BAB 32 : Penjara

25.7K 2.7K 1.3K
                                    

Malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malem. Update lagi yeee 😭 Ramein ya, ini panjang banget lho 🥲🙏🏻

***

Author Pov

"Bapaknya beribawa, anaknya bangsat!" Shea mungkin sudah gila karena berani menggampar telak wajah Zayyan, tetapi jauh lebih gila lelaki itu yang sembarangan menuduh Shea tanpa alasan yang berdasar. Harusnya tadi jangan ditampar saja, sekalian dibogem mentah.

Shea berbalik badan meninggalkan lorong. Disalahkan di depan orang-orang, seolah paling berdosa, terpojok sendiri, siapa yang akan sudi? Gadis itu menyeka sudut matanya yang basah, berlari menuju ruangan hemodialisis karena teringat Haira yang sempat ia tinggalkan. Di balik pertigaan lorong, Alea berdiri dengan tampang wajah tanpa dosa mengamati itu.

"Haira?! Ra?!" Shea terkesiap ketika tidak menemukan adiknya di dalam ruangan. Ingin menghubungi, tapi ponselnya di tangan Haira.

"Dia udah pulang, Kak." Alea menghampiri membuat Shea yang tengah diserang rasa panik, menyempatkan diri untuk menoleh.

"Pulang? Pulang ke rumah?" ulang Shea. Padahal gadis itu sudah mewanti-wanti agar menunggunya kembali, kenapa Haira tidak mendengar dan memilih nekat pergi sendiri?

Alea mengangguk lagi. "Haira bilang ke gue dia mau pulang duluan aja, soalnya nungguin lo kelamaan, Kak. Lagian, masa adik lagi cuci darah lo tinggal-tinggal sendirian, Kak Shey?"

Shea tidak fokus mendengar celetukan Alea, yang ia pikirkan sekarang hanyalah adiknya. Cemas bilamana gadis itu kenapa-napa di jalan. Terlebih lagi sampai Bayu tahu hal ini, Shea bisa terkena damprat. Gadis itu menutup pintu, kemudian menyusul pergi secepat mungkin.

Alea menghela napas, kedua tangannya terlipat di bawah perut memperhatikan punggung Shea yang tenggelam dari jangkau pandangan. Sudut bibirnya tertarik, sangat tipis. Sesuai kemauan. Zayyan menyalahkan gadis itu, dan makiannya cukup memuaskan. Ternyata memiliki pacar yang naif dan kurang tegas itu mudah dicuci.

"Aku tadi nggak sengaja denger obrolan kamu sama Kak Shea di lorong," kata Alea ketika melihat Zayyan tiba. "Harusnya kamu nggak perlu nyalahin Kak Shea gitu. Kasian jadinya."

Zayyan mengangkat sebelah alisnya. "Lebih kasian mana sama kondisi Nara yang down?"

"Tapi Kak Shea sampai nangis gitu." Alea pura-pura memberikan rasa prihatin. "Mungkin maksud Kak Shea nyuruh Kak Nara ke sini, cuman pengen ngasih tau kondisi Lala aja."

"Caranya yang salah," balas Zayyan. "Nggak pa-pa sekali digituin, biar mikir orangnya."

—oOo—

"Enggak mikir kamu, Shea!!!"

Shea tersendat ketika sebelah pipinya dihantam tamparan keras oleh tangan papanya. Baru dua langkah masuk pintu rumah, dan amarah Bayu sudah menjadi sambutan awal ketika gadis itu pulang. Kedua telinganya langsung berdengung, hingga tidak sadar ketika air mata Shea telah luruh kembali. Dia tidak menunduk, posisinya berdirinya tegak, tapi kakinya mulai goyah.

ENIGMA: Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang