22. Kesepakatan

8.9K 283 22
                                    

Aslan tersenyum memandang Aneska, perempuan itu makan dengan sangat lahap ya seperti orang kelaparan. Saat ini, mereka sedang melaksanakan makan siang bersama di sebuah restaurant ternama. Ini bukanlah perjanjian, tapi Aslan bertemu dengan Aneska di jalan saat dia sedang berjalan bersama Sheila untuk pulang.

Sheila tidak ikut dengan mereka, karena ada suatu urusan mendadak. Alhasil, Aneska hanya berdua bersama Aslan.

"Joging menguras energi ya?" Tegur Aslan dengan tersenyum.

Aneska merasa tidak enak dengan Aslan. "Maaf ya."

"Gapapa, nes. Makan aja. Nanti gue yang bayar."

"Makasih, lan."

Aslan menganggukkan kepalanya. "Sama-sama."

"Emm, nes?" Panggil Aslan membuat Aneska menoleh.

"Gue mau tanya sama lo?"

"Tanya apa?" Aneska penasaran.

"Lo sebenarnya suka gak, sih, sama Barra?" Tanya Aslan berhasil membuat Aneska terdiam.

"Sorry, nes. Gue bukan bermaksud ingin tahu privasi lo, tapi gue bener-bener gak tega lihat lo di siksa terus menerus sama Barra." Ungkap Aslan.

Aneska menghela nafasnya panjang. "Barra udah gak siksa gue kok."

"Tapi mungkin kemudian hari dia bisa berubah seperti iblis, nes, bahkan dia bisa membunuh lo."

"Gue gak perduli, lan. Lagian tujuan dia nikahin gue juga karena untuk menyiksa gue kan, jadi gue gak perduli." Ujar Aneska.

"Nes, lo gila?"

Brakk!

Aneska menekan sendoknya di meja hingga mengeluarkan suara cukup keras. "Ini masalah gue sama, Barra. Lo gak usah ikut campur."

"Gue ingin membantu lo, nes. Gue ingin lo terbebas dari iblis seperti Barra."

"Gak perlu, gue udah bilang sama dia untuk membunuh gue setelah melahirkan" ucap Aneska membuat Aslan membulatkan matanya sempurna.

"Aneska—"

"Lo tadi tanya, gue suka sama Barra apa gak?" Ujar Aneska. "Jawabannya gak, bukan karena perlakuan Barra sama gue. Tapi gue gak pantas mencintai laki-laki yang belum selesai sama masalalunya."

Aslan tercengang dengan pengakuan Aneska itu.

"Awalnya gue berniat banget untuk bebas dari Barra, bahkan setelah ketemu lo, gue ingin lo menolong gue. Tapi setelah dipikir-pikir, gue emang salah, gue sudah merusak masa depan seseorang dan gue harus dapat ganjarannya." Jelas Aneska.

"Jadi stop peduli sama gue, lan. Gue udah gak butuh di tolong." Ucap Aneska masih membuat Aslan terdiam.

Aneska beranjak bangkit ingin pergi, tapi entah mengapa perutnya terasa nyeri. "Shhh..."

"Nes? Kenapa?" Aslan mendadak panik menghampiri Aneska.

"Nyeri,"

"Duduk dulu." Suruh Aslan menyuruh Aneska untuk duduk kembali.

"Minum, nes." Aslan menyodorkan segelas air mineral kepada Aneska dan Aneska meminumnya nurut.

"Mau kerumah sakit?" Tawar Aslan tapi Aneska menggeleng menolak.

"Gak perlu, lan. Nanti juga sembuh sendiri. Akhir-akhir ini gue emang ngerasa nyeri kok."

"Kenapa gak kerumah sakit? Barra, gak perduli sama lo?"

Aneska menghela nafasnya pelan. "Gapapa, Aslan. Gue baik-baik aja, kok."

Aslan menghela nafasnya panjang, dan berjongkok dibawah Aneska duduk.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now