SoH - 10. Kekacauan akan Terjadi

479 65 5
                                    

Amin menatap proposal yang disodorkan oleh Ryu tadi. Ia meraihnya, membaca sekilas, meletakkannya kembali, kemudian berpikir.

Suara ting dari ponselnya membuyarkan lamunan Amin. Surel yang ditunggunya sudah sampai. Amin membaca kata demi kata dengan saksama. Ia beberapa kali mengernyitkan kening dengan dahi yang semakin mengerut.

Amin mengamati proposal Ryu yang tergeletak di meja kaca dan ponselnya secara bergantian dan berulang-ulang.

Fatimah, istri Amin, menghampiri Amin karena Amin tak kunjung keluar dari ruang kerja sejak kedatangan tamu dari Inggris.

“Ada apa?” tanya Fatimah lembut seraya memijat bahu Amin.

Amin menarik Fatimah untuk mendekat dan mendekapnya dengan erat. Ia mengembuskan napas panjang.

“Aku tidak bisa membayangkan kalau aku kehilangan dirimu,” kata Amin dengan nada suara sedikit parau.

Fatimah mendongakkan kepala. Jelas ada sesuatu ketika pertemuan tadi. “Apakah pria muda yang mendatangimu tadi mengancammu untuk menyetujui tawarannya?”

“Tidak.” Amin mengecup mata Fatimah dengan sayang, “Dia jenis pria yang menyukai cara-cara lurus dalam mencapai tujuannya.”

“Seperti dirimu?”

“Ya, seperti diriku.”

Fatimah mengalungkan lengannya di leher Amin. “Lalu, di mana masalahnya?”

Amin mengambil ponselnya lalu menunjukkan surel yang diterimanya pada Fatimah.

Fatimah membacanya dengan hati-hati, lalu bereaksi kurang lebih sama dengan Amin.

“Dia––Ryu Isaiah? Mengapa kau tidak mengatakannya lebih awal?” Fatimah tampak gusar.

Amin menghela napas panjang. “Kukira kabar mengenai dirinya delapan tahun silam hanyalah gosip belaka. Ketika aku mendengar alasannya mengajukan kerjasama, instingku mengatakan kalau aku harus mendukungnya, lalu mencari tahu lebih detail. Ketika aku memerintahkan bawahanku untuk menyelidiki Ryu lebih dalam––”

“Kau menemukan fakta-fakta menyedihkan ini?” potong Fatimah.

Amin mengangguk. Ia tampak lelah. “Jika prediksiku benar, maka cepat atau lambat akan ada ketidakstabilan ekonomi di seluruh dunia.”

Fatimah terkesiap, “Mungkinkah sejauh itu?”

“Probabilitasnya 9:10,” Amin menyodorkan coret-coretan prediksinya pada Fatimah. “Aku mencoba menghubungkan setiap pergerakan yang dibuat oleh Ryu. Lalu ketika aku menyadari pusat dari pola ini––”

Fatimah mengamati kertas buram berisi tulisan-tulisan Amin dengan kosakata bisnisnya. Lalu ia segera menyadari sasaran dari setiap pergerakan Ryu.

“Dia berniat menjatuhkan keluarga Laninana ....” Fatimah berkomentar dengan gusar, “... kejatuhan Laniana berarti ketidakstabilan ekonomi di mana-mana, akan ada banyak perusahaan yang terpaksa ikut gulung tikar. Pewaris Isaiah itu berniat mengguncang dunia?”

Amin menggeleng. “Tidak hanya itu saja, dia juga telah memikirkan serangan-serangan balik dari relasi yang ikut jatuh. Itu sebabnya ia mulai memenangkan tender-tender dari perusahaan-perusahaan cabang agar perusahaan induk tidak membantu Laniana untuk memberontak.”

“Dia cerdas,” puji Fatimah.

“Dan sangat licik,” tambah Amin.

Fatimah meletakkan kertas buram Amin, kemudian menggelengkan kepala sambil menghela napas panjang.

“Dia pria yang sangat malang. Kehilangan istri dan anak yang bahkan belum sempat lahir ke dunia, dan hal yang bisa ia lakukan hanyalah balas dendam.”

Amin merengkuh Fatimah kembali. “Aku bertanya-tanya apakah keputusanku mendukung Ryu adalah hal yang benar? Jika prediksiku tepat, maka kekacauan akan terjadi.”

Fatimah terdiam sesaat. “Kau sudah memilih dengan tepat. Insting bisnismu tidak pernah mengkhianatimu, bukan?”

“Ya. Tapi––”

“Itulah hal yang harus ditanggung oleh Laniana karena berani mengusik milik Isaiah dan Shimizu. Dia yang mulai bermain api, dan sekarang tiba saatnya bagi Laniana itu untuk terbakar di dalam api yang telah ia sulut.”

“Kau benar,” ujar Amin. Ia meraih kembali ponselnya, membaca surel yang ia terima dan berhenti di laman yang memuat profil seorang wanita, “Aku penasaran, siapa sebenarnya wanita yang bernama Freya Leonara ini? Selain fakta bahwa ia gadis biasa yang kebetulan bersekolah di Akademi Frisuki, latar belakangnya tidaklah berbahaya untuk mengancam eksistensi seorang Laniana.”

Fatimah ikut menatap foto seorang wanita cantik dengan rambut merah jahe yang bergelombang dengan indah. Mata biru samudra dalamnya tampak jernih dan begitu bersinar. Tidak mengherankan kalau Ryu Isaiah terpikat setengah mati pada wanita itu. Dia luar biasa cantik, dan garis-garis wajahnya menunjukkan karakter kuat yang mengagumkan.

“Apa yang kita lihat belum tentu seperti yang terlihat, yang didengar belum tentu sebuah kenyataan, dan yang terucap tidak semuanya merupakan kebenaran.” Tiba-tiba Fatimah merasa gelisah, “Semoga saja perseteruan mereka berakhir dengan baik.”

Amin tersenyum simpul. Itu mustahil.

---**---

To be Continued

Click Vote and Leave your Comment 😉
Thanks for reading
Thanks for your voment and your support until now 😊
Stay tune!

Secret of Heart - RevealedWhere stories live. Discover now