8. Hari pernikahan

11.5K 326 61
                                    

Suasana di sebuah Villa outdoor sangatlah mewah. Banyak tamu-tamu penting berdatangan dengan pakaian rapih untuk menghadiri acara pernikahan putra tunggal dari Keluarga Valmores itu. Meskipun sebagian dari rekan kerja ayahnya, Barra masih bisa terima karena dia hanya seorang mahasiswa biasa yang bahkan tidak menyelesaikan kuliahnya.

"Mas Barra sudah siap?"

Barra menghembuskan nafasnya berat. Dia melirik kearah Pak Ferry yang hanya bisa duduk di kursi rodanya menjadi saksi pernikahan anaknya itu.

Barra mengangguk. "Siap"

Seorang penghulu itu menyodorkan tangannya dihadapan Barra. Dengan tangan berkeringat dan dingin Barra dengan berani menggapainya.

"Tenang gak usah gerogi, pelan-pelan saja." tutur penghulu itu dianggukan oleh Barra.

Penghulu itu mencoba mengatur pernafasannya sejenak. Lalu membaca sebuah surat didalam hati, membuat Barra menunggu seraya merasa jantungnya berdebar.

"BISMILLAHIROHMANIROHIM, SAYA NIKAHKAN DAN KAWINKAN ENGKAU DENGAN ANESKA TAMARA BINTI ALMARHUM SURYA MUNGKABA, DENGAN MAS KAWIN SEBESAR 500 JUTA DIBAYAR TUNAI" ucap Penghulu itu dengan lantang.

Kini giliran Barra yang berucap...

"Saya terima nikah dan kawinnya Aneska Tamara binti Almarhum Surya Mangkaba dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" ucap Barra dengan lancar tanpa halangan apapun.

"Bagaimana para saksi?"

"Sah" jawab para saksi dan orang-orang disana dengan lantang.

"Alhamdulillahirobilalamin" ucap Penghulu itu mengaminkan dan berdoa untuk Barra. Semuanya turut berdoa untuk pernikahan itu.

Setelah acara Akad selesai, Barra diminta untuk menjemput sang pengantin yang berada di kamarnya tepatnya dilantai atas. Barra menghampirinya. Diatas dia dibuat kaku oleh perempuan yang sangat berbeda dengan gaun pengantin yang mewah serta make-up yang sangat cantik.

"Barra?" Bu Nelin sadar akan kedatangan anaknya itu.

"Udah selesai akadnya?" Tanya Bu Nelin dianggukan Barra.

"Yaudah tuntun Aneska turun" suruh Bu Nelin tapi Barra masih terdiam dengan memandang Aneska.

"Barra!" Panggil Bu Nelin mampu menyadarkan Barra.

"Iya bun" gugup Barra.

"Aneska rangkul tangan Barra ya" suruh Bu Nelin.

"Emang harus rangkul-rangkulan? Dia jalan sendiri kan bisa" protes Barra.

Bu Nelin mendesis. "Kalian itu pengantin baru, disini bintang utamanya kalian berdua, jadi romantis dikit kek" tegur Bu Nelin.

Barra menghela nafasnya kasar. Bu Nelin dengan paksa menarik tangan Aneska untuk merangkul lengan Barra begitu saja.

"Pelan-pelan aja, gak usah buru-buru. Gaun Aneska panjang soalnya" tutur Bu Nelin.

Barra mulai melangkahkan kakinya bersama Aneska untuk turun ke bawah dan menemui tamu-tamu disana yang sudah menunggu sedari tadi.

"Mungkin ini kebahagiaan terakhir buat lo" ucap Barra lirih.

Aneska tersenyum dengan terpaksa dihadapan semua orang yang berkeprok ria menyambut kehadiran mereka. Ada rasa ingin menonjok Barra, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu kepada istri barunya saat ini.

"AHAYYY...TEMEN GUE TUH!" Seru Ilham sangat bahagia sekali.

"ANESKA LO CANTIK BANGET GILA!" Teriak Ilham lagi.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now