27. Kehancuran Valmores

9K 230 0
                                    

Kini Barra tidak berbohong, dia membawa Aneska untuk pulang kerumah keluarga Valmores. Tapi saat mereka baru saja sampai di gang perumahan itu, Barra melihat ada beberapa wartawan berdiri disana mungkin sedang menunggu Barra ataupun orang tua Barra untuk di wawancarai.

"Gue bisa bantu lo bar." Ucap Aneska mengusap lengan Barra.

Barra hanya melihatnya diam.

"Gue disini juga terlibat, tapi sekarang gue istri lo, mereka gak pantas menjatuhkan harga diri lo karena lo udah mau tanggung jawab." Tutur Aneska.

"Gue cari tempat—"

"Bar?" Cegah Aneska saat Barra ingin memilih pergi dan tidak melanjutkan jalannya.

"Percaya sama gue, semuanya akan baik-baik saja."

Barra menghembuskan nafasnya berat, lalu dengan pasrah melanjutkan jalannya lagi untuk masuk kedalam halaman rumahnya. Terlihat saat mobil Barra masuk kedalam garasi semua wartawan itu mengejarnya seakan-akan ingin menerkam.

"Nes?" Panggil Barra dan Aneska hanya berdeham.

"Kita berdua membawa nama Valmores disini."

Aneska menganggukan kepalanya tersenyum. "Iya, gue ngerti kok."

Barra mangangguk.

"Sekarang lo turun, bukain pintu mobil buat gue." Suruh Aneska seenaknya.

"Setidaknya kita harus Tunjukin ke mereka kalo rumah tangga kita baik-baik saja karena kejadian itu." Ujar Aneska membuat Barra terdiam sejenak.

"Ayo, bar."

Barra mengangguk, menghela nafasnya berat dan akhirnya bergegas turun untuk membukakan pintu mobilnya untuk Aneska.

"Pak Barra?"

Barra tidak memperdulikan wartawan yang mengerubunginya saat ini. Dia menuntun Aneska turun dari mobilnya.

"Pak Barra, Mba Aneska? Apa benar cabang Valmores di Thailand ada kendala mengenai kepercayaan para investor mengenai berita buruk tentang kalian beberapa bulan yang lalu?"

"Lalu bagaimana dengan tanggapan kalian mengenai hal itu? Apakah semuanya benar kalian memiliki masalah satu sama lain, sehingga Pak Barra tidak bisa memberikan kepercayaan untuk para investor tersebut."

"Dan ada pula kabar mengenai pak Barra yang tidak konsisten dalam bekerja, dia selalu memandang rendah para karyawan bahkan memperlakukan mereka dengan seenaknya?"

"Apakah semua itu benar? Tolong penjelasannya Pak Barra?"

Aneska melirik Barra yang hanya diam seraya memegang tangan Aneska.

"Boleh mundur sedikit?" Ucap Aneska kepada para wartawan itu dan akhirnya mereka menurut.

"Berita itu benar, saya diperlakukan tidak pantas oleh Barra." Ucap Aneska membuat Barra menoleh dan tercengang.

"Saya dibuat hamil oleh Barra. Tapi Barra mau tanggung jawab kok. Buktinya sekarang saya masih bersama dia kan?"

Para wartawan itu merekam semua ucapan yang keluar dari mulut Aneska.

"Jikapun Barra bertanggung jawab karena sudah merasa malu karena berita itu, salah. Barra bertanggung jawab karena dia mencintai saya, dia mencintai anaknya juga, jadi mohon jangan berasumsi jika sikap Barra buruk kepada siapapun karena dia pernah bersikap buruk kepada saya." Jelas Aneska.

"Lalu mengenai para investor bagaimana pak?" Tanya wartawan itu kepada Barra.

Barra menghela nafasnya pelan. "Saya tidak memaksa mereka untuk mengikuti saya terus menerus, jikapun ada perusahan yang lebih baik dari milik saya, Silahkan anda boleh mengikutinya. Saya akan terima dengan keputusan kalian dan saya akan memberikan kompensasi sesuai hak anda."

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now