Bab 5 ~ Muatan Berbahaya

143 77 2
                                    

"Apa aku sudah boleh keluar?" tanya Wester.

"Belum!" balas Mina.

"Kurasa ini sudah cukup jauh dari desa." Wester menggerutu. "Kamu bilang tadi sebaiknya aku menikmati apa yang muncul di depan. Apa yang bisa dinikmati kalau aku harus bersembunyi di sini terus?"

"Sabarlah," jawab Mina. "Kamu boleh keluar kalau kita sudah benar-benar menjauh dari desamu. Aku pernah dengar cerita, pohon-pohon di hutan ini punya mata. Para penyihir masih tetap bisa melihatmu jika kamu masih berada di dalam hutan. Benarkah seperti itu, Wester?"

"Kurasa itu berlebihan."

"Kedengarannya kamu tidak yakin."

"Kalaupun ada yang seperti itu, mungkin hanya beberapa Penyihir Agung yang bisa melakukannya. Dan menurutku mereka tidak peduli pada kita."

"Lebih baik berjaga-jaga, kan? Sudahlah, sekarang kamu tidur saja dulu."

"Aku tidak mengantuk," tukas Wester. "Ya, aku mengantuk, sedikit, tapi mana bisa tidur kalau jalannya berguncang-guncang terus?"

Mina tertawa pendek. "Jalanan di hutan Lembah Heiszl memang termasuk yang paling tidak enak dilalui, tidak cocok untuk kuda atau kereta. Dulu aku malah sempat mematahkan roda gara-gara tergelincir bebatuan. Mungkin baru tengah hari nanti kita benar-benar keluar dari hutan, dan sampai di jalanan yang lebih bagus di tepi sungai."

"Oh, jadi gara-gara roda itu tadi Quino bicara padamu?"

"Ah, kalau itu, dia cuma basa-basi. Yang penting bagi Quino hanyalah barang-barangnya yang ia titipkan di kereta ini. Dia hanya ingin memastikan aku tidak akan berbuat macam-macam dengannya."

"Barang apa?"

"Hmm ... Bukan apa-apa. Tidak penting."

Jawaban Mina justru membuat Wester jadi berpikir macam-macam.

Jika tidak penting, kenapa Quino melarang Mina menyentuhnya?

Apakah itu barang pribadi seperti celana dalam atau semacamnya? Kalau hanya barang seperti itu, mestinya Quino menyimpannya di keretanya sendiri, bukan di kereta orang lain, apalagi kereta anak perempuan.

Lagi pula, kedengarannya tadi Quino tak ingin keberadaan barang itu sampai diketahui Eddar, jadi mestinya itu bukan barang biasa.

Wester memperhatikan berbagai macam barang di sekitarnya. Ada tumpukan selimut, lalu di kotak lain ada sekumpulan benda dari logam, dan botol-botol yang mungkin berisi obat dan akar-akar tumbuhan. Semuanya sepertinya barang dagangan biasa.

Wester mengangkat bahu. Namun, saat mencoba duduk lebih santai, ia merasakan sedikit tonjolan di belakangnya. Ia beringsut, dan menyingkap kain yang menutup tonjolan tersebut. Di pojok peti terlihat sebuah kantong kulit yang tampaknya berisi sesuatu. Wester sedikit heran kenapa benda semacam itu diletakkan di dasar peti, di bawah tumpukan kain.

Dia kemudian sadar, jangan-jangan ini benda milik Quino.

Wester menekan kantong kulit itu dengan telunjuk. Isinya seperti pasir atau tepung. Ia pun penasaran. Kenapa barang itu disembunyikan?

Curiga, ia mengambil kantong itu, lalu membuka lipatan-lipatan di ujungnya, dan mengintip. Yang terasa kemudian justru aroma yang menggelitik penciumannya, yang membuatnya semakin penasaran.

Ia memasukkan jari telunjuknya, menyentuh butiran-butiran lembut di dalam kantong, kemudian menariknya keluar. Di jarinya menempel bubuk-bubuk putih yang menguarkan aroma harum dan manis.

Napas Wester tertahan, begitu ia menyadari benda apa itu.

Ia tahu tanpa harus menjilat jari telunjuknya.

"Benda ini yang kamu maksud?" tanya Wester pelan pada Mina.

Gadis itu menoleh ke belakang, dan kaget begitu melihat kantong kulit yang dipegang Wester. "Kamu ...! Kenapa dibuka? Sembunyikan!"

"Aku tahu ini bubuk apa. Drakunst," kata Wester setengah berbisik.

"Sembunyikan!" bisik Mina, yang mulai panik. "Wester!"

Wester menggeleng tak percaya, tapi menuruti perintah gadis itu dan mengembalikan kantong ke tempat persembunyiannya semula.

Setelah benda itu tersembunyi lagi di balik selimut, ia lalu berkata, "Mina, drakunst ini adalah sejenis obat-obatan yang bisa berbahaya jika digunakan oleh orang-orang yang tidak bisa sihir. Makanya ini tidak boleh dijual bebas, dipakai orang sembarangan atau dipakai secara sembarangan. Kita juga dilarang membawanya keluar dari Lembah Heiszl."

Mina mendengus. "Bukan itu yang membuatnya dilarang. Obat itu sebenarnya bisa dimakan siapa saja. Malahan yang memakannya bisa sampai melupakan semua rasa sakitnya, dan merasa senang. Yang membuat obat itu berbahaya, orang-orang bisa kecanduan jika terus memakainya. Jika tidak diawasi, mereka akan terus mencari dan tak akan bisa berhenti memakannya. Padahal, jika sampai berlebihan obat itu akan merusak tubuh mereka."

"Iya, rusaknya itu terjadi karena mereka tidak bisa sihir."

"Bukan karena itu! Tidak ada hubungannya dengan sihir, bodoh."

"Kamu orang Houlund," kata Wester sebal. "Mana kamu mengerti!"

"Justru aku mengerti! Kamu yang tidak!" seru Mina. "Kenapa kamu berpikir semua hal harus ada hubungannya dengan sihir?"

"Karena untuk membuat obat ini diperlukan sihir! Aku memang tidak bisa sihir, tapi bukan berarti aku benar-benar bodoh!""

"Ah, sudahlah. Maaf, karena tadi aku memanggilmu bodoh," jawab Mina. "Pokoknya aku tahu, itu obat berbahaya. Tapi karena rasanya enak, jadi banyak orang yang mencarinya, dan harganya terus jadi mahal."

"Mestinya Quino tidak boleh membawanya keluar Lembah," kata Wester. "Kalau sampai ketahuan, dia akan dikejar-kejar para penyihir."

"Bukan cuma para penyihir. Di beberapa tempat lain di luar Lembah Heiszl juga dilarang," balas Mina. "Di negeri Haston dan Terran, orang yang ketahuan membawanya bisa langsung ditangkap dan dipenjara."

"Nah, berarti kamu sudah tahu 'kan resikonya?"

"Tentu saja aku tahu!"

"Terus, kalau sudah tahu, kenapa kamu ikut-ikutan membawanya?"

Kali ini Mina terdiam.

Sadar kalau pertanyaannya terlalu menuduh dan bisa membuat Mina kembali kesal, Wester bertanya dengan lebih sopan, "Kalau kamu tahu itu dilarang, kenapa membiarkan Quino menitipkan barang itu di keretamu?"

Mina tetap terdiam, lalu menggeleng.

Gadis itu masih menjalankan keretanya, tetapi suara pelannya terdengar, "Dia dulu yang menolong dan membawaku ke rombongan Tuan Buschan. Sebenarnya dia pemuda yang baik, cuma sekarang agak sedikit berubah. Dan bagaimanapun, aku harus membalas kebaikannya."

"Dengan cara membiarkannya membawa ini?" tanya Wester.

"Dan berharap orang lain tidak sampai ada yang tahu."

"Yang lainnya belum ada yang tahu? Tuan Buschan? Atau Eddar?"

"Tidak." Mina menggeleng.

"Kamu tahu Quino akan membawanya ke mana?"

"Tidak."

"Kalau menurutku—"

"Wester, kumohon, diamlah. Biarkan saja."

"Kenapa?"

"Ini bukan urusan kita. Lebih baik kita tidak tahu soal ini. Daripada nanti mendapat masalah. Anggap saja kita tidak tahu benda itu ada di sini. Biarkan saja Quino nanti menjualnya entah kemana, kita tidak perlu tahu."

Wester menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya ia belum puas, dan masih kesal kenapa Mina sampai melakukan ini. Namun, akhirnya ia mencoba untuk mengerti. Soal drakunst ini mungkin memang masalah yang terlalu berat dan besar untuk bisa dipahami olehnya. Ini urusan orang dewasa.

Mungkin memang lebih baik seperti kata Mina: biarkan saja.

Ia tidak perlu menjadi orang yang terlalu sok tahu.

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now