1. Peristiwa Awal

15.2K 364 1
                                    

Plakk!

Dengan kasar pak Ferry menampar pipi Barra, hingga laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya ingin marah.

"Papah cuma mau yang terbaik untuk kamu!"

"Turutin apa yang papah mau. Kamu harus jadi penerus papah" tekan Pak Ferry.

Barra menatap tajam ayahnya itu. "Kenapa papah jahat sama Barra?"

"Mazoya baru aja pergi ninggalin Barra, pah. Hati Barra masih sakit. Kenapa papah tega maksa Barra untuk menjadi pemimpin di perusahaan disaat semangat hidup Barra baru saja hilang?"

Pak Ferry dan Bu Nelin terdiam mendengar perkataan dari anaknya itu.

"Mungkin kalo kalian berbaik hati sama Mazoya, dia gak akan pergi secepat ini. Dan bisa aja Barra dengan senang hati menerima keputusan ini, untuk menjadi pemimpin perusahaan papah" ujar Barra.

"Jadi kamu menyalahkan kita berdua atas kepergian Mazoya?"

Barra mengepalkan kedua tangannya kuat. "Hidup dan kebahagiaan Barra cuma sama Mazoya. Apakah kalian berdua perduli sama Barra? Gak. Kalian cuma sibuk sendiri dan lupain anak kalian"

"Barra—"

Barra menepis tangan Bu Nelin yang ingin menyentuhnya. "Barra sampai kapanpun gak akan pernah mau menjadi pemimpin perusahaan Valmores!"

Pak Ferry menatapnya tajam. "Barra kamu—"

"Dulu kalian juga gak pernah mau merestui hubungan Barra dengan Mazoya. Jadi sekarang Barra bebas dengan keputusan Barra sendiri kalo Barra tidak mau menjadi pemimpin di perusahaan kalian"

Dengan bergegas Barra pergi meninggalkan mereka berdua.

"Barra!" Panggil Bu Nelin.

Pak Ferry mengepalkan tangannya kuat, rasanya ingin mengamuk melihat tingkah keras kepala anaknya itu.

****

Brakk!

Barra menaruh kasar botol kacanya diatas meja membuat seorang bartender disana terkejut.

"Arghh!" Entah mengapa Barra sangat frustasi dengan semuanya yang mengganggu pikirannya saat ini.

Drrtt, Drrtt..

Ponsel Barra berdering, dia dengan cekatan mengangkatnya.

"Halo"

"Aneska, 20 tahun, tinggi 155, rambut sebahu dan dia berkacamata"

"Bawa dia ke apartemen gue, sekarang"

Tutt..tutt...

Setelah berbincang dengan seseorang di telfonnya, Barra menarik jaketnya dan berlalu pergi seraya sempoyongan karena minuman memabukan itu.

Mobil Barra melaju dengan cepat menyelinap kendaraan besar maupun kecil disana. Beberapa kali dia memegang kepalanya yang terasa pusing, tapi Barra tidak ingin mempersalahkan itu. Dia tidak ingin terjadi kecelakaan lagi seperti waktu itu.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें