41. Salam perpisahan

14K 388 89
                                    

Barra melihat didalam inkubator dimana terdapat dua kembar malaikat kecil berjenis kelamin berbeda itu menggerakkan tangannya yang mungil tanpa menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Barra melihat didalam inkubator dimana terdapat dua kembar malaikat kecil berjenis kelamin berbeda itu menggerakkan tangannya yang mungil tanpa menangis.

Tidak disangka, ternyata kini Barra dapat menciptakan jantung hatinya menjadi seorang malaikat kecil yang sangat tampan dan cantik itu. Ada rasa haru dalam diri Barra.

"Permisi?"

Barra menoleh kearah seorang perawat yang menghampiri Barra.

"Operasi akan di lakukan saat ini juga, mohon Pak Barra menandatangani surat persetujuannya."

Barra mengangguk, lalu berjalan mengikuti seorang perawat itu. Barra menandatangani surat perjanjian yang diberikan seorang dokter itu.

"Mohon doanya ya, Pak Barra. Ini operasi yang sangat berat."

Barra menganggukan kepalanya saja tanpa berkata apapun.

"Siapkan ruang operasi dan peralatannya." Suruh Dokter itu kepada perawat disana.

"Buat dia sembuh, dia harus urus anaknya." Kata itu Keluar dari mulut Barra membuat dokter tersebut terlihat ragu.

****

Barra menggenggam jemarinya duduk di depan ruang operasi kurang lebih sudah dua jam. Lampu hijau itu belum juga mati, sehingga membuat Barra sedikit gusar. Apa begitu lama melakukan operasi seperti ini?

"Permisi Pak Barra?"

Barra menoleh kearah seorang perawat yang menghampirinya. Dia berbicara cukup serius sehingga membuat Barra beranjak bangun dan berlari di lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa-

Terlihat dari wajahnya, Barra sangat khawatir bahkan ada kesedihan yang Barra rasakan seketika.

Grekk!

Barra dengan cepat masuk kedalam ruangan para bayi yang mengalami prematur itu. Disana sudah terdapat dokter dan perawat yang mencoba menangani anaknya.

Barra melihat dokter itu yang sedang menangani satu anaknya dengan sangat fokus. Hingga beberapa menit kemudian dokter itu menghela nafasnya gusar, dia memerintahkan seorang perawat untuk melepaskan alat-alat yang menempel pada bayi perempuan itu.

"Dokter?" Barra memandang dokter itu penuh pertanyaan.

"Mohon maaf pak, anak bapak tidak dapat diselamatkan karena mengalami komplikasi dan asfiksia pernafasan karena rendahnya oksigen yang dia hirup."

Barra melihat bayi perempuan itu didalam inkubator yang alat-alatnya sedang di lepas oleh para perawat.

Tangan Barra terangkat memegang tangan bayi mungil itu. "Maaf"

Satu tetes air mata Barra terjatuh begitu saja membasahi pipinya. Setelah perawat itu melepaskan semua alat pada tubuh anaknya, Barra mengangkat anaknya itu dengan tangan yang sedikit bergetar.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now