Bab 26 ~ Di Ambang Perang

108 61 1
                                    

Pierre tertawa. "Yang jelas, sebagai orang yang selalu bepergian ke sana kemari sendirian, jika pada suatu hari aku mengalami masalah di suatu tempat, misalnya di sini, diserang gerombolan serigala atau bandit, kemudian mati, ya sudah, berarti sampai di situ sajalah hidupku, dan keberadaanku akan lenyap begitu saja. Tidak bakalan ada orang yang tahu kalau aku sudah mati, di kota-kota mereka yang ramai, dan mungkin tidak ada yang peduli juga."

"Itu mengerikan," gumam Wester, yang tiba-tiba teringat pada ayah dan kakak-kakaknya. Jika Wester sampai mati di suatu tempat sendirian, dan tubuhnya habis dimakan serigala, berarti keluarganya itu tidak bakalan tahu. Mungkin ia memang akan diingat sementara waktu, tetapi setelah beberapa lama, pasti akan dilupakan juga, dan akhirnya dianggap menghilang sepenuhnya. Bahkan mungkin dirinya dianggap tidak pernah ada.

Mina kembali membantah pendapat tersebut, "Aku tidak setuju, Tuan Pierre. Menurutku, jika dirimu adalah orang yang disukai banyak orang, kau tidak akan pernah hilang. Kau akan selalu ada di hati mereka semua."

"Mungkin juga." Pierre mengangkat cangkirnya, memberi hormat pada Wester dan Mina, sebelum minum lagi. "Tapi guruku, seseorang yang sangat kuhormati, orang hebat yang sebenarnya, yang seratus kali lebih baik daripada aku, dulu pernah berkata, bahkan pahlawan terbesar pun tidak akan diingat selamanya. Pada akhirnya semua perjuangannya akan sirna dimakan waktu, kenangan dalam benak musnah tersapu, buku-buku sejarah hancur menjadi debu. Lidah para pencerita semakin kaku, menganggap semua itu tak berguna lagi untuk diceritakan. Mereka akan dilupakan, dan dunia berjalan terus."

Kesatria itu mengucapkannya sambil menerawang, kemudian tertawa. "Ah, sepertinya aku melantur, sampai mengutip ucapan guruku. Padahal yang ingin kukatakan sebenarnya sederhana, sudah lama tak ada yang menikmati secangkir teh hangat bersamaku di padang rumput, dan berbincang-bincang seperti ini denganku. Aku suka kalian bisa bersamaku di sini. Itu saja."

"Tehnya cukup hangat," kata Wester setelah mencicipinya.

"Oh, ya, walau tentu saja tidak sehangat taurum dari Lembah Heiszl," kata Pierre. "Kalau itu, menurutku, minuman hangat yang terbaik."

"Dan yang terpahit," balas Mina.

Pierre tertawa. "Betul. Yang ini sudah cukup untukku."

Wester ikut tertawa. "Taurum itu memang terlalu pahit. Aku saja tidak pernah terbiasa!"

Pierre mengangguk. "Ada beberapa hal yang selalu ada dalam hidup kita, yang anehnya, tidak pernah bisa membuat kita terbiasa."

Ia menenggak lagi minumannya, lalu terdiam.

Kesunyian menyergap sesaat, menyisakan suara angin dan lolongan binatang liar di kejauhan.

Wester dan Mina mengikuti sang ksatria, meminum teh hangat mereka.

Setelah itu Mina, rupanya tak tahan lagi dan bertanya, "Tuan, tadi siang kau bilang akan bercerita kenapa kau pergi ke Tavar. Apa benar, mereka akan berperang dengan Alton?"

"Ya, jika tidak ada yang peduli, dan berusaha menghentikannya," jawab Pierre. "Pada dasarnya, dua kerajaan ini memang sudah tidak akur sejak lama."

Mina mengangguk. "Padahal dulu kudengar tidak begitu. Pada masa kekuasaan Elniri mereka bahkan pernah saling membantu membuat pertahanan. Itulah sebabnya Elniri tidak mau mengambil resiko menyerang jauh ke barat, dan memilih berhenti sampai di Terran."

Ia berkata dengan penuh semangat, lebih ke arah memberitahu Wester yang memang tidak tahu apa-apa soal sejarah di dunia Estarath selain yang diceritakan ayahnya di desa.

Pierre tersenyum setuju. "Begitulah. Masa berganti, kekuasaan berganti, kepentingan berganti. Itulah sejarah manusia dari masa ke masa. Dulu mereka punya kepentingan bersama buat melawan pasukan dari negeri asing. Sekarang setelah ancaman itu tidak ada dan para pemimpinnya berganti, masing-masing punya kepentingan sendiri untuk memperkuat pengaruh dan menumpuk harta, serta menghabisi saingan terdekat. Padahal baru setahun lebih berlalu sejak serangan Elniri yang terakhir," ia berkata dengan nada kecewa.

"Ketika Quazar Tommasi dari Elniri menyerang," lanjutnya, "guruku, William berhasil menghimpun pasukan dari seluruh negeri di Estarath, dari utara sampai ke selatan, dari barat sampai ke timur. Semuanya berkumpul untuk melawan Elniri. Guruku gugur dalam pertempuran terakhir, tapi kami berhasil mengusir musuh. Itu saat-saat yang menyedihkan, sekaligus membanggakan. Kami bisa menang karena semua negeri mau bersatu.

"Tapi setelah perang usai, semua pasukan lalu kembali ke negeri masing-masing. Secepat mereka sampai di rumah, secepat itu pula rasa kebersamaan menghilang. Semua kembali sibuk dengan urusannya sendiri. Semua pemimpin kembali berpolitik dan berkonflik, membuat intrik, membangkitkan permusuhan yang sempat tenggelam. Termasuk Tavarin dan Alton.

"Pemicu permusuhan yang baru itu tak jauh dari sini, di suatu tempat di tengah hutan di utara. Di Kurys ada sebuah tambang batu mulia yang baru ditemukan. Raja Cedrig dari Alton mengklaim kerajaannya adalah yang berhak memiliki tambang itu karena mereka yang pertama kali menemukannya. Ia pun menempatkan pasukannya di sana. Tapi para penyihir yang tinggal di dalam hutan dekat situ, di Desa Kharakun, tidak menyukai mereka. Apalagi mereka tahu bahwa kini Alton bersahabat dengan Kuil Kesatria, tempatku mengabdi, sedangkan para kesatria adalah musuh tradisional para penyihir. Para penyihir lalu membuat kekacauan di tambang dan mengusir pasukan Alton, kemudian mengirim surat meminta bantuan kepada Kerajaan Tavarin.

"Raja Cedrig marah dan bersiap menyerang balik, tapi Ratu Borshyn dari Tavar bergerak lebih dulu. Sang ratu memerintahkan prajuritnya yang ada di hutan untuk menduduki tambang Kurys, dan menggerakkan juga pasukannya dari Tavar. Perang hampir saja pecah. Raja Cedrig meminta agar pasukan Tavarin mundur dari Kurys, tapi Ratu Borshyn menolak. Jika dihitung, pasukan Alton lebih kuat, jadi kurasa mereka akan berhasil memukul pasukan Tavarin, tapi ... dalam perang hal-hal yang tak terduga bisa terjadi. Kehancurannya bisa lebih besar daripada yang semula diduga oleh semua orang. Kalian tahu apa kemungkinan paling buruk yang mungkin terjadi?"

Wester dan Mina menggeleng.

"Perang akan menyebar ke tempat lain, dan melibatkan banyak negeri. Walaupun Tavarin lebih lemah, tapi mereka punya banyak teman. Ada negeri Houlund di barat, negeri Haston di selatan, dan juga para penyihir dari Lembah Heiszl. Artinya, jika Alton menyerang, sudah pasti Houlund akan membantu Tavarin. Lalu jika para penyihir turun membantu Tavarin, sudah pasti rekan-rekanku dari Kuil Kesatria akan bergabung dengan Alton.

"Jika Kuil Kesatria ikut berperang, kemungkinan besar Windalens akan membantu Alton. Jika Windalens benar mengirimkan pasukannya ke barat, Kerajaan Terran di timur akan mengambil kesempatan itu untuk menyerang Windalens. Jika Terran sampai ikut berperang, Kerajaan Melbrond mungkin akan ikut campur menyerang Terran. Lalu Melbrond akan meminta bantuan negeri Haston, dan Haston pun akan ikut memerangi Terran dan Alton. Akhirnya, jika Haston sampai berperang, negeri Maltan di barat mungkin akan mengambil kesempatan untuk menyerang Haston."

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now