35. Psikopat Barra

10K 331 79
                                    

Keesokan paginya, Aneska baru saja sampai didepan rumah Valmores diantar oleh Aslan. Semalam dia memang tidak pulang dan lebih memilih tidur di apartemen seraya menunggu kabar Aslan mengenai Sheila itu. Tapi Aslan gagal membawa Sheila, perempuan itu berhasil kabur.

Satu hal yang membuat Aneska terdiam, dia melihat jejeran karangan bunga duka cita, disana juga tertulis nama tuan Valmores. Aneska melihat bendera kuning dan juga banyaknya orang-orang yang berdatangan itu. Seketika jantungnya terasa berdegup kencang, rasa syoknya kian muncul.

Aneska menatap Aslan dengan bingung, saat dirinya hendak masuk kedalam, Aneska melihat ke atas dimana Barra sedang merokok santai di balkon melihat dirinya tanpa ekspresi.

Aneska bergegas masuk dan melihat banyaknya orang sedang mendoakan sang jenazah, disana juga terdapat Bu Nelin yang menangis dengan lemah. Aneska mendekat dan langsung memeluknya.

"Bunda.." Aneska mengusap punggung Bu Nelin membantu menguatkan. Bu Nelin kembali terisak.

"Aneska turut berduka cita ya." Lirih Aneska.

"Bunda kuat, semoga papah tenang diatas sana ya." Tutur Aneska.

Bu Nelin mengangguk dan Melepaskan pelukannya, Aneska mengusap air mata mertuanya itu.

"Maafin Aneska mbok, Aneska tidak tahu." Ucap Aneska kepada mbok Nani.

"Gapapa, sekarang non Aneska samperin mas Barra ya, dia sangat terpukul." Ucap Mbok Nani mengusap lengan Aneska.

"Silahkan." Ucap Aslan saat Aneska meliriknya.

Aneska menghela nafasnya pelan dan bergegas untuk ke kamar Barra. Saat tepat didepan pintu kamar laki-laki itu, Aneska tidak bisa membuka pintunya, Barra menguncinya dari dalam.

Tok, tok...

"Bar?" Panggil Aneska.

"Barra, ini gue Aneska."

Grekk!

Barra membuka pintunya dan melihat perempuan pendek itu berdiri dihadapannya. Barra mendesis pelan lalu menghiraukan Aneska dan berjalan meninggalkannya, Aneska dengan cepat menahan tangan laki-laki itu.

"Bar—"

"Ck...." Barra dengan kasar menghempaskan tangan Aneska, membuat perempuan itu terhuyung dan hampir terjatuh.

Aneska membulatkan matanya melihat kekesalan Barra, bahkan laki-laki itu bergegas pergi dari Aneska dengan raut wajah benci. Apakah Barra akan kembali ke versi awalnya? Mengapa saat ini dia terlihat sangat marah sekali.

****

Setelah acara pemakaman selesai, Barra bergegas pulang kerumah masih menghiraukan Aneska disana. Saat dirumah, Farhan membawakan beberapa nasi kotak untuk keluarga Valmores yang sepertinya belum makan.

"Lo pulang dulu aja, Lan. Barra masih bad, takut nanti kondisinya makin buruk." Ujar Ilham dianggukan oleh Aslan.

"Jangan lupa makan, ya, nes. Lo belum makan dari pagi." Ucap Aslan membuat Ilham mengernyit.

"Berapa lama lo sama Aneska? Sampe tau dia belum makan?"

Aneska menahan Ilham yang sedikit emosi itu. "Ham, udah. Gue gapapa kok."

"Lo semalaman bareng sama Aslan, nes? Sampe lo gak tau kabar mertua lo yang meninggal?" Tegur Ilham.

"Nanti gue jelasin ya."

Ilham menghela nafasnya kasar. "Pantas saja Barra terlihat sangat terpukul."

Aneska merasa dipojokkan seketika. "Lan, lo pulang ya."

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now