SoH - 32. Sudden Attack (2)

290 18 3
                                    

Sorry sebelumnya kepencet publish padahal masih setengah jalan >.<

Versi lengkapnya sudah dipublish  Happy reading ^^

---**---

"Jadi, Merlin memutuskan untuk mengambil keputusan itu?" tanya Lee pada Saphira yang duduk di sampingnya.

Saphira menggoyang gelas kaca kecil dengan tatapan kosong. Matanya bergerak seirama seolah gelas itu masih berisi wine yang sudah lama diteguknya. "Begitulah."

Lee menggenggam sebelah tangan Saphira yang tergeletak di meja. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."

"Kuharap begitu," balas Saphira dengan senyum gusar, kemudian terdiam. Ia tampak berpikir keras. "Kuharap itu tidak menghancurkan saudariku," gumamnya.

Lee mempererat genggamannya. Memberi semangat pada Saphira sekaligus mengingatkan gadis itu bahwa ia tidak sendirian dan semuanya akan berakhir dengan baik.

Pikiran Saphira mulai berkelana.

Seandainya waktu dapat berhenti pada saat ini.

Seandainya hanya kehangatan Lee yang menunggunya di masa yang akan datang.

Seandainya kebahagiaan adalah hal yang mudah diraih.

Seandainya rantai kusut kebencian yang mengikat kami hancur tanpa sisa.

Saphira hampir bisa membayangkan utopia hidupnya dan semua orang yang dikasihinya.

Namun kenyataan kejam segera menariknya tanpa belas kasihan.

Mencabik-cabik angan-angan indahnya tanpa ampun.

Keheningan yang berasal dari jam tangannya seolah menjadi vonis hukuman mati baginya.

Ketika jam digital itu tidak berbunyi seharusnya, terror segera menyelimuti Saphira.

"Ada apa?" tanya Lee khawatir melihat wajah Saphira yang pucat pasi.

"Alarm ..." gumam Saphira yang lebih menyerupai bisikan, "alarmnya tidak berbunyi."

Detik selanjutnya, Lee sudah bangkit dan menyambar komputer mini yang di pasangnya di ruangan itu. Ia memasukkan sejumlah perintah ke dalam perangkat itu, namun semakin lama Lee mengetikkan perintah, semakin jelas kekusutan tergambar dalam wajahnya.

"They got us." Lee membalikkan monitor komputernya, pesan-pesan error bermunculan tanpa henti.

Saphira mendekati Lee perlahan, mengamati setiap kata yang memberi tahu akses Lee sebagai administrator ditolak.

Firasat buruk Saphira semakin menjadi, ia mengambil alih keyboard dan mulai memasukkan algoritma-algoritma rumit ke dalam sistem komputer itu.

Hasilnya sama.

Pesan error terus bermunculan, semua akses yang dimiliki Saphira dalam sistem keamanan rumah ini ditolak.

Detik selanjutnya, sekujur tubuh Saphira gemetar hebat. Hal yang paling ditakutkan Saphira menjadi kenyataan.

Tidak bisa mempertahankan kekuatan kakinya, Saphira mulai limbung. Jika bukan karena kesigapan Lee, sudah pasti tubuhnya telah berbenturan dengan lantai marmer yang dingin itu.

"Kendalikan dirimu," bisik Lee dengan lembut. Ia mempererat dekapannya pada Saphira.

Lee kurang lebih mengerti situasi apa yang sedang terjadi. Melihat reaksi Saphira, jelas mimpi buruk yang dicegah mereka mati-matian akhirnya merealisasikan dirinya.

Keserakahan William memang tidak ada tandingannya. Keserakahan itulah yang akhirnya menelan semua hal dan menjadi pemicu lingkaran kebencian ini.

Namun waktu saat ini tidak sedang berpihak pada mereka. Suara-suara riuh derap langkah yang tidak asing mulai terdengar dan semakin mendekat.

Secret of Heart - RevealedWhere stories live. Discover now