Bab 27 ~ Alasan Berperang

101 59 1
                                    

Pierre berhenti sejenak sambil memandangi Wester dan Mina, sebelum melanjutkan, "Kalian lihat, perang yang sangat besar bisa menyebar ke seluruh dunia, hanya gara-gara persoalan kecil di Kurys. Jika hal ini sampai terjadi, hampir semua negeri akan terlibat. Mungkin hanya negeri mendiang guruku di Lafettia, jauh di tenggara, yang akan tetap netral. Dan sementara semua orang di Estarath berperang, bangsa Elniri di Benua Selatan masih terus mengincar daratan utara, menanti kesempatan yang tepat untuk kembali menyeberangi samudera dan menyerang. Jika Elniri sampai menyerang lagi, aku tak yakin negeri-negeri di utara bisa kembali bersatu. Semua akan mementingkan urusannya sendiri, dan akhirnya seperti halnya dulu pada masa Quazar Anthravai, Elniri akan datang dan menyapu semuanya, satu demi satu."

Pierre menenggak minumannya, sementara Wester dan Mina melongo.

Malam semakin larut, dan sang kesatria berhasil membuat mereka tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.

Kisah sejarah yang disampaikan oleh Pierre membuat Wester kehilangan rasa kantuknya. Dari yang bisa dipahaminya, sang kesatria berkata bahwa jika perselisihan antara Alton dan Tavarin tidak secepatnya diselesaikan, maka akan terjadi perang besar yang akan merambat ke negeri-negeri lainnya.

Mina langsung menyahut, "Walaupun kelihatannya sekelam itu situasinya, tidak mungkin semua orang berpikiran picik dan ingin terlibat perang. Pasti ada juga yang cukup waras dan berusaha mencegah itu, 'kan?"

"Benar. Kau contohnya, Tuan," kata Wester pada Pierre.

"Aku sendirian tak mungkin melawan kehendak banyak orang," jawab Pierre. "Tak mungkin pula aku berada di semua tempat untuk bicara dengan semua orang. Harus ada yang lain. Dan kurasa, kemungkinan besar orang itu memang ada. Di saat-saat terakhir ternyata Ratu Borshyn melunak dan bersedia mundur dari Kurys, tapi dengan syarat, pasukan Alton juga tidak boleh menduduki tambang itu. Raja Cedrig menerimanya, dan kini tambang Kurys kembali seperti semula, kedua belah pihak tak boleh lagi mendekati tempat itu. Aku rasa ada seseorang di Tavar yang memberi nasihat pada Ratu Borshyn agar mau menahan diri, dan mundur untuk menghindari peperangan."

"Berarti sekarang sudah aman, 'kan? Perang tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kenapa kau tetap harus pergi ke Tavar?" tanya Mina.

"Selama sumber masalahnya masih ada, kemungkinan perang tetap ada. Perjanjian yang dibuat antara Tavarin dan Alton itu lebih seperti gencatan senjata. Kini berkat gencatan senjata itu kedua negeri justru mendapat waktu tambahan untuk memperkuat pasukan. Di utara, Alton terus merekrut prajurit, dan meminta bantuan rekan-rekanku dari Kuil Kesatria untuk melatih mereka. Di selatan, Tavarin memanggil orang-orang dari pegunungan, dan kudengar sudah mengirim utusan juga ke Haston untuk meminta bantuan.

"Setelah kedua belah pihak siap, mereka akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Baik Alton maupun Tavarin sama-sama menunggu siapa yang lengah pertama kali. Juga, menunggu alasan yang tepat buat menyerang, supaya tindakan mereka nanti tidak terlalu dimusuhi oleh negeri-negeri lainnya, dan tetap mendapatkan dukungan dari rakyat."

Wester menggeleng. "Aku ... belum paham, Tuan."

Pierre menjelaskan, "Di dalam Ilmu Perang ada yang namanya Alasan Berperang. Alasan itu tidak harus alasan sesungguhnya, yang mungkin hanya diketahui orang-orang tertentu, melainkan alasan lain yang bisa disampaikan secara terbuka, supaya para sekutu dan rakyatnya mau mendukung perang tersebut. Dalam kasus ini, jika Raja Cedrig menyerang Tavarin semata-mata karena menginginkan tambang Kurys, belum tentu rakyat dan sekutunya akan mendukungnya. Namun, jika alasannya adalah karena Tavarin telah lebih dulu bertindak agresif, maka akan banyak yang mendukung Cedrig.

"Nah, inilah yang mungkin terjadi. Jika benar Tavarin telah mendapatkan dukungan nyata berupa senjata dan pasukan dari negeri Haston, Raja Cedrig bisa mengklaim bahwa Ratu Borshyn telah melakukan tindakan provokatif dan membahayakan perdamaian. Ia akan punya alasan untuk menyerang Tavarin, dengan tetap mendapatkan dukungan dari banyak pihak."

"Jadi, Tuan bermaksud untuk bicara pada Ratu Borshyn, agar dia tidak meneruskan rencananya untuk mengambil senjata dari negeri Haston," kata Wester. "Benar begitu, Tuan? Aku berusaha memahaminya."

"Ya, semacam itu."

"Ratu Borshyn tidak akan mau," tukas Mina. "Menurutku dia punya alasan kuat kenapa membangun pasukannya. Dia melakukan itu karena Alton telah bertindak provokatif lebih dulu dengan terus memperkuat pasukannya. Aku mengatakan ini bukan karena aku orang Houlund ya."

"Kau benar." Pierre mengakui. "Tapi bukan berarti aku tidak bisa bicara padanya. Aku tetap harus mencobanya. Setelah itu aku akan ke menemui Raja Cedrig, dan memintanya menghentikan niatnya menyerang ke selatan."

"Misi yang sulit," kata Mina. "Tapi kuharap berhasil, Tuan."

"Aku harus yakin, Mina, tidak boleh hanya berharap. Seperti halnya aku pun yakin, kau akan berhasil dengan tujuanmu di Goetz."

Mina tersenyum lebar. "Ya, mudah-mudahan."

Pierre lalu memandangi Wester yang kini termenung. "Ada yang kau pikirkan? Kuharap aku tidak sampai membuatmu pusing." Ia tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, Tuan," Mina yang menjawab. "Wester memang harus mulai melihat dunia yang lebih luas, dan apa yang terjadi di dalamnya."

"Jika kau ikut denganku, Wester, kau akan banyak terlibat dengan hal semacam ini," kata Pierre. "Tapi aku tidak akan memaksamu."

"Aku senang belajar soal ini, Tuan. Jangan khawatir," jawab Wester cepat. "Aku ... aku cuma berpikir tadi. Walaupun kau yakin nanti bisa mencegah perang besar itu terjadi, kemungkinan terburuk tetap ada, 'kan?"

"Tentu saja."

"Lalu, apa yang akan Tuan lakukan jika ternyata perang benar-benar pecah? Apakah Tuan akan bergabung dengan teman-teman Tuan dari Kuil Kesatria, berada di sisi pasukan Alton dan kemudian memerangi para penyihir yang berdiri si sisi pasukan Tavarin?"

Pierre menatap Wester lekat-lekat, lalu menjawab, "Ketika aku diangkat sebagai kesatria sembilan tahun yang lalu, aku mengucapkan sumpah. Membela kebenaran, keadilan, kehormatan, dan kesetiaan. Sebagai kesatria, selamanya aku akan mengabdi pada Kuil Kesatria, terus setia, dan berjuang bersama saudara-saudaraku yang lain."

"Termasuk ... bergabung bersama mereka untuk memerangi kami?"

Wester menyebut 'kami' karena ia merasa, jika pada akhirnya perang yang buruk itu terjadi dan ia serta Mina harus memilih, mereka mungkin akan memilih berada di pihak Tavarin seperti halnya para penyihir dan orang-orang Houlund lainnya.

Ternyata Pierre menjawab berbeda.

"Tidak, jika itu bertentangan dengan sumpahku yang lain," katanya. "Jika itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kehormatan yang aku percayai sejak pertama kali menjadi kesatria. Nilai-nilaiku tidak pernah berubah, dan aku yakin ini nilai yang sama yang juga dipercayai oleh para pendiri kekesatriaan di masa lampau seperti Helmut, Serge, Fabien hingga guruku, William. Jika seandainya mereka masih ada, aku yakin mereka akan memilih jalan yang sama denganku, tidak akanmelibatkan diri dalam perang yang terjadi karena sesuatu yang salah dan bertentangan dengan hati nurani. Tidak, Wester, jika perang itu terjadi, aku tidak akan berpihak. Bahkan, jika untuk itu aku harus mengambil resiko; keluar dari kekesatriaan, dimusuhi oleh saudara-saudaraku sendiri, atau bahkan mati."

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now