SoH - 31. Sudden Attack (1)

436 25 0
                                    

Dia tahu.

So what?

Dengusan ringan lolos dari bibir Freya, dibarengi ekspresi dingin dan kelam yang mampu mengguncang mental baja Ryu untuk sepersekian detik.

Netra ungu antiknya menyelami tatapan cinta dan mematikan pemilik netra biru langit itu sambil mengutuki ketidakberuntungan dalam hidupnya.

Freya menggenggam balik tangan hangat Ryu yang membelai wajahnya, ia tersenyum. "May fate be merciful to us," ulang Freya.

Tekanan tangan mungil Freya tidak sakit sama sekali dibandingkan tekanan tangan yang diterima Ryu dari lawannya saat berlatih bela diri, namun tekanan ringan itu justu sanggup memberikan hawa dingin yang menusuk dan membuat Ryu bergidik sesaat.

Dan yang lebih menakutkan adalah ekspresi dingin dan kelam yang ditunjukkan Freya. Ryu sudah memperkirakan bahwa Freyanya akan berbeda jauh dari yang dulu diingatnya.

Tapi tidak sedrastis ini.

Menyadari rencananya tidak akan berhasil dan malah memperburuk hubungannya dengan Freya, Ryu memilih mundur.

"Aku lapar," kata Ryu seraya memeluk Freya.

Hanya alasan konyol itu yang terpikirkan oleh Ryu untuk mengalihkan fokus Freya.

"Aku sudah menaruh makanan di kamarmu," jawab Freya singkat.

"Terima kasih." Ryu tersenyum.

Freya tersenyum balik, masih dengan senyum dinginnya. Ia memberi isyarat kepada anak-anaknya untuk mengikuti dirinya.

Lyra mencuri-curi kesempatan untuk memberi sinyal kepada Ryu agar merahasiakan hal yang diberitahunya.

Kemudian Ryu membalas dengan gerakan jari yang membentuk huruf o.

Tiba-tiba Ryu merasa pundaknya ditepuk sesuatu.

Ryu menoleh, ia mendapati Bam berdiri di belakangnya dengan ekspresi tertekan. "Kau mengagetkanku. Ada apa?"

"Kita harus keluar dari sini."

Alis Ryu terangkat sebelah. "Kau gila?"

Bam memicingkan mata, tidak setuju dengan Ryu. "Lebih gila lagi jika kita tetap di sini."

Belum sempat mendebat Bam, suara gema kaca pecah terdengar dan menggelegar di seluruh rumah. Asalnya dari jalan yang ditempuh Freya tadi.

Deg.

Jantung Ryu berhenti berdetak.

---**---

"Apa yang tadi Lyra bicarakan dengan Papa?" tanya Freya sambil menuntun ketiga anaknya.

"Tidak ada yang penting," jawab Lyra tanpa ragu. "Kami hanya menghibur Papa yang takut kehilangan kami, benar kan, Lucas? Louine?"

Lucas dan Louine mengangguk dengan kompak. Membenarkan perkataan Lyra.

Freya mengambil napas pendek. "Alangkah senangnya Mama jika itu yang benar-benar kalian bicarakan," bibir merah muda Freya membentuk senyum sedih, "tapi kau terlalu spontan sepertiku dan strategis seperti Ryu."

"Bukankah itu bagus?" ujar Lyra.

"Dalam kondisi yang lain, tapi tidak untuk saat ini ataupun yang akan datang. Lebih tepatnya, tidak akan tepat untuk kondisi kita. Lihatlah hasil tindakanmu yang lalu. Menemui Ryu dengan arogannya dan memberikan petunjuk padanya. Voila! Inilah kondisi kita saat ini, mau tidak mau kita harus menuruti Merlin. Menempuh cara terkejam untuk balas dendam."

Secret of Heart - RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang