43. Mantan mertua

8.9K 273 35
                                    

"Hakim, setelah pulang sekolah, jangan pergi main. Jagain Cemilo." Tutur Aneska dimeja makan dihadapan adiknya itu.

"Kan, ada mba Leni." Jawab Hakim.

Aneska menghela nafasnya pelan. "Kenapa sekarang kalo kak Anes nuturin kamu, kamu selalu ngekang?"

Hakim fokus memakan sarapannya itu.

"Hakim?" Panggil Aneska.

Hakim meletakan sendoknya kasar lalu menarik tasnya dan bergegas pergi menggunakan tongkat kayu, sekarang Hakim tidak lagi menggunakan kursi roda bahkan dirinya juga selalu rutin berobat untuk menyembuhkan kakinya itu.

Aneska menghela nafasnya mencoba bersabar, entahlah adiknya itu semakin bertambah dewasa semakin susah diatur.

"Buna?"

Aneska melihat Cemilo datang di gendongan Leni.

"Bangun tidur nangis mba, Cemilo habis mimpi kali." Ucap Leni seraya memberikan anak kecil itu kepada ibunya.

Aneska mengusap wajah Cemilo yang masih terlihat bantal dengan mata yang susah terbuka lebar.

"Emil kenapa? Coba Buna tanya, nangis kenapa? Biasanya juga gak nangis?" Tegur Aneska perlahan-lahan.

"Papah" ucap Cemilo dengan suara serak-seraknya memeluk Aneska terlihat manja.

"Kenapa papah? Emil mau ketemu Om papi?" Tegur Aneska berfikir rasional.

Cemilo menggeleng dengan mengucek matanya. Aneska mengusap kepalanya dengan sayang.

"Terus kenapa? Emil minta apa?" Tanya Aneska lagi.

"Cemilo ketemu papah, papah pelgi lali-lali sama Adik kecil sambil membawa balon becal." Jelas Cemilo mencoba bercerita tentang mimpinya itu.

Aneska terdiam beberapa saat mencerna ucapan anaknya itu.

"Mimpi ya?" Sahut Leni penasaran.

"Terus kenapa Cemilo nangis?" Tanya Aneska.

"Papah ninggalin Cemilo, buna..." sedih Cemilo menampilkan raut wajah sedih.

Aneska mencium kepala anaknya itu dengan sayang. "Cup, cup... itu cuma mimpi, Cemilo kan gak kenal siapa papah itu? Karena papah Cemilo cuma om papi." Tutur Aneska.

"Buna, Cemilo mau balon becal." Ucap Cemilo dengan manja.

Aneska mengangguk. "Nanti kita beli ya?"

Cemilo menganggukan kepalanya.

"Sekarang anak Buna mandi dulu ya, habis itu Mam." Tutur Aneska dianggukan oleh Cemilo. Aneska memberikan anaknya kepada Leni untuk dimandikan.

Aneska terdiam duduk dimeja makan, mengapa ucapan anaknya sangat membuatnya berfikir sangat keras mengenai kehidupannya lagi.

"Kenapa lo harus datang di mimpi anak gue, sih."

****

"Mba Anes, hari ini ada pemilihan kostum ya untuk acara minggu depan."

Aneska menganggukan kepalanya saat seorang MUA itu menuturkannya.

"Lima menit lagi Mba Aneska bertemu dengan Desainer terkenal."

"Iya Beni." Jawab Aneska dengan mengacungkan jempolnya.

"Aduh, makin hari makin cantik aja, nih, janda gue." Ucap Beni seraya merapihkan rambut Aneska. Aneska hanya terkekeh pelan, sikap Beni memang sedikit alay karena dia termasuk Laki-laki setengah perempuan.

"Kan, berkat make-up badai lo!"

Beni terkekeh pelan. "Iya dong, emang gue ini MUA terhandal sejagat raya."

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang