37. Rumit

10.7K 320 43
                                    

Aneska mengerjapkan matanya melihat kearah samping dimana sudah ada Bu Nelin dan Farhan disana.

"Bunda?"

"Iya sayang?"

"Gue panggil dokter dulu." Ucap Farhan bergegas pergi memanggil dokter.

"Bunda kenapa nangis?" Tanya Aneska penasaran karena melihat Bu Nelin dengan mata sembabnya.

Bu Nelin menggeleng. "Bunda kecewa saja sama Barra. Bunda gagal mendidik dia jadi anak baik."

Aneska memegang tangan Bu Nelin tulus. "Bunda gak usah khawatir, Aneska gapapa kok, Barra seperti itu cuma karena sedang sedih aja."

Bu Nelin mengangguk mengusap kepala Aneska. "Barra beruntung sekali mempunyai istri sebaik kamu."

Aneska hanya mengulaskan senyumnya. "Aneska juga beruntung bisa bertemu dengan kalian."

Seketika Farhan datang bersama dokter, Aneska diperiksa terlebih dahulu oleh dokter itu.

"Bagaimana dokter?" Tanya Bu Nelin.

"Tidak ada yang di khawatirkan Bu, luka pasien tidak terlalu serius, saya sudah memberika obat antiseptik pada lukanya, mungkin jika di lakukan berulang kali lukanya akan cepat sembuh."

Bu Nelin mengangguk.

"Pasien boleh pulang, kok, tidak harus dirawat. Tapi tetap ya, jaga kesehatan. Imun ibu Aneska turun loh." Tutur dokter itu dianggukan oleh Aneska.

"Iya dokter pasti dijaga kok, Terimakasih ya." Ucap Aneska.

"Sama-sama, saya tinggal dulu ya."

Dokter itu pergi bebarengan dengan Ilham yang datang menghampiri mereka.

"Kenapa lo?" Tegur Farhan melihat wajah Ilham babak belur.

Ilham menghiraukan Farhan, dia bertanya kepada Bu Nelin dan Aneska. "Apakah Barra balik kesini?"

Bu Nelin menggeleng. "Gak Ilham, Barra gak kembali kesini."

"Ck, tuh orang emang suka nyusahin!" Desis Ilham dengan kesal.

"Apa yang terjadi sama Barra? Kamu tadi ikutin dia kan?" Tegur Bu Nelin mulai cemas.

"Iya ham, gimana Barra? Kenapa lo gak sama dia?" Sahut Farhan ikut penasaran.

Ilham melirik Aneska sejenak seraya terlihat bingung. "Barra udah menemukan pelaku sesungguhnya kecelakaan dia dengan Mazoya."

Semua orang tercengang dengan perkataan Ilham itu.

"Tadi Ilham bantu Barra bertemu dengan pelaku, soalnya Barra hampir membunuh tuh orang." Jelas Ilham membuat Aneska melotot tidak percaya.

"Sheila, pelaku itu Sheila, nes. Tetangga apartemen lo." Ucap Ilham kepada Aneska.

"Sekarang Barra ada dimana?" Tanya Aneska penasaran.

Ilham menggeleng. "Gue gak tau, dia pergi setelah gue cegah dia. Gue mau kejar Barra, tapi gue juga harus membawa pelaku itu ke kantor polisi." Ungkap Ilham.

Bu Nelin menggigit jemarinya ikut cemas, dia menelfon Barra beberapa kali, tapi satupun tidak ada yang terhubung.

"Tante sebenarnya tadi Barra nangis kenapa? Ilham liat dia sangat marah sekali?" Tanya Ilham sangat penasaran.

Bu Nelin menurunkan ponselnya melihat kearah Ilham bahkan yang lain.

"Ini kali pertama Ilham liat Barra semarah itu, bahkan hampir membunuh orang." Imbuh Ilham.

"Barra dan Mazoya adalah saudara kembar." Ungkap Bu Nelin begitu saja membuat Aneska melotot terkejut. Ilham dan Farhan juga begitu.

"Tante sudah menjelaskan semua sama Barra, mungkin karena itu dia sangat marah." Imbuh Bu Nelin.

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang