ketika pembagian raport di sekolah setiap akhir semester.

"Bunda?" panggil Zayyan dari arah pintu masuk membuat Keyla menyempatkan diri untuk menoleh.

Xabiru mengalihkan pandangan—masih membelakangi dan menatap pantulan cermin. Benar kan Ibunya Zayyan Arlen, buktinya putranya ada di sini juga.

"Lho, kok, kamu ada di sini, Zayn?" tanya Keyla. Pusat perhatian wanita itu berpindah pada Alea, kebetulan gadis itu ikut. Keyla tersenyum, ramah seperti biasa. "Ehh, ada calon mantu!"

"Kebetulan lewat depan, terus ngeliat mobil Nda." Zayyan menjawab jujur. "Nda sendirian?"

"Hooh, Zayn." Keyla memutar kepala ke samping. Wanita itu memicingkan mata pada seorang gadis yang sedang duduk sembari memainkan ponsel di kursi tunggu. "Ini Shea bukan?!" panggil Keyla jelas. "EH, IYA! SHEY!"

Shea spontan mendongak. Suara Keyla terlalu menembus gendang telinga, hingga tak mungkin untuk pura-pura tidak mendengar. Sebetulnya, Shea sudah sadar saat wanita itu datang ke sini, lalu disusul oleh putra dan pacarnya—yang mana akhir-akhir ini membuat Shea sakit kepala, membuat gadis itu memutuskan urung untuk menyapa Keyla.

Sekarang, saat Keyla sendiri yang mengayunkan tungkai kaki mendekat ke arahnya. Shea harus cari cara bagaimana lagi untuk menghindar? Tidak ada. Mau tidak mau, Shea memilih berdiri, ikut memberikan senyuman sopan. Gadis itu tahu ini tindakan 'berdosa' di mata Zayyan, terbukti saat lelaki itu menatapnya dingin sementara Alea terlihat tidak senang.

"Eh, kirain bukan Tante," kata Shea, menutupi kebohongan bahwa sebenarnya dia memang sadar dari awal.

"Kirain juga bukan Shea, untung Nda noleh!" balas Keyla. "Kamu sendiri ke sini?"

ENIGMA: Last Flower Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt