Bab 24 ~ Sebuah Tujuan

102 61 1
                                    

"Nah, Tuan Buschan," Pierre mengalihkan perhatiannya pada si pedagang. "Quino sudah ikut lagi denganmu. Dan Taggar serta Rigon juga ikut. Kuharap mereka bisa membantumu, dan perjalananmu berikutnya ke selatan berjalan lancar dan aman tanpa ada hambatan."

"Terima kasih, Tuan. Kau sudah membantu kami. Mudah-mudahan ada yang bisa kami lakukan untuk membalasmu."

"Tentu saja." Pierre tersenyum lebar. "Suatu hari nanti ketika kau sudah menjadi pedagang yang sukses entah di mana, mungkin kau bisa memberiku tempat untuk tidur sejenak di kastilmu."

Tuan Buschan tertawa. "Oh, kalau itu pasti, Tuan Pierre. Untukmu, pasti apa pun akan kusiapkan sebaik-baiknya."

"Kau akan ke mana sekarang?" tanya Tuan Taggar pada Pierre.

"Ke Goetz, lalu ke Tavar. Kau pasti tahu, sebentar lagi mungkin akan terjadi perang konyol antara Tavarin dan Alton. Itu buruk, dan bisa menjalar ke mana-mana. Jadi, mungkin aku akan bertemu Ratu Borshyn, berusaha untuk mencairkan hatinya sedikit." Pierre tertawa kecil. "Kalau urusan dengannya selesai, aku akan lanjut ke utara, melewati hutan hingga ke negeri Alton. Semoga Raja Cedrig juga mau mendengarkanku dan bisa bertindak lebih waras."

"Itu misi yang luar biasa sulit bahkan untuk orang sepertimu," tukas Tuan Taggar. "Kau akan mendapatkan banyak musuh, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat."

"Mungkin. Tapi aku tak akan terlalu khawatir, karena aku yakin, aku juga akan mendapat banyak teman sepanjang perjalananku."

"Hei, seharusnya kau tidak lagi berjalan sendirian ke mana-mana," kata Tuan Taggar. "Mestinya ada orang yang bisa membantumu. Seorang pelayan. Ayolah, pikirkan itu. Semua kesatria lain punya pelayan atau prajurit yang selalu mendampingi mereka pergi. Kenapa kau tidak?"

Wester tertegun mendengarnya.

Sementara Pierre malah tertawa. "Aku belum punya jawaban yang bagus untuk pertanyaanmu. Ya, mungkin kau benar. Akan kupikirkan nanti."

Itu dia!

Sesuatu bergejolak di dalam diri Wester.

Menjadi pelayan.

Itu yang bisa ia lakukan untuk membalas utang budinya kepada Pierre!

Tidak hanya itu. Berada dekat dengan Pierre akan membuat ia bisa belajar lebih banyak tentang kekesatriaan, tentang hal-hal baik di luar sana yang selama ini belum pernah ia ketahui. Pierre adalah kesatria terbaik di dunia, dan sepertinya dihormati oleh begitu banyak orang, bahkan sampai Ratu Borshyn di Tavar, dan Raja Cedrig di Alton.

Dia adalah orang yang omongannya didengar dengan baik oleh semua orang. Sehingga, mungkin, setelah tugasnya sebagai pelayan nanti selesai, Wester bisa kembali ke Lembah Heiszl dan membujuk semua orang untuk berhenti memusuhi para kesatria dan hidup damai berdampingan dengan mereka. Memang sulit, tapi bukannya tidak bisa.

Ya, ini sesuatu yang bisa ia lakukan. Harus ia lakukan.

Ini jalan yang mungkin telah diberikan untuknya. Sebuah tujuan.

Maka tanpa ragu, tak peduli pada semua orang dewasa di sekitarnya, Wester berkata, "Tuan Pierre, izinkan aku menjadi pelayanmu dan ikut bersamamu."

Mendengarnya, separuh orang yang ada di tempat itu terdiam, kemudian tertawa bersama.

"Jangan main-main, Nak. Menjadi pelayan ksatria itu tidak mudah," kata Tuan Taggar.

"Dan bisa jadi sangat berbahaya," sahut Tuan Hiller.

"Kau lebih cocok menjadi pedagang daripada prajurit," sambung Tuan Buschan. "Aku sudah pernah bilang, kan?"

Namun, Pierre sama sekali tidak tertawa. Ia memandangi Wester beberapa lama, kemudian tersenyum. "Apa kau yakin?"

Tanggapan sang kesatria membuat semua orang terdiam.

Ingat, jangan ragu, pikir Wester. Jangan pernah ragu!

"Ya, aku yakin," jawabnya tegas. "Aku berjanji akan menjadi pelayan yang baik. Aku akan ikut ke mana pun Anda pergi. Aku juga akan ikut ke pertempuran apa pun yang Anda masuki. Aku—"

Kali ini Pierre tertawa. "Tidak usah berlebihan, Nak. Soal pertempuran, itu urusanku saja. Kau tidak perlu ikut campur."

"Tapi, Tuan, aku berjanji, aku tidak akan takut jika memang harus bertempur. Aku berjanji ... akan menjadi prajurit yang baik juga. Seorang pelayan ... harus bisa ikut bertempur juga, 'kan, jika terjadi sesuatu?"

Pierre mengangkat bahu. Sepertinya ia malah tidak tertarik dengan ucapan Wester soal pertempuran. Bisa jadi, mungkin karena ia sudah terlalu terbiasa dengan hal itu dan baginya tidak menarik buat dibicarakan lagi.

Kesatria itu terus menatap Wester, kemudian berkata, "Kalau buatku, apa pun yang ingin kau lakukan, yang penting cuma satu, apakah kau yakin pada ucapanmu sendiri atau tidak, dan bukan pada ucapan orang lain."

"Aku yakin."

"Baik. Kalau begitu kau bisa menjadi pelayanku."

Wester gembira bukan kepalang. Ia tersenyum lebar, dan untuk sesaat tak mampu berkata apa-apa.

Setelah sadar ia kemudian membungkuk memberi hormat. "Terima kasih, Tuan! Aku akan melaksanakan setiap tugasku sebaik-baiknya!"

Orang-orang langsung berseru gembira dan memberi selamat.

"Selamat, Nak!" kata Tuan Taggar, yang lalu mengangguk-angguk gembira. "Apa pun yang terjadi kemarin, sepertinya ini hari-hari yang baik juga untuk kita. Aku mendapatkan seorang murid beberapa hari yang lalu, dan sekarang Pierre mendapatkan seorang pelayan!"

"Tapi aku kehilangan anggota," gerutu Tuan Buschan. "Padahal aku masih tetap percaya, kau lebih baik jadi pedagang, Nak, daripada menjadi pelayan kesatria atau prajurit. Ya, tapi ... selamat juga ..."

"Terima kasih, Tuan Buschan." Wester menunduk hormat padanya. "Anda sudah begitu baik padaku dan mengajariku banyak hal. Tapi ini sesuatu yang aku inginkan, dan percayalah, aku tidak sedang bertindak bodoh."

"Tentu saja tidak," tukas Tuan Buschan. "Jangan khawatir."

"Nah, Wester, jika memang kau sudah siap, kau bisa memulai tugasmu," kata Pierre. "Kita akan berangkat ke barat sebentar lagi. Jadi, tolong siapkan kudaku, kudamu, dan juga semua senjataku. Jangan lupa siapkan juga bekal untuk perjalanan. Kalau sudah beres, bilang kepadaku."

"Ya, Tuan!"

"Tuan Pierre."

Satu orang tiba-tiba memanggil lagi.

Semua orang menoleh.

Ternyata Mina yang berkata.

Gadis itu bertanya takut-takut kepada Pierre. "Tuan, apa kira-kira Tuan butuh dua pelayan? Aku ... ingin juga menjadi pelayanmu."

"Apa?!" Tuan Buschan terbelalak. "Hei! Kenapa belakangan banyak sekali anak buahku yang ingin pergi meninggalkan aku? Kemarin Drell dan Artur, sekarang kalian berdua! Mina, apa memang aku sudah bertindak buruk pada kalian semua?"

"Sama sekali tidak, Tuan Buschan," kata Mina cepat. "Anda justru sangat baik. Aku hanya ..."

"Mina." Kali ini Pierre menggeleng dengan tegas. "Maaf, aku menolakmu. Pertama, saat ini satu pelayan sudah cukup bagiku. Kedua, kau sama sekali tidak yakin dengan ucapanmu sendiri, tidak tegas seperti Wester."

"Baik, aku ... aku tidak akan menjadi pelayanmu. Tapi ... bolehkah aku ikut denganmu ke barat?"

"Kenapa?" tanya Pierre heran. "Apa yang kau cari?"

"Aku ... Wester sudah tahu soal ini. Eddar juga. Ini tentang orang tuaku," kata Mina. "Aku ingin menemui seseorang di Goetz ... yang mungkin tahu siapa orang tuaku."

Valley of WizardsWhere stories live. Discover now