BAB 7 : About X

32.7K 3.1K 908
                                    

Absen pakai emot dulu buat part ini? ❤

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Absen pakai emot dulu buat part ini? ❤

***

Author Pov

"Zayyan, please! Angkat kita jadi anak lo! Ayok adopsi kita berdua! Zayyan, ayok kita bikin keluarga juga!" Suara Stevan terdengar memenuhi lorong sekolah. Lelaki itu tidak ada lelahnya mengekori Zayyan, bersama Aska di belakang. Mereka membuntuti sahabatnya bahkan hingga ke pintu loker pagi-pagi begini.

"Gue sama Stevan nggak bakal nakal, kok. Cukup dikasih makan tiga kali, camilan sama kuota. Udah. Ayok, angkat kita berdua jadi anak lo!" Aska menimpali. Lelaki itu mendekat. "Kita berdua nggak mau kalah sama si Barra!"

"Apaan banget anjir, random lo pada." Zayyan menghela napas. "Emang Barra ngapain?"

"Ngebikin keluarga sama Xabiru dan Shea. Katanya mereka cetemod. Cemara tergantung mood. Kita juga mau," ujar Stevan bersikukuh membuat Zayyan tergelak ringan. Mereka ini seperti anak kecil saja. Barra pasti sudah menyombongkan keluarga barunya, sampai Stevan dan Aska kepanasan lalu ikut-ikutan.

"Ya, udahlah. Sesuka kalian aja."

Zayyan membuka tasnya, hal yang pertama kali ia dapati adalah kotak makanan. Sudah jelas ini buatan Keyla, tadi Zayyan terlalu terburu-buru hingga memilih tidak sarapan di rumah. Lelaki itu memperhatikan isi bagian dalamnya. Roti yang diolesi selai kacang. Zayyan tersenyum kecut, padahal ia alergi parah dengan kacang dan Keyla tetap memberikan ini untuknya. Padahal wanita itu tahu, sudah diberi tahu.

Segitu susahnya, ya, Nda nerima Zayyan?

"Udah pada sarapan belum?" Zayyan menoleh pada dua sahabatnya. Sebelah tangannya terjulur memberikan kotak makanan tersebut. "Sarapan dulu, habisin sama kalian."

"Lo sendiri? Nggak makan?"

"Gue udah," jawab Zayyan. Jelas itu bohong. "Cepet sarapan, katanya mau jadi anak-anak gue. Disuruh makan, malah nggak nurut."

"OH, IYA BENER JUGA!" Stevan berseru, tangannya buru-buru mengambil alih kotak makanan itu dari Zayyan. "Gue abisin, ya, sama Aska. Makasih, Papa sambung!" Lanjut lelaki itu. Zayyan hanya mengangguk. Ini lebih baik. Daripada harus mubazir karena tak ia makan.

"Stevi, makannya di kelas ajalah. Gue belum selesai ngerjain tugas Kimia kemarin. Dikit lagi ini," ujar Aska, lalu Stevan menoleh kesal.

"STEVAN, SAT! STEVI GIGI KAU RONTOK!"

"Sama aja menurut gue. Ayok, ke kelas dulu! Keburu bel! Ayok!" ujar Aska menarik kerah seragam lelaki itu dari belakang. "Zayn, kita duluan, ya! Makasih sarapannya." Aska masih menarik-narik Stevan, membuat lelaki itu mau tak mau menurut. Keduanya berjalan menjauh, tanpa sadar Zayyan terus memperhatikan lama.

Bahkan Zayyan masih ingat hari di mana Stevan dan Aska menolak mentah-mentah kehadirannya dulu. Anak berseragam SD itu menatap Zayyan kecil dengan pandangan rumit dan enggan, persis seperti yang Kanara berikan untuknya sampai saat ini. Mereka memandang Zayyan asing, seolah seharusnya ia tidak berada di sini. Stevan dan Aska tidak menyukainya.

ENIGMA: Last Flower Donde viven las historias. Descúbrelo ahora