SoH - 34. Sandera (1)

222 14 5
                                    

Ryu berjalan sambil membopong Freya dengan tenang.

Terlalu tenang.

Ketenangan yang diperlihatkannya itu justru terasa lebih menakutkan. Bam sesekali melirik Ryu. Setiap kali ia melakukannya, timbul rasa menggelitik yang tertahan di kerongkongannya. Namun, setiap kali hendak mengucapkan kata-kata yang tertahan itu, netra biru dingin milik Ryu menghentikannya.

"Kita sudah sampai," kata Lucas memecah kesunyian.

Ryu terpaku sejenak menatap pintu logam yang biasa dilihatnya terpasang di laboratorium. Begitu Lucas selesai memasukkan kode pintu tersebut, Ryu segera melangkahkan kakinya.

Peralatan berteknologi canggih menyambut Ryu tatkala masuk. Mereka terpasang dengan rapi di setiap sisi ruangan. Ryu berani bertaruh bahwa siapapun yang melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut pasti berpikir mereka telah tiba di masa depan.

Ryu memfokuskan pandangannya ke pusat ruangan. Di mana sosok-sosok yang dikenalnya sedang berkerumun dengan ekspresi penuh ketegangan. Mata Ryu menangkap siluet wanita bersurai emas yang terbaring pucat.

Bertentangan dengan aura gelisah yang terpancar, raut wajah mereka justru terlihat begitu siap saat bertemu dengan tatapan dingin Ryu. Seolah mereka telah membesarkan hati untuk menghadapi badai.

Di luar dugaan, Ryu justru melanjutkan langkahnya dengan tenang. Ia membaringkan Freya dengan hati-hati di ranjang sebelah Saphira terbaring.

"Nak," kata Ryu lembut pada kedua putranya, "bisakah kalian mengambilkan Papa air minum?"

Lucas dan Louine mengangguk dengan kompak.

Ryu segera memberikan sinyal kepada Bam yang langsung memahaminya.

"Biar paman temani," ajak Bam.

Segera setelah sosok Bam dan kedua putranya hilang dari pandangan, senyum lebar yang dipasangnya hilang tanpa bekas, digantikan wajah besinya yang biasa.

"Sekali saja," gumam Ryu.

Ekspresi Keir tampak cemas menunggu Ryu melanjutkan perkataannya. Begitu juga dengan Lee dan Merlin yang tetap memasang poker face.

Ryu menyisir rambutnya ke belakang. "Sekali saja biarkan aku menghajar kalian sampai hatiku lega."

Ia berjalan perlahan mendekati mereka.

"Tikus mata-mata yang sama sekali tidak berguna," sindir Ryu sambil memegang pundak Lee. Ia memastikan pria itu menangkap hinaannya karena tidak menyadari sabotase William.

Ia beralih pada Keir sambil tersenyum meremehkan. "Penipu tua yang menyedihkan."

Terakhir, Merlin.

Ryu membeku tanpa ekspresi untuk beberapa detik di depan Merlin sebelum menunjukkan ekspresi jijik.

"Dan yang terburuk, orang tua ambisius yang dibutakan balas dendam dan penuh janji busuk." Ryu menatap rendah Merlin yang lebih pendek beberapa sentimeter darinya. "Bagaimana bisa aku tidak diijinkan menghajar sampah-sampah macam kalian?"

Merlin menyipitkan mata sambil memasang senyum tipis, "Lalu?"

Ia bersedekap, memasang gestur mengintimidasi yang sama dengan Ryu. "Kukira kau ingin berbicara apa," cibir Merlin. "Katakanlah kami setuju denganmu. Lalu apa? Kau berniat membawa Freya dan anak-anakmu pergi karena sudah tidak percaya dengan kami?"

"Ya. Ada masalah?"

Tawa rendah lolos dari mulut Merlin. Ia sengaja tidak meralatnya dan membiarkan Ryu merasa terhina.

Secret of Heart - RevealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang