BAB 22 : Teror 1

26.3K 2.7K 669
                                    

Tuh, kan, aku bisa update cepet kalau lagi ngalir 🤣 Tukeran dong sama komentar kalian, semangatin aku 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh, kan, aku bisa update cepet kalau lagi ngalir 🤣 Tukeran dong sama komentar kalian, semangatin aku 😍

***

Author Pov

"Lala juga mau ikut!"

Keputusan Niskala nampaknya tidak bisa diganggu gugat. Beberapa kali Zayyan memberi pengertian halus, akan tetapi usahanya tidak mempan menggoyahkan keinginan adiknya. Buktinya anak itu nekat menyebrang jalanan kosong untuk menghampiri Shea. Mau tidak mau, Zayyan mengikuti Niskala dari belakang. Keras kepalanya sama persis seperti Kanara.

Sekarang di sini Niskala berada, di depan gerbang rumah gadis itu. Dengan balutan potongan gaun selutut, Niskala nampak lucu. "Kak Shea mau kemana? Cantik banget, ih!"

"Kakak... mau ada kerjaan dulu, nemenin Den Aziel, La," balas Shea. Gadis itu sekilas melihat Alea yang hanya diam di belakang Zayyan.

"Woah! Kak Aziel ada acara?" Niskala beralih pada kakak kelasnya. Mereka memang beda tingkatan. Niskala masih duduk di bangku kelas 1, sedangkan Aziel duduk di bangku kelas 4.

Aziel mengangguk. "Aku ulang tahun, La."

Bola mata Niskala langsung berbinar terang. Gadis mungil itu langsung bertepuk tangan semringah di depan Aziel. "Woahhh! Kak Aziel ulang tahun?! Selamat, Kak! Selamat! Hepi birtdey tuyuuu! Hepi birtdey tzuyuhhhh!"

Niskala kelewat hiperaktif. Gadis kecil itu mendekat, meraih sebelah tangan Aziel dengan niat ingin bersalaman, tetapi yang ditarik oleh Niskala adalah tangan Aziel yang digunakan untuk memegang tongkat kruk. Aziel nyaris kejengkang ke belakang. "EH, LAA!! LAAA!!"

"Eh, pelan-pelan ... jangan terlalu brutal, Dek!" tegur Xabiru syok, seraya menahan tubuh Aziel yang hampir longsor. Sekarang lelaki itu yakin jika Valerian memang tercipta sebagai keluarga ugal-ugalan. Mahkluk mini dan kemasan sachet di depannya saja sudah menjadi contoh. Barra harus tau jika calon iparnya Barongsai-able.

"Nemu yang kayak gini di mana, Ziel? Bibit cegil ini mah," tutur Xabiru kemudian.

Telinga Zayyan cepat menangkap kalimat Xabiru. Lelaki itu protes tidak terima. "Mulut lo, preman! Siapa yang lo panggil cegil?!"

"Adek lo yang sholehah masyaAllah inilah." Mata Xabiru menatap Niskala yang nampak kaget dengan tindakannya barusan. "Perhatiin, adek lo udah keliatan aura brutalisme dan edannisme sejak dini, mirip kakak ceweknya."

"Lo sendiri kagak apa?" tanya balik Zayyan. Agaknya Xabiru harus diingatkan bagaimana kebiasaannya di sekolah. Namun, itu terlalu membuang waktu. Tujuan Zayyan sekarang adalah harus berhasil membujuk Niskala. Dia juga tidak enak pada Alea kalau begini caranya. Kemauan Niskala sekarang, itu secara tidak langsung memberi penolakan kepada Alea.

"La? Udah, ya, sama Abang aja? Kak Shea ada kerjaan, Lala sama Kak Alea. Oke? Kemarin kan setuju mau ke Timezone bareng," pinta Zayyan.

Bibir mungil Niskala memberenggut, anak itu melengos pada Shea. Memeluk kaki gadis itu, bergelantungan seperti bayi monyet. "Lala maunya sama Kak Shey, Abang. Abang kalau mau pergi sama Kak Al, berdua aja. Lala mau di sini. Nggak apa-apa. Nanti Abang jemput lagi!"

ENIGMA: Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang