SoH - 16. Dalih?

385 45 0
                                    

Bam tersenyum dengan hangat. Tatapannya masih sama seperti sembilan tahun yang lalu. Ryu mencari sisa-sisa kebencian dalam netra jingga itu, namun ia tidak pernah menemukannya. Sembilan tahun yang lalu, maupun saat ini.

Kenyataan itu justru semakin menohok Ryu. Ia tidak pantas mendapatkannya. Lebih mudah menghadapi kebencian Bam daripada kebaikan hatinya. Karena dengan begitu ia bisa meminta maaf dan menerima cercaan Bam. Mengurangi perasaan bersalah yang terus menggerogotinya.

Jika Bam sangat mudah memaafkannya, bagaimana cara Ryu menyingkirkan rasa bersalahnya? Bersikap baik seolah tidak pernah terjadi apa-apa? Setelah membuat orang yang dianggap seperti keluarganya sendiri hampir meregang nyawa karena tindakan gegabahnya?

Tidak.

Ryu memutar arah kakinya. Berusaha menghindari Bam.

"Setelah sembilan tahun tidak berjumpa. Sesulit itukah menyapaku, Ryu?" kata Bam dengan nada lirih ketika menyadari Ryu sedang menghindarinya.

Inilah alasan Ryu tidak ingin menemui Bam. Ia tahu dirinya tidak akan sanggup menanggung rasa bersalahnya sehingga tidak mampu menghadapi Bam. Setelah itu ia akan memilih untuk kabur seperti pengecut. Kemudian, mendapati ekspresi sedih Bam yang membuat segalanya menjadi lebih menyakitkan.

Dan Ryu tahu pasti kelanjutannya seperti apa.

Dengan berat hati, ia menghampiri Bam.

"Sangat sulit," jawab Ryu dengan gusar.

"Dengarkan aku Ryu Isaiah," Bam menaikkan nada suaranya. Kesabarannya sudah habis karena memaklumi tingkah konyol Ryu selama sembilan tahun, "tak pernah sedetikpun aku menyalahkanmu atas apa yang menimpaku sembilan tahun yang lalu. Dari segi manapun kaulah yang paling menderita. Kehilangan cinta sejatimu dalam ketidakadilan. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak mampu melakukan apapun untuk mencegah kejadian itu, jika saja aku lebih kuat saat itu. Maka seharusnya kau sedang berbahagia dengan Freya saat ini."

Bam menarik napas panjang, "aku ingin sekali mengatakan ini padamu sembilan tahun yang lalu, namun kondisi tubuhku saat itu sangat tidak memungkinkan. Tapi, kalau aku tahu kau akan menjauhiku karena perasaan bersalahmu yang konyol itu, aku pasti akan melakukannya tidak peduli bagaimanapun caranya. Dan aku sungguh selalu menyesal hingga kini." Ia terdiam, "Lama-lama aku berpikir ... jangan-jangan semua itu hanya dalih, alasan sebenarnya kau menjauhiku bukan karena perasaan bersalah yang konyol itu. Tapi karena kau tidak bisa memaafkanku yang tidak mampu menyelamatkan Freya."

"Tidak mungkin," sahut Ryu geram. Tidak menyanga Bam berpikir seperti itu tentangnya.

Bam mengangkat bahu. "Mana kutahu. Alasan itu yang paling logis untuk menjelaskan tindakanmu menghindariku selama sembilan tahun. Kau sudah muak melihatku."

"Bukan."

"Kalau begitu apa? Jangan beralasan karena dugaan pertamaku tentang rasa bersalah bodohmu kepadaku. Sialan, aku tidak butuh itu. Apa yang kau dapat dari memelihara perasaan negatif itu sementara aku sama sekali tidak mempermasalahkannya," Bam berdiri tepat di hadapan Ryu. "Kau mengenalku lebih dari siapapun, begitu juga sebaliknya. Dan kau pasti tahu bahwa aku lebih suka membantumu untuk membalas cecunguk sialan yang berani menantang kita daripada berdiam diri."

Ryu hendak membuka mulut, berniat mendebat Bam. Kemudian, alih-alih melakukannya, ia justru tertawa lebar.

"Hahahaha ... Ya Tuhan," kata Ryu sambil memegangi perutnya yang sakit karena berusaha menahan tawa. Ryu menengadah, menatapi langit-langit parkiran cukup lama sebelum fokus kembali pada Bam yang memandanginya penuh keheranan.

"Maaf, akhir-akhir ini selera humorku agak unik," Ryu menepuk pundak Bam, ekspresi wajah yang ditunjukkannya membuat Bam terpaku. Itu ekspresi sahabatnya yang disangkanya telah mati bersama Freya sembilan tahun yang lalu.

Bam mendengus senang. "Seharusnya kupukul kau karena menganggap kata-kata bijakku sebagai lelucon. Tapi berhubung karena itu juga aku mendapatkan sahabatku kembali, kuurungkan niatku." Bam merangkul bahu Ryu dengan tangan kanannya, "Jadi, katakan padaku rencana apa yang terlintas dalam otakmu saat kukatakan soal balas dendam?"

---**---

To be Continued.

If you liked this chapter, please consider to give a vote 😉
Thanks for reading, your voment, and your support until now 😊
Stay tune!

Sincerely,

Nina.

Secret of Heart - RevealedWhere stories live. Discover now