16. Mabuk

9.4K 272 47
                                    

"Bar? Bangun?"

Barra membuka matanya saat Aneska membangunkannya itu. Laki-laki itu terlihat menghiraukan Aneska dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Ini bukan hari pertama Barra tidak perduli dengan Aneska usai kemarahannya malam itu. Tapi sudah lebih dari tiga hari Barra menjauhi Aneska. Bahkan setiap kali Aneska bersikap baik kepadanya, Barra tidak perduli.

Aneska menggelengkan kepalanya. Dia berbuat baik karena Barra suaminya. Mau sebesar apa masalah dia dengan Barra, Aneska tetap menghormati Barra, meskipun terkadang Aneska menginginkan pergi dari hidup Barra.

"Sarapan dulu bar" ucap Aneska saat melihat Barra yang bergegas berangkat ke kantor.

Barra menyelonong pergi tanpa melihat kearah Aneska, seakan-akan tidak ada orang lagi selain dia disana. Aneska hanya menghembuskan nafasnya pasrah.

Glekk!

Suara pintu terkunci itu selalu Aneska dengar ketika Barra berangkat ke kantor. Yap, Barra mengunci Aneska di apartemennya. Dia tidak mengizinkan Aneska untuk pergi kemanapun termasuk bertemu dengan Aslan lagi.

Aneska duduk dikursinya. "Kenapa ya hidup gue gak ada bahagia-bahagianya" gumam Aneska.

"Gue selalu di siksa sama mamah, sekarang gue disiksa sama suami gue sendiri." Ucap Aneska seraya menghela nafasnya capek.

****

"Pagi pak Barra"

Barra menyelonong berjalan menghiraukan sapaan sopan dari karyawan-karyawannya itu.

"Keluar" jutek Barra menyuruh seorang Office boy untuk keluar dari ruangannya saat dia sedang fokus membersihkan meja Barra.

Barra duduk di kursi putarnya seraya memijit pelipisnya yang terasa pusing itu.

"Barra?"

Barra melihat kedatangan Bu Nelin dengan seorang bodyguard disana.

Brakk!

Bu Nelin melempar kasar sebuah surat didepan anaknya itu. Barra hanya melihatnya santai.

"Ini maksudnya apa? Kenapa kamu memberikan sebagian harta kamu untuk keluarga Mazoya?" Tegur Bu Nelin dengan raut wajah kesal.

Barra menghembuskan nafasnya sedikit kasar. "Memang kenapa? Apa urusannya sama bunda?"

"Jelas urusan bunda, harta yang kamu pegang itu semuanya milik Valmores, jangan berani-beraninya kamu mempersalah gunakan!" Tegas Bu Nelin.

Barra tersenyum smrik bangkit dari duduknya dan berdiri tepat didepan Bu Nelin dengan berani. Tangan Bu Nelin terangkat untuk mengisyaratkan kepada Bodyguardnya agar tenang.

"Milik Valmores?" Tanya Barra tapi Bu Nelin hanya diam.

"Bukannya bunda dan papah memberikan semuanya untuk Barra? Bahkan kalian memaksa Barra untuk menjadi pemimpin disini. Jadi terserah Barra mau melakukan apapun termasuk memberikan harta Barra untuk keluarga Mazoya." Ujar Barra dengan seenaknya.

"Barra—"

"Udah Barra bilang, jangan ikut campur urusan Barra apalagi larang-larang Barra. Bunda lupa dengan perjanjian itu?" Tegur Barra berani menyela ucapan Bu Nelin.

"Mazoya itu sudah meninggal Barra! Buat apa kamu masih berhubungan dengan keluarganya? Buat apa?" Tegas Bu Nelin yang sudah tidak bisa menahan kesabarannya.

"Yang seharusnya kamu perduliin itu Aneska. Bunda gak akan marah kalo kamu memberikan harta untuk dia. Dia sedang hamil keturunan Valmores."

Brakk!

HELLO BARRA : MY BAD HUSBAND (SUDAH TERBIT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ