Bab 25 ~ Perjalanan Penyendiri

106 60 1
                                    

Mina melanjutkan, sambil menatap Tuan Buschan, "Sejak rombongan kita berada di Tavar, sebenarnya aku sudah ingin pergi ke sana, tapi aku masih menahan diri karena aku merasa tidak enak jika meninggalkanmu, Tuan Buschan. Tapi saat ini, kurasa ... aku harus pergi."

Semua orang kembali terdiam.

Hampir semuanya memandangi Tuan Buschan, menunggunya berbicara.

Sementara itu Wester tiba-tiba merasa bersalah. Ia teringat, ia pernah berjanji pada Mina akan membantu gadis itu mendapatkan informasi tentang orang tuanya. Ia juga punya utang pada gadis itu, tidak hanya pada Pierre. Ia tetap ingat pada janjinya, dan suatu hari nanti ia pasti akan mewujudkannya, tapi tindakannya tadi juga terasa seperti meninggalkan Mina begitu saja.

Akhirnya sang pedagang berkata, "Ya sudah, aku bisa bilang apa kalau begitu? Aku tidak mungkin menahanmu kalau memang itu keinginanmu."

"Maafkan aku, Tuan Buschan," kata Mina.

"Tidak apa-apa, Mina. Jangan meminta maaf padaku. Aku mengerti. Semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan di sana."

"Terima kasih." Wajah gadis itu kini berseri-seri.

"Tapi kurasa keputusan akhir tetap ada di tangan Tuan Pierre," kata Tuan Buschan, "Apakah dia bersedia membawamu pergi ke barat."

"Aku tidak masalah," jawab Pierre. "Mina boleh ikut. Tapi kau yakin, 'kan, tidak akan menggangguku?" tanyanya sambil tertawa.

"Tidak, Tuan." Mina tersenyum lebar. "Aku tidak akan mengganggumu!"

"Ya sudah, bersiaplah. Kau bisa membantu Wester kalau kau mau."

"Terima kasih, Tuan!" Mina menunduk memberi hormat.

Setelah itu ia menoleh ke arah Wester, tersenyum lebar.

Tanpa sadar Wester ikut tersenyum. Ia lega bukan main, karena artinya dia masih bisa memenuhi utangnya, dan membantu gadis itu.

Sebelum berpisah, Pierre sekali lagi memperingatkan Quino, Tuan Buschan, dan Tuan Taggar bahwa keadaan belum sepenuhnya aman.

Willar, si bandit, masih belum diketahui keberadaannya dan bila berhasil sembuh dari lukanya, ada kemungkinan suatu hari nanti ia akan kembali dengan gerombolannya yang baru untuk mencari dan mencelakai Quino. Hal itu bisa berbahaya karena sampai kini belum diketahui sebesar apa jaringan pengedar drakunst, dan siapa saja orang berpengaruh di kerajaan yang mungkin terlibat.

Namun, Tuan Taggar membalas, bahwa Pierre, Wester, dan Mina juga harus berhati-hati karena mungkin saja setelah kejadian kemarin, justru mereka bertiga yang akan diincar oleh gerombolan tersebut.

Wester dan Mina berpamitan pada Tuan Buschan dan anggota rombongan pedagang lainnya. Wester baru beberapa hari mengenal mereka, tidak seperti Mina yang sudah tinggal bersama mereka selama bertahun-tahun, tapi ia tetap saja merasa sedih.

Quino sekali lagi meminta maaf padanya karena sebelumnya telah berlaku buruk. Kepada Wester dan Mina ia berjanji tak akan lagi melakukan sesuatu yang bodoh. Pemuda itu bahkan menambahkan, bahwa ia akan ikut Kruz menemui Tuan Hanshin di Tierra. Jika memang bangsawan itu memiliki tujuan yang baik dalam memerangi drakunst di Tavarin, Quino mungkin akan bergabung dengannya.

Sementara itu Ginia berkata khusus kepada Wester bahwa sayang sekali mereka sudah harus berpisah, padahal ia baru saja mulai menyukai Wester. Entah apa maksudnya. Gadis jangkung itu berpesan agar Mina dan Wester bisa saling menjaga karena kalau saja ia ikut bersama keduanya, pasti ialah yang akan menjaga mereka.

Sedangkan Eddar meminta maaf pada Mina karena belum bisa menemani gadis itu mencari asal-usul dirinya. Mina bilang tidak apa-apa, karena toh ada Wester dan Pierre yang menemaninya saat ini.

Wester kemudian menutup perpisahan mereka, dengan berkata bahwa suatu hari nanti mereka semua pasti akan bertemu kembali, entah di mana, dengan masing-masing membawa cerita baru yang tak kalah menarik.

Setelah itu Pierre, Wester, dan Mina berangkat menuju ke barat.

Perjalanan menuju Goetz dengan menyeberangi padang rumput, jika mampir lebih dulu ke kota Kor-Brener, akan memakan waktu sampai enam hari, tetapi jika langsung menuju Goetz mereka bisa menyingkatnya menjadi tiga hari. Rencananya Pierre akan berada satu atau dua hari di Goetz untuk membantu Mina mencari informasi tentang orang tuanya, sebelum kemudian berangkat ke utara menuju Tavar, ibukota Kerajaan Tavarin, yang akan memakan waktu beberapa hari lagi.

"Aku tidak ingin terlalu memaksa kalian," katanya pada Wester dan Mina yang berkuda di kedua sisinya. "Ini pertama kalinya kalian pergi dengan menunggang kuda, jadi pastinya akan melelahkan. Tapi aku juga tak bisa berlama-lama. Kita harus berkuda dari pagi sampai sore, dan baru beristirahat saat malam. Atau aku akan terlambat."

"Jika memang buru-buru, kau bisa meninggalkan aku di Goetz," kata Mina. "Aku bisa mencari informasi sendiri."

Pierre tersenyum. "Aku sudah berjanji akan membantumu sampai kau menemukan apa yang kau cari. Jangan khawatir."

"Apakah Ratu Borshyn menunggumu di Tavar?" tanya Wester.

"Justru tidak, sebenarnya," jawab Pierre. "Aku yang memaksa diriku untuk bertemu dengannya. Tapi, ya, mungkin juga dia menungguku, walaupun tidak pernah mau bilang begitu." Ia tertawa pendek. "Aku akan bercerita nanti saat makan malam. Sekarang mari kita berkuda lebih cepat."

Pierre memacu kudanya, dan Mina langsung mengikutinya tanpa kesulitan. Sementara Wester masih menyesuaikan diri. Awalnya ia hanya berani mengendarai kudanya dengan lambat-lambat saja, berusaha menemukan irama yang pas, dan membiasakan punggung dan posisi duduknya agar terasa lebih nyaman. Namun, kemudian ia mengetahui, naik kuda tetap tidak akan lebih nyaman daripada duduk santai di dalam kereta.

Setidaknya itulah yang bisa ia simpulkan sekarang, entah nanti jika ia sudah berbulan-bulan berkuda ke banyak tempat.

Ia memaksa diri memacu kudanya untuk menyusul Pierre dan Mina, merasakan tubuhnya berguncang dan menantang hembusan angin. Bersama kudanya, akhirnya Wester tersenyum. Sepertinya ia sudah bisa menikmati.

Ketika matahari hampir jatuh di cakrawala, mereka sampai di perbukitan berbatu. Mereka menemukan tanah lapang di balik sebuah batu besar, yang bisa melindungi mereka dari terpaan angin malam, lalu membuat api unggun dan membuat minuman hangat.

Pierre membagikan minuman pada Mina dan Wester, seraya bercerita.

"Kalian tahu, aku sudah bepergian ke banyak negeri lebih dari sepuluh tahun, dan hampir selalu sendirian. Orang bilang itu karena aku penyendiri, tapi ... kupikir, mungkin tidak juga. Mereka berpendapat begitu karena kebanyakan lebih suka tinggal di rumah, di negeri masing-masing, yang aman dan nyaman. Dan itu tidak bisa disalahkan karena memang betul, buat apa repot-repot melakukan perjalanan jauh entah ke mana yang bisa membahayakan nyawamu, dan pastinya melelahkan. Kupikir begitu. Atau ... ya, mungkin juga alasannya lebih sederhana. Aku selalu sendirian, itu karena aku belum beruntung mendapatkan orang yang mau berpergian denganku."

"Ah, kurasa sebenarnya banyak juga yang mau," tukas Mina sambil meringis. "Kau orang yang terkenal dan dikagumi banyak orang—"

"Dan juga dimusuhi banyak orang," potong Pierre.

Mina meringis. "Mmm ... ya, maksudku, pasti banyak juga orang yang sebenarnya suka pergi denganmu. Kau hanya belum tahu. Jadi, kurasa aku lebih setuju dengan pendapat orang yang bilang ... kalau kau penyendiri."

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now