21. Menerima keputusan

9.7K 271 60
                                    

Aneska ingin membuka pintu kamar Barra setelah menggosok pakaian dan ingin menaruhnya dilemari. Namun, niatnya tidak jadi setelah melihat dari pintu, jika Barra sedang melaksanakan sholat. Ini bukan kali pertama Aneska melihat Barra yang Sholat, tapi berkali-kali.

Percaya atau tidak, intinya cuma Barra yang masih sadar dengan kewajibannya walaupun sikapnya melebihi iblis.

Aneska lebih memilih duduk di sofa menunggu Barra selesai. Matanya melihat kearah balkon dimana langit malam terlihat sangat tenang, Aneska beranjak bangkit berjalan kearah balkon.

Hembusan nafas kasar keluar dari diri Aneska seraya berdiri melihat pemandangan gedung dari atas sana.

"Gegar otak tersebut sudah menggerogoti semua sel pada kepala mba Aneska dan menyebabkan adanya kanker otak."

Aneska tidak akan lupa dengan ucapan Dokter Toni kala itu. Bahkan setiap kali dirinya melamun, ucapan Dokter Toni selalu terngiang-ngiang didalam pikirannya.

Flasback on..

Aneska berkeliling berjualan dengan sangat senangnya, karena cuma hari ini dagangannya tersisa sedikit.

"Mew?"

Aneska melihat kucing jalanan yang sudah biasa ditemui dan dia namai itu berada di tengah jalan. Kucing itu terlihat sedang makan sebuah makanan tanpa perduli jalanan yang sangat ramai.

Aneska menghampiri kucing itu dan membawanya ke pinggir jalan. Tapi kucing tersebut meronta ingin kembali ke jalanan.

"Mew, jangan di jalan, nanti kamu bisa ke tabrak." Tutur Aneska.

Srekk!

Aneska melepaskan kucing tersebut saat tangannya dicakar hingga mengeluarkan sedikit darah. Terlihat kucing tersebut kembali ke tengah jalan.

"Mew" desis Aneska menghela nafasnya kasar.

Mata Aneska melotot saat dari jauh terlihat sebuah mobil melintas, dia takut kucing tersebut akan tertabrak. Dengan jarak yang tidak memungkinkan untuk Aneska, dia menarik sepedanya untuk menghalangi jalan dan langsung menarik kucing tersebut.

"Akhhh!"

Brakk!

Tapi sayangnya waktunya kurang tepat, bahkan Aneska dan kucing itu sudah terpental cukup keras. Aneska terbentur oleh trotoar jalan cukup keras hingga dia tidak sadarkan diri.

"Mew..."

Flasback off...

Lamunan Aneska seketika tersadar saat melihat ke rumah kecil Mew di dekatnya. Perempuan itu memang sengaja merawat Mew yang belum pulih akibat kecelakaan tersebut, untung saja Barra mengizinkan dia.

"Maafin aku ya Mew, karena aku, kamu juga ikut terluka." Gumam Aneska.

"Ekhem!"

Aneska sontak menoleh kebelakang, dimana Barra datang dengan santainya menghampiri Aneska. Aneska bergegas berbalik ingin pergi, tapi tangannya ditahan begitu saja oleh Barra.

"Tadi udah ketemu Dokter Toni?" Tanya Barra dianggukan oleh Aneska.

"Dia ngomong apa?"

Aneska melepaskan tangan Barra dan kembali ke posisinya melihat pemandangan itu.

"Cuma tentang kesehatan gue aja, kok." Jawab Aneska.

Barra mungut-mungut. "Gak terlalu serius kan? Sampe lo overthingking kaya gini?"

Aneska menoleh melihat Barra. "Gak."

Barra menghembuskan nafasnya berat. "Oke. Gue juga gak begitu perduli. Mending sekarang lo tidur daripada—"

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now