3. Kesengsaraan

10.1K 288 2
                                    

"HAKIM!"

"JANGAN SAKITIN HAKIM!"

Aneska berlari untuk memeluk adiknya yang menangis keras saat dipukul berkali-kali oleh ibu tirinya itu.

"Maafin kak Anes, maaf" Aneska ikut menangis merasa tidak tega dengan adiknya itu.

"Sakittt—" Hakim menangis kesakitan.

Plakk!

Aneska menahan sakitnya saat ibu tirinya itu memukul punggungnya dengan sapu.

"Sakit mah!" Teriak Aneska.

"Ngapain kamu pulang!" Tegur Bu Riana.

"Mah, kalo mamah marah sama Aneska, siksa Aneska aja. Jangan Hakim yang mamah siksa, dia masih kecil" protes Aneska merasa tidak terima.

"Dia harus mendapat ganjarannya atas ulah kakaknya" balas Bu Riana.

Aneska melepaskan baju adiknya itu. Matanya melotot saat melihat banyaknya luka lebam di sekujur tubuhnya. Apakah Hakim tersiksa karena Aneska tidak pulang selama satu minggu?

Aneska memandang adiknya yang masih menangis dengan rasa bersalah. Dia memeluknya erat.

"Maafin kakak" Aneska ikut terisak.

"Berhubung kamu sudah ada disini, kamu harus jualan lagi" suruh Bu Riana.

"Kenapa mamah jahat sama kita mah?" Ucap Aneska melihat kearah Bu Riana dengan masih memeluk Hakim yang menangis.

"Kalo kalian nurut apa kata saya, saya gak akan seperti ini"

"Kita sudah nurut apa kata mamah. Tapi mamah gak pernah baik kepada kita. Bahkan kita saja tidak tahu salah kita itu apa, sampai-sampai mamah selalu nyiksa kita" ucap Aneska seraya terisak.

Bu Riana terdiam menatap intens Aneska. Aneska melepaskan pelukannya dari Hakim lalu berdiri tepat dihadapan Bu Riana.

"Mamah masih marah sama papah? Karena papah udah selingkuhin mamah?"

Bu Riana membuang wajahnya kearah lain tidak ingin berhadapan dengan Aneska.

"Kalo mamah gak terima Aneska dan Hakim, seharusnya mamah biarin kita pergi. Mamah gak usah repot-repot urus kita jika nantinya malah menyiksa kita, mah" ujar Aneska.

"Saya gak akan membebaskan kamu, karena ibumu yang sudah buat saya menderita" ucap Bu Riana terlihat marah.

"Kesalahan orang tua saya tidak ada sangkut pautnya sama kita. Kita gak tau apa-apa!"

Bu Riana mencengkram pundak Aneska kuat. "Ibumu sudah merebut suami saya, bahkan gara-gara ibumu itu saya keguguran!" Tegas Bu Riana.

"Saya gak bisa mempunyai anak lagi sedangkan suami saya malah memilih keluargamu dan meninggalkan saya!" Bu Riana menggertak seraya menekan kuat lengan Aneska.

"Orang tua kamu sudah meninggal, mungkin itu karma karena mereka telah menyakiti saya. Jadi jangan salahkan saya jika saya benci kalian berdua!"

Aneska menarik tangan Bu Riana itu kuat karena merasa sakit.

"Seharusnya kamu berterima kasih karena saya masih mau menampung kalian disini."

"Saya lebih baik hidup sendiri bersama hakim daripada harus tinggal bersama ibu tiri saya yang penuh dengan dendam" jawab Aneska dengan berani.

Plakk!

Dengan kasar Bu Riana menampar Aneska hingga gadis itu memalingkan wajahnya merasa sakit.

"Jangan kurang ajar kamu! Saya sudah capek-capek membiayai hidup kamu. Sekarang saya mau kamu mengembalikan semua yang saya beri." Tekan Bu Riana.

Aneska mengangguk. "Baik, saya akan mengembalikan semuanya. Saya tidak akan lagi menyusahkan anda dan menjadi anak tiri anda lagi"

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now