6. Tanggung jawab

10.4K 333 7
                                    

"Berita mengabarkan adanya satu anak konglomerat terbesar di Asia mengalami gangguan usai kecelakaan yang terjadi satu bulan yang lalu"

Siaran televisi itu membuat Aneska terfokus kearahnya saat dirinya sedang membantu Hakim makan.

"Dari adanya kabar yang sangat jelas bahwa anak konglomerat pewaris perusahaan berinisial V, terjerat kasus atas kekerasan kepada seorang Office boy dan juga perempuan di salah satu apartemen"

Aneska melihat siaran berita itu. Dirinya sangat tahu tentang kasus itu. Itu adalah kasus Barra yang terekam CCTV, dan sekarang sedang ramai di perbincangkan.

"Kasus ini bukanlah hal yang serius, tapi sangat ramai diperbincangkan semua orang atas perilaku anak konglomerat tersebut. Semua orang bertanya-tanya, apakah dia mengalami gangguan mental usai kecelakaan itu? Apakah dia mengalami amnesia? Jika memang iya, mengapa dia tidak dirawat dengan perawatan khusus padahal dia adalah pemimpin perusahaan terbesar di Asia."

"Banyaknya kasus yang tersebar, banyak investor perusahaan V menarik semua saham yang mereka jaminkan kepada perusahaan tersebut atas keresahan mereka."

"Dan kabar yang lebih mengagetkan lagi, katanya anak konglomerat ini sudah melecehkan seorang perempuan dan membuatnya hingga hamil. Apakah kabar ini benar? Jika iya, sungguh benar-benar kejam laki-laki ini ya"

Prang!

Aneska tidak sengaja menjatuhkan sendoknya di lantai saat melihat kearah layar TV dimana Barra benar-benar sedang diadili bersama hakim. Disana juga terdapat Bu Nelin yang menemaninya. Tidak ada suara apapun, mungkin itu adalah privasi antar keluarga. Bahkan diaaat Barra keluar dari pengadilan banyak orang yang mengerubunginya tapi Barra hiraukan dan lebih memilih pulang.

"Aneska!"

Aneska terkejut saat Bu Riana memanggilnya dengan nada keras.

"Iya mah?" Dirinya menghampiri Bu Riana yang berada di dapur.

"Ngapain kamu? Kenapa malah santai? Bukannya jualan!"

"Iya mah, tapi Aneska suapin Hakim dulu ya"

"Biar saya saja yang urus dia. Sekarang kamu pergi" usir Bu Riana dengan ketus.

Aneska mengangguk menurut, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat perutnya merasakan gejolak yang luar biasa. Gadis itu dengan cepat berlari kearah wastafel dapur dan memuntahkan semua cairan bening dalam perutnya.

"Hoekk...Hoekk.."

"ASTAGA ANESKA!" Geram Bu Riana.

Aneska mencuci mulutnya seraya memegangi pinggiran wastafel, entah mengapa tubuhnya terasa sangat lemah saat ini.

"Jorok sekali kamu!"

"Maafin Aneska mah" ucap Aneska dengan sedikit lemas.

"Sekarang bersihin itu semua, sehabis itu pergi jualan. Saya gak mau tau!" Tegas Bu Riana.

"Mah, kalo hari ini Aneska libur jualan dulu boleh gak? Tubuh Aneska lemes banget, kepala Aneska pusing"

Bu Riana menatapnya intens. "Bilang apa tadi kamu?"

"Aneska mau hari ini libur dulu" ucap Aneska.

Bu Riana menatapnya tajam. "Gak ada libur-liburan, kemarin kemana saja kamu tidak pulang?"

"Aneska—"

"Jadi jalang kamu diluar"

Aneska menggelengkan kepalanya. "Gak mah. Aneska sakit, Aneska ada dirumah sakit"

Bu Riana menghela nafasnya kasar. "Gak usah banyak alasan. Karena kamu kemarin-kemarin gak jualan, saya mau kamu jualan hari ini harus sampai habis"

"Mah tapi Aneska lagi sakit, Aneska gak bisa jualan mah"

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now