Bab 6 ~ Anggota Baru

148 73 1
                                    

"Nah, Mina, kau bisa jelaskan sekarang, kenapa ..." Tuan Buschan memandangi Wester tanpa berkedip saat menggantung ucapannya, seperti sedang mempelajari barang yang hendak ia beli di pasar, "... anak muda ini bisa ada bersamamu di dalam salah satu keretaku?"

Tuan Buschan bertubuh gemuk dan berwajah bundar, kumisnya tipis rapi, dan selalu terlihat ramah. Biasanya Wester selalu nyaman jika bertemu laki-laki itu. Kali ini situasinya berbeda. Seharian sudah ia menyusup di dalam kereta, sejak tengah malam hingga sore. Bagi kebanyakan orang hal itu bisa disamakan dengan kelakuan seorang pencuri.

Ini semua gara-gara Mina!

Jika saja Mina bilang dari awal kepada Tuan Buschan, kalau Wester akan ikut dalam rombongan, mungkin situasinya tidak akan seburuk ini. Sekarang satu-satunya alasan yang bisa dipakainya untuk membela diri justru alasan yang paling ia benci, bahwa ia masih anak kecil, dan karenanya perlu diampuni.

Wester berdiri dengan canggung, berusaha menutupi kegugupannya. Ia melirik, dan tercengang melihat Mina malah nyengir pada Tuan Buschan.

"Wester ini temanku," jawab Mina. "Dia ingin melihat dunia luar, tidak terus-terusan tinggal di Lembah Heiszl. Dia ingin seperti dirimu, Tuan Buschan, kau tahu? Orang yang pandai berdagang, tahu banyak hal, dan kenal semua orang di negeri-negeri yang jauh. Pokoknya orang yang sangat penting."

Astaga, rupanya ia sedang merayu!

Sepertinya cukup berhasil karena kerut di wajah bundar Tuan Buschan mulai menghilang.

"Itu ... alasan yang bagus, bukan?" Mina meringis. "Masih lebih bagus dibandingkan alasan ketika dulu aku dibawa oleh Quino kepadamu, juga alasan beberapa teman yang lain saat mereka membawa anak lainnya kemari."

"Mereka semua meminta izin padaku lebih dulu, sebelum bergabung dengan rombongan, bukan setelahnya!" tukas Tuan Buschan.

Kembali Mina nyengir, seolah tak punya dosa.

Tuan Buschan menoleh kesal. "Wester! Aku kenal baik ayahmu, dan dia juga mengenalku, walau sudah pasti tak sebaik aku mengenalnya." Bola matanya berputar-putar, seolah kesal pada entah apa. "Namun, kau pikir dia tidak akan marah jika tahu kau pergi bersembunyi di keretaku? Sudah pasti marah, bukan? Dan bukan cuma dia, tapi juga penyihir lainnya. Gara-gara ini, aku bisa kehilangan banyak pelanggan, kalau mereka semua marah! Bukan cuma yang di Lembah Heiszl, tapi juga yang di Haston, Terran, jika aku tidak membawakan barang-barang yang mereka minta dari Lembah Heiszl! Kalian mengerti itu? Hah? Tidak! Tentu saja kalian tidak mengerti!"

"Tuan Buschan," Mina menenangkannya dengan gayanya yang sok tahu. "Kau tahu tidak akan jadi seperti itu, tenanglah. Seperti kubilang tadi, kau orang yang sangat penting. Orang-orang mungkin akan ada yang marah padamu, tapi pasti tidak akan lama. Dan menurutku, walaupun Weidross itu agak pemarah, tapi kurasa dia itu termasuk ayah yang baik. Dia akan lebih marah jika tahu kau memilih untuk membuang Wester di sini, dan ..."

"Siapa yang mau membuangnya?!"

"... kemudian ia sampai dimakan makhluk-makhluk buas di hutan, daripada memberi ia makan dan tempat tinggal yang layak di keretamu, sampai tiba waktunya nanti kita kembali ke Lembah Heiszl. Betul, bukan?"

Tuan Buschan terdiam.

Mina nyengir lagi. "Nah, jadi kita sepakat, kalau—"

"Wester boleh tinggal, tapi tidak ada yang gratis di sini! Ada tujuh belas anak buahku, kau lihat?"

Wester mengikuti arah pandangan Tuan Buschan, melihat Eddar dan beberapa anak muda lainnya yang sedang berbincang di tepi sungai.

"Walaupun sebagian ada yang tampangnya seperti pecundang, seperti ... ya, Drell, dan itu ... Artur, tapi mereka semua rajin dan selalu bekerja keras," lanjut Tuan Buschan. "Jadi, kau juga harus melakukan hal yang sama seperti mereka. Bekerja!" Matanya melotot. "Betul, anak muda? Kerja!"

Ternyata itu alasannya. Mungkin sebenarnya Tuan Buschan memang tidak takut pada para penyihir, ia cuma tidak mau rugi.

"Ya," jawab Wester gugup. "Mmm ... Apa ... apa yang bisa kubantu?"

Tuan Buschan tampak berpikir sejenak. "Yah, sudah jelas kau sama sekali belum bisa berdagang. Membawa kereta juga pasti tidak bisa. Tapi, ... sepertinya tubuhmu kuat. Bukan tubuh seorang penyihir, eh?" Matanya berkilat-kilat. Wester tak tahu apakah laki-laki itu sedang mengejek atau justru memujinya. "Kita bisa manfaatkan itu, Nak."

"Manfaatkan apa? Dia masih tiga belas tahun," tukas Mina.

"Benarkah? Aku pikir dia seumurmu." Alis Tuan Buschan terangkat, seperti tak menduga. "Ya, lantas kenapa? Ia tetap bisa membawa barang atau jerami, bukan? Juga mencuci kereta, atau memandikan kuda dan keledai?"

"Kuda?" Napas Wester tertahan.

"Ya, kuda! Jangan bilang kau takut pada kuda!"

"Tidak. Tidak masalah." Wester cepat-cepat membantah, walaupun jujur, sebenarnya ia memang tidak suka jika harus berdekatan dengan hewan tersebut, apalagi sampai harus memandikannya.

"Ya sudah, itu semua nanti menjadi tugasmu."

"Jangan lupa menjelaskan juga soal upah," Mina menggerutu.

"Tentu saja ada upahnya!" jawab Tuan Buschan ketus. "Tapi itu nanti, setelah kulihat bahwa anak ini memang bermanfaat bagi kita."

"Soal upah mestinya dibicarakan di awal," kata Mina lagi.

"Mmm ... aku tidak masalah," jawab Wester.

Upah? Ia tidak memikirkannya.

Baginya yang penting Tuan Buschan sudah mau menerimanya.

"Bagus. Kau dengar, Mina. Berarti kau bisa mulai bekerja, Nak. Mumpung kita sedang berada di tepi sungai, dan airnya bersih. Betul?"

Tanpa banyak kata Wester mulai bekerja. Ia mengambil ember yang tergantung di belakang kereta, kemudian pergi ke sungai dan mengisinya dengan air. Eddar dan beberapa orang lainnya juga sedang melakukan hal yang sama, jadi Wester tinggal mengikuti apa yang mereka lakukan. Menggosok dinding kereta, dan juga roda-rodanya yang penuh lumpur. Sampai bersih.

Semuanya tidak masalah. Asal jangan ...

"Hei, jangan lupa, kudanya juga." Mina, yang tengah duduk di bawah pohon sambil membaca selembar kertas kusam, menyeringai.

Wester bergidik, balas menatap dua ekor kuda yang sedang menatap penuh perhatian padanya.

Ia berkata kesal pada Mina, "Kenapa kamu tidak membantu? Ini kuda dan keretamu. Kenapa aku yang harus mengerjakan semuanya?"

"Itu bukan kudaku. Dan lagi kamu yang disuruh," jawab Mina malas. "Sudah, jangan banyak omong, lakukan saja. Tuan Buschan memperhatikanmu. Jangan sampai dia berubah pikiran, lalu meninggalkanmu di sini."

Ancaman yang bagus, Wester menggerutu.

Tawa mengejek terdengar. "Ada yang takut memandikan kuda!"

Dua anak laki-laki yang kurang lebih seumur dengan Mina baru saja datang di samping gadis itu. Anak yang berkulit pucat dan katanya orang Terran itu bernama Artur, sedangkan yang berkulit agak gelap dan berambut gondrong bernama Drell. Mereka dua anak yang tadi disebut Tuan Buschan tampangnya mirip pecundang. Tubuh keduanya kecil, bahkan Wester yang usianya lebih muda saja sedikit lebih tinggi dibanding mereka.

"Kalian berdua, diamlah!" Mina mendamprat.

Drell menggerutu, sementara cengiran Artur menghilang.

"Kerjaan kalian sudah beres?!" seru Mina lagi.

"Sudaaah!" kata Drell setengah menjerit.

"Ya sudah, pergi sana!"

Drell yang pengecut sudah hendak pergi, tetapi Artur malah mendekat dan tersenyum pada Mina, seolah ingin cepat-cepat berdamai.

"Eh, Mina, kau masih tertarik dengan itu?" Ia mengangguk ke arah kertas kusam yang sedang dipegang Mina.

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now