SoH - 18. Hadiah

431 40 8
                                    

Keir menatap kembali dokumen-dokumen yang diberikan Ryu. Tangan besarnya mengusap sebuah foto yang terlampir. Foto Keir bersama Sarah dan Lily ketika wisuda. Dalam foto itu Keir cemberut, terlihat sangat kontras dengan dua wanita cantik yang tersenyum dengan cerahnya.

Keir ingat saat itu perasaannya sangat kacau. Sulit rasanya tersenyum di saat mengetahui dirinya harus terpisah dan terpaksa menyerah akan cintanya. Sementara wanita yang dicintainya tanpa ragu memilih kebahagiaan saudarinya di atas segalanya.

Hingga kini, Keir masih tidak mengerti mengapa mereka berdua masih bisa tersenyum dengan cerahnya saat itu. Padahal, Keir yakin betapa mereka sangat membutuhkan satu sama lain melebihi apapun.

Terganggu dengan perasaan yang timbul akibat melihat foto lama dengan kedua saudara kembar itu, Keir beralih ke foto berikutnya.

Kali ini, ia tersenyum sinis. "Aku terkesan bocah itu bisa menemukan dokumen keterlibatanku dengan William sembilan tahun yang lalu."

Kemudian ia melempar semua dokumen yang diberikan Ryu dan mencampakkannya begitu saja di lantai.

"Padahal," kata Keir sambil mengacak-acak rambut cokelatnya, "tinggal sedikit lagi .... hanya tinggal sedikit lagi ...."

Foto yang dilihat Keir dengan sinis, jatuh tepat di hadapan Blaire. Blaire mengenali salah seorang dari foto itu, Keir. Dalam foto itu, Keir terlihat sama marahnya dengan saat ini, walau lebih halus. Satu prianya lagi sedang menyesap kopi dengan gaya liciknya yang khas, Blaire juga mengenalinya, William.

Belum sempat membuka mulut, ponsel Keir berdering.

Blaire melihat Keir agak enggan menjawab teleponnya.

"Ya?"

"Dari nada suaramu ... sepertinya Ryu sudah mengetahui kebusukkanmu."

Keir mendengus. "Jadi kau rupanya."

"Bagaimana? Kau suka hadiahku? Jika saat itu kau tidak menolak dan membantuku, tentu tidak akan seperti ini akhirnya. Kalau aku harus hancur, kau juga harus hancur. Tidakkah itu yang berarti adil?"

"Sejak awal kesepakatan dengan iblis tidak akan pernah berakhir dengan baik," kata Keir sinis, "bahkan tidak ada jaminan kau tak akan menusukku seperti ini jika aku membantumu."

"Tapi kau membutuhkan bantuan iblis untuk membalas dendam pada mereka yang membuat Sarah menderita. Dan bukankah kau juga iblis? Manusia mana yang sanggup mengorbankan istri dan anaknya yang bahkan belum lahir demi pembalasan dendam ...."

Detik berikutnya, Keir membanting ponselnya tanpa ampun ke lantai. Tangannya gemetaran menahan amarah. Darah terlihat dari bibirnya, namun Keir tidak terganggu sama sekali. Ia membalik badan, menatap Blaire dengan tatapan sekarat yang dipenuhi amarah.

"Katakan Blaire ...." Keir terlihat gamang, "setelah semuanya berantakan ... harus bagaimana?"

Blaire mempunyai sebuah pemikiran, tapi ia yakin hal itu tidak akan membantu. Menilai dari gerak-gerik Keir, hal apapun yang dikatakannya saat ini justru akan mengantarkannya pada kematian.

---**---

"Aku selalu bertanya-tanya apa alasan William masih sanggup bertahan setelah aku hampir membekukan semua bisnisnya," kata Ryu seraya membalikkan lembar demi lembar dokumen baru yang diberikan Raka padanya, "seperti bongkahan es di laut artik---apa yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil dari apa yang ada di dalam laut. Seperti itulah bisnisnya. Bisnis yang kubekukan hanyalah yang dipermukaan, sementara bisnis sesungguhya masih berjalan mulus. Sialan sekali."

Secret of Heart - RevealedWhere stories live. Discover now