47. Hello Barra

14.6K 325 33
                                    

Keesokan paginya Aneska masih belum mendapatkan kabar dari Hakim, bahkan adiknya itu tidak pulang sama sekali membuat Aneska benar-benar sangat khawatir.

"Leni, tolong jaga Cemilo ya. Saya pergi mencari Hakim dulu."

Leni mengangguk. "Baik mba, hati-hati.

Aneska pergi menggunakan mobilnya mencari Hakim seorang diri. Bahkan Aslan sama sekali tidak memberikan kabarnya lagi, entahlah Aneska tidak tahu.

"Dimana sih, kamu Hakim?" Gumam Aneska seraya fokus melihat kesana kemari.

"Kak Anes nyesel udah nyuruh kamu pergi." Gumam Aneska.

Hingga dimana Aneska teringat sesuatu, dia melajukan mobilnya untuk kerumah Barra, cuma itu harapan terakhirnya jika Hakim berada disana.

Terlihat dari kejauhan, Hakim setia berdiri didepan rumah besar itu. Aneska memberhentikan mobilnya didepan rumah itu, lalu turun menghampiri Hakim.

"Hakim!" Aneska menarik baju Hakim kesal.

"Kenapa sih kamu selalu saja buat kak Anes khawatir!" Kesal Aneska.

"Kamu ini sudah besar, seharusnya berfikir lah dewasa sedikit! Perlakuan kamu saat ini seperti anak kecil, tau gak!" Tegas Aneska.

"Kak Anes yang mengusir Hakim, kak Anes juga yang menyuruh Hakim mencari Bang Barra. Jadi, Hakim gak akan pulang sebelum bertemu bang Barra." Balas Hakim.

Aneska menghela nafasnya panjang. "Tolong ngertiin kak Anes, Hakim. Kak Anes capek kamu selalu mengharapkan Barra kembali."

Hakim memutarkan bola matanya malas. "Karena Hakim butuh bang Barra."

"Kenapa harus butuh laki-laki brengsek seperti dia? Bahkan kak Anes bisa menjaga kalian?"

"Bisa? Bahkan kak Aneska hampir celaka karena dijual sama mamah. Dan kalo bukan bang Barra yang menolong mana mungkin kak Aneska selamat." Jawab Hakim berani membantah.

"Stop hakim! Kak Aneska sama sekali tidak ingin Barra kembali bahkan untuk melihat wajahnya saja Kak Anes gak sudi. Dia sudah membuat hidup kak Aneska hancur! Tolong ngertiin kak Anes." Mohon Aneska kepada adiknya itu.

"Kalo Barra adalah orang baik, dia tidak meninggalkan kak Anes waktu kak Anes koma bahkan Cemilo saja baru lahir." Imbuh Aneska.

"Dia itu jahat, hakim. Dia lebih jahat daripada mamah." Ucap Aneska lagi.

"Bang Barra baik, dia pahlawan untuk Hakim." Jawab Hakim membuat Aneska menghela nafasnya.

"Hakim—"

"Kak Anes, mau sejahat-jahatnya bang Barra, Hakim tetap percaya kalo cuma bang Barra yang bisa menjaga kita. Bahkan Cemilo juga harus tau jika papahnya bukan Bang Aslan." Tutur Hakim.

"Harus dengan cara apalagi kak Anes meyakini kamu jika Barra itu jahat?" Ucap Aneska menatap Hakim intens.

"Apakah Kak Aneska harus menunjukkan didepan kamu waktu kak Anes disiksa berkali-kali, di tarik, dibenturkan di dinding dan ditusuk dengan pisau oleh Barra." Tanya Aneska mencoba membuat Hakim mengerti.

"Jika bisa, Kak Aneska akan menunjukkan kepada kamu." Imbuh Aneska dengan mata yang memerah menahan tangisnya.

"Bang Barra sudah meminta maaf atas kesalahannya waktu dulu, dia menyesal kak Aneska."

Aneska menghela nafasnya membuang wajahnya sudah sangat kesal dengan adiknya itu. "Lantas untuk apa kamu memaafkan orang yang sudah bersalah!"

"Kak Aneska juga sudah memaafkan Bang Barra, kan!"

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now