4. Kejam

10.7K 331 2
                                    

Satu bulan berlalu....

Setiap harinya Aneska berkehidupan seperti biasanya. Dia berjualan kue keliling dan Aneska tak lupa juga mengurus Hakim dirumahnya. Meskipun dia sering mendapatkan siksaan dari Bu Riana karena sering tidak nurut dan melawan. Intinya Aneska harus bertahan hidup demi adiknya.

Tentang Barra?

Aneska tidak pernah melupakan laki-laki itu. Bahkan setiap kali Aneska melangkahkan kakinya keluar rumah, pikiran Barra selalu terngiang dipikirkannya. Akankah laki-laki itu mencari Aneska kembali?

Jikapun iya, Aneska benar-benar berada di zona merah.

Menyamar. Itu satu-satunya cara agar Aneska dapat menghindar dari Barra. Bahkan saat berjualan pun Aneska selalu meninggalkan kacamatanya dan memakai topi, untuk menghindari Barra.

"Makasih ya Bu" ucap Aneska sopan kepada pembeli itu.

Setelah itu, dia kembali berjalan untuk berjualan. Awalnya Aneska berjualan menggunakan sepeda butut, tapi apalah daya sepeda butut itu sudah hancur berkeping-keping akibat kecelakaan itu.

"Woy!"

Aneska menoleh kearah seorang laki-laki yang memanggilnya seraya berjalan kearah Aneska.

"Iya? Mau beli mas?" Tanya Aneska.

Laki-laki itu mengangguk membuat Aneska mengulaskan senyumnya.

"Mau yang mana?" Tanya Aneska membuka kotak kue itu.

"Semuanya"

Aneska tercengang. "Serius?"

"Iya semuanya"

Aneska tersenyum. "Oke, saya bungkus dulu—"

Saat Aneska ingin membungkus kue itu tiba-tiba ada seseorang dari belakang membius Aneska menggunakan sapu tangannya, sehingga Aneska tidak sadarkan diri.

"Bawa ke hadapan bos, sekarang"

****

Aneska mengerjapkan matanya berkali-kali sedikit merasakan pusing. Dia melihat langit-langit kamarnya yang terasa beda itu. Seketika dia langsung tersadar dan duduk.

"Sial" mata Aneska melotot saat mengetahui dirinya berada di apartemen Barra.

Aneska beranjak bangun dan berlalu pergi meninggalkan kamar Barra.

"Uhukk!"

Langkah Aneska terhenti saat mendengar suara orang terbatuk tepat diruang keluarga itu.

"Udah puas main-mainnya?" Ucap Barra menutup laptopnya dan berjalan mendekat kearah Aneska.

"Mau pergi sejauh apapun lo, lo gak akan pernah bisa bebas dari gue" ucap Barra serius.

Aneska menoleh kearah Barra dengan tatapan sengit. "Lepasin gue Barra. Gue mohon"

Barra tersenyum smirk. "Bukannya lo bilang sendiri kalo lo lebih memilih di siksa daripada dibunuh?"

Aneska tertohok dengan ucapannya kala itu.

"Jadi jangan salahkan gue untuk siksa lo seumur hidup" imbuh Barra.

"Dengan lo menyiksa gue bahkan membunuh gue, itu gak akan bisa mengembalikan Mazoya lagi bar. Dan mungkin dia bakalan kecewa karena mempunyai pacar psikopat kaya lo"

Barra menatap tajam Aneska.

"Gue gak kenal Mazoya, tapi gue yakin dia adalah cewek baik yang mampu membuat lo secinta ini sama dia. Gue yakin dia pasti akan membenci lo yang sekarang." Ucap Aneska dengan berani.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang