BAB 3 : Pancadarma

48.7K 3.4K 612
                                    

Hallo, baru update

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallo, baru update. Ramein, ya! 🌼🌹

***

Author Pov

"SIANG, CALON PACARKU!"

Kanara terbatuk ketika sapaan seseorang berdengung di telinganya. Namun, gadis itu tidak mau repot untuk sekedar memastikan. Tanpa mendongak pun, Kanara sudah hapal orangnya. Gadis itu masih sibuk menunduk, menatap fokus layar ponsel—membaca artikel-artikel terbaru di halaman website.

"Calon pacarku, selamat siang!" Lelaki itu kembali menyapa. Sadar tidak mendapatkan respons, ia berinisiatif duduk di sebelah Kanara. "Kok nggak dijawab, sih? Ini pura-pura nggak denger atau pura-pura nggak kenal?"

"Nggak kenal," jawab Kanara.

"Ah, Nara mah suka gitu. Ya, udah, deh. Kita kenalan balik." Seperti biasa, ia tidak pantang menyerah. Lelaki itu mengulurkan tangannya di bawah wajah Kanara, hal yang membuat gadis itu berjenggit kaget. "Nama gue Barra Adhitama, orangnya bertatakrama, hobby-nya bercengkrama, apalagi kalau ngeliatin Kanara lama-lama. Kelas 12 IPA 4, yang suka pelajaran biologi bab reproduksi. Materinya sudah khatam, prakteknya yang belum. Chuaks!"

"Anjir lo Bar! Gue lagi makan!" tukas Kanara. Namun, Barra hanya tergelak. Selalu suka mengganggu crush-nya dari kelas 11 ini.

"Lo lagi baca apa, sih?" Barra melongokan kepalanya ke arah ponsel Kanara, lagi-lagi membuat gadis itu mundur kaget. "OHHH! BERITA ITU, YA?! Yang katanya X balik lagi?!"

Kanara manggut-manggut.

"Menurut lo, Ra. Itu berita bener apa nggak? Maksudnya, gue agak ragu, sih. Madava kan udah metong lama. Ya, kali, bangkit dari kubur. Gue rasa ini ada orang iseng biar nakut-nakutin Jakarta aja," ucap Barra mulai beropini.

Kanara menelan kunyahan terakhir, kemudian menoleh. "Dibarengin sama kasus tiga anak SD Pancadarma yang hilang baru-baru ini, lo masih mikir ini cuman orang iseng?"

Barra mengangkat bahunya acuh. "Gue pikir mereka ilang karena penculikan biasa, tapi nggak tau juga deh. " Lelaki itu ikut menoleh. "Lo percaya kalau psikopat itu beneran ada?"

"Percaya," jawab Kanara.

"Lo pernah ketemu langsung?" tanya Barra lagi. Kanara diam untuk sesaat, garis rahangnya terkatup kaku. Bukannya menjawab, Kanara hanya tersenyum kecil. Gadis itu kembali melanjutkan aktivitas membacanya.

"Ngomong-ngomong, kemana para pengawal terkutuk lo itu?" Barra memang tidak pernah habis topik, apapun bahasannya agar tetap mengobrol dengan si crush. Cerewet sekali. "Bagus, sih, kalau nggak ada mereka. Eneug gue dihujat mulu, Ra. Apalagi si Stevan, pengen gue jait aja mulutnya pake benang lahiran."

"Yang lo sebut pengawal terkutuk itu, sahabat gue dari embrio semua, Bar!" protes Kanara.

"Tauuu! Apa, sih, yang nggak gue tau tentang calon pacar." Barra menyengir saja, dia baru menelan satu tegukan es teh manisnya sebelum gerutuan keluar dari mulutnya. Barra menatap pasrah melihat dua musuhnya berjalan menuju meja mereka. Stevan dan Aska di sana, berjalan mendekat. "Oalah janco, belum semenit diomongin udah pada datang aja si jin qorin."

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now